expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Brotherly Love #24


"Teme, dari mana saja kau!" Naruto memeluk seorang pemuda berambut hitam dan menepuk punggungnya, "Aku merindukanmu, man."

Sasuke tertawa, "Aku juga merindukanmu, Dobe," Ia mengacak rambut pirang temannya itu, "Kau terlihat sama."

"Yeah," Naruto tertawa dan meninju lengan Sasuke sambil bercanda, "Kau terlihat lelah."

"Ya," ucap Sasuke seraya merangkul Sakura dan mengecup leher gadis itu dengan manis, "Aku harus mengejar penerbangan sehari agar bisa berada di sini untuk ulang tahun Sakura."

"Kedengarannya membosankan," ucap Hinata sambil tersenyum, "Dan romantis disaat yang bersamaan."

Sakura terkikik dan menyandarkan punggungnya ke dada Sasuke. Sasuke tersenyum dan dengan lembut mencium pipi gadis itu, "Hm, aku merindukan baumu."

"Aku berbau seperti keringat," canda Sakura dan Sasuke tertawa.

"Kau sedikit lengket, tapi masih tetap seksi," bisik Sasuke di telinga Sakura sebelum mengusapkan hidungnya ke pipi gadis ity, "Kita perlu bicara."

Sakura berbalik masih dalam pelukan Sasuke dan menatap mata hitam pemuda itu, "Ini hari ulang tahunku, aku tidak bisa meninggalkan orang-orang di sini, Sasu."

"Tidak apa-apa," sela Ino meyakinkan mereka, "Kami tahu kau dan Sasuke punya hal yang terlalu banyak untuk uhm... dibicarakan."

Mereka semua tertawa dan Sakura memutar matanya, "Kau sangat bijaksana, Pig."

"Ayo pergi, Saku," Sasuke memohon pada gadis itu, "Aku tinggal di ujung jalan."

"Benarkah?"

"Ya," Sasuke mengecup bibir Sakura dan mendekatkan tubuhnya, "Mau mampir?"

Sakura menoleh ke belakang pada teman-temannya, mereka semua mengangguk dan tersenyum padanya, "Tentu, kenapa tidak."

"Bagus," Sasuke menyeringai dan meraih tangan Sakura, menarik gadis itu keluar dari ruang VIP dan kembali ke lantai dansa dalam hitungan detik. Mereka hampir keluar dari klub ketika seseorang memanggil nama Sasuke, membuatnya berhenti dan menoleh ke belakang.

"Sasuke, mau kemana?" tanya seorang pemuda berambut pirang yang sebelumnya Sakura lihat bersama Sasuke ketika mereka tiba disana, pemuda itu kemudian mengamati Sakura, "Hmm gadis yang cantik, man."

Sasuke memutar matanya dan melingkarkan salah satu lengannya dengan posesif di pinggang Sakura, "Ini Sakura, Deidara."

Mata Deidara membelalak dan ia menyeringai, "Jadi, kaulah gadis yang sering aku dengar."

Sakura terkikik, "Kurasa begitu."

Pemuda berambut pirang itu memeluk Sakura sebentar dan mengucapkan selamat ulang tahun, "Aku teman Sasuke. Aku pernah menjadi relawan bersamanya."

"Oh, itu keren," Sakura tersenyum pada Deidara dan kemudian pada Sasuke.

"Dei, kami harus pergi. Kau tidak apa-apa jika kami tinggal?"

"Tentu saja, man," Deidara menyeringai dan mengangkat alisnya, "Selamat bersenang-senang!"

Sasuke menggelengkan kepalanya sebelum menarik Sakura keluar dari klub. Mereka berjalan bergandengan tangan di trotoar dalam keheningan yang nyaman.

"Jadi, bagaimana kabar Kaasan?" tanya Sasuke ragu, sambil membelai punggung tangan Sakura dengan ibu jarinya, "Maksudku, aku tidak menghubungimu selama 4 bulan..." Ia menambahkan dengan cepat, "Aku hanya ingin tahu."

Sakura mengangguk sebelum tersenyum kecil. "Dia baik-baik saja."

Sasuke mengusap bagian belakang lehernya dengan gugup menggunakan tangannya yang bebas, "Bagus kalau begitu."

"Dia merindukanmu, kau tahu. Aku tidak sengaja mendengarnya saat dia membicarakanmu dengan Mikio."

Sasuke mengangkat bahu. Ia tidak suka membicarakan hal itu. "Bagaimana kabar Mikio?"

"Dia selalu menggemaskan, sudah kubilang," Sakura tersenyum bangga, "Dia meneleponku pagi ini untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan menyebutku sudah tua."

Sasuke tertawa kecil. "Aku ingin bertemu dengannya suatu hari nanti."

"Aku akan memperkenalkannya padamu, aku janji."

Sasuke berhenti di depan sebuah gedung mewah, "Kita sudah sampai."

Sakura mengamati bangunan itu dengan terkesan, "Wow, Sasu. Aku tidak tahu kau dibayar tinggi saat menjadi relawan."

"Mereka tidak membayarku," Sasuke tertawa dan menuntun Sakura ke dalam lift, "Ini adalah apartemen ibuku, dia memberikannya padaku."

"Oh, aku ingat itu," Sakura menyandarkan punggungnya ke dinding lift, "Jadi, bagaimana kabar Isamu-san?"

"Dia baik," Sasuke tersenyum dan melangkah mendekati Sakura, "Aku sebenarnya berpikir untuk mengenalkannya pada Baasan, mereka akan menjadi pasangan yang serasi."

Sakura terkikik tapi segera merasa gugup ketika Sasuke meletakkan kedua telapak tangannya di setiap sisi wajahnya di dinding lift, "Aku tidak tahu kau memiliki rambut pendek sekarang," Sasuke memandang Sakura bingung dan gadis itu membelai rambut hitamnya, "Tidak menutupi matamu lagi."

Sasuke terkekeh. "Kurasa memang tidak. Aku mencukurnya."

"Aku menyukai yang sekarang, tapi aku juga menyukai yang dulu," Sakura menambahkan dengan cepat, "Aku tidak tahu, tapi kau terlihat sangat seksi sekarang, saat kau berusia 17 tahun kau juga terlihat sangat seksi, sebenarnya beberapa hari yang lalu—"

Sasuke menyela. "Saku, kau mengoceh," Ia membelai pipi Sakura dengan bibirnya, "Apa kau gugup?"

Sakura menutup matanya dan mendesah. "Kau membuatku gugup" akunya sambil menggigit bibir, "Sebenarnya sangat gugup."

"Aku lega kau masih merasa seperti itu ketika aku ada di sekitarmu," Sasuke mengulum bibir bawah Sakura dan menarik diri untuk menatap mata gadis itu, "Dan seperti ada kupu-kupu?"

'Dan Sakura yang ketergantungan pada Sasuke muncul lagi,' pikir Sakura sebelum menggumamkan umpatan pada dirinya sendiri. "Selalu di sini," akunya lagi.

Sasuke membungkuk untuk mencium bibir Sakura lagi tapi sebelum ia bisa melakukan apa yang ia inginkan, pintu lift terbuka. Ia menoleh ke belakang dan melihat bahwa mereka sudah berada di lantai atas gedung. Ia dengan enggan menarik diri dari Sakura dan menggenggam tangan gadis itu lagi saat ia menariknya keluar dari lift dan menyusuri koridor. Hanya ada dua pintu di sana dan Sakura tidak bisa menahan untuk tidak berpikir bahwa tempat Sasuke akan lebih besar dan lebih mewah dari yang ia bayangkan.

Sasukd membuka pintu apartemennya dan mendorong Sakura dengan lembut untuk masuk ke dalam apartemen, dan kemudian menutup pintu di belakangnya. Mata Sakura sedikit membelalak saat ia melihat ruang tamu yang luas. Perabotannya klasik namun mewah. Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dari belakang, meletakkan dagunya di bahu gadis itu dan mengelus perutnya dengan lembut. Mata Sakura terus mengamati tempat itu. Dindingnya putih bersih dan lantai kayunya yang gelap membuat ruangan terlihat lebih besar. Tapi tetap saja, lukisan, furnitur berkelas, tanaman, tidak sesuai dengan selera Sasuke.

"Ini cukup... wow," Sakura berbisik setelah beberapa menit, "Ini keren."

Sasuke terkekeh. "Terlalu girly, aku hanya menambahkan sofa," Ia menunjuk ke sofa hitam besar berbentuk 'L' di tengah ruangan, "Dan TV."

Sakura mengalihkan matanya ke meja TV besar, "Untuk bermain video game?"

"Kau sangat mengenalku," Sasuke menyeringai dan mencium pipi Sakura, "Aku punya kejutan untukmu."

Sakura berbalik dan menyipitkan matanya dengan curiga.

"Aku janji ini kejutan yang bagus."

"Oke," Sakura menyandarkan punggungnya ke dinding, "Aku menunggu."

Sasuke menyeringai pada Sakura. "Dia pemalas dan tua sekarang jadi kau perlu berbicara dengan keras jika kau mencoba untuk mendapatkan perhatiannya, oke? Dia juga sudah mulai tuli."

Sakura masih bingung, "Hmm, oke."

Sasuke bersiul keras dan Sakura sudah bisa merasakan jantungnya berdebar kencang saat langkah kaki yang berat memenuhi ruangan. Ia mengenal ini dengan sangat baik. Sebuah kepala besar muncul di ruang tamu, menatap Sakura dengan mata lucu, telinga dan hidungnya bergerak-gerak dengan semangat.

"Ya Tuhan," Sakura merasakan matanya berkaca-kaca dan senyum lebar terbentuk di wajahnya, "Daisy!"

Sakura cukup senang anjing itu sepertinya mengenali suaranya setelah empat tahun lamanya. Daisy berlari ke arahnya, melompat-lompat dengan penuh semangat dalam kecepatannya yang sekarang. Sakura membungkuk di depannya dan memeluk leher anjing itu, memeluk erat Daisy. Sasuke tersenyum dan berjongkok di samping Sakura, "Aku tahu dia akan mengingatmu."

Daisy menggonggong keras saat ia melompat menjauh dari Sakura dan berlari mengelilingi mereka, merengek pada Sakura sementara hidungnya yang hangat dan basah menyenggol-nyenggolnya. Anjig itu mencoba menjilat dagu Sakura dan gadis itu terkikik.

"Kau sangat gemuk," Sakura memiringkan kepalanya ke samping dan melihat pada Sasuke, "Kau beri makan apa dia?"

Sasuke tersenyum, "Itu bukan salahku. Aku baru saja kembali. Dia tinggal bersama Baasan."

"Baasan?" Sakura tersenyum lebar, "Apa dia di sini juga?"

"Tidak, dia di Hokkaido, tapi Daisy pergi jauh-jauh ke sini dengan pesawat," Sasuke tertawa dan menatap anjing itu, "Mahal sekali biaya untuk membawanya ke sini, kau tahu," Ia menepuk kepala Daisy, "Rupanya, lebih gemuk anjing, lebih banyak uang yang kau habiskan."

Sakura terkikik dan Daisy mencoba untuk menarik perhatiannya kembali dan menjilat tangannya, "Senang bertemu denganmu juga, Daise."

Sasuke berdiri dan membantu Sakura untuk berdiri juga, "Aku ingin mengajakmu berkeliling," Ia membelai pipi Sakura dengan lembut dan menyeka air mata gadis itu, "Aku mungkin punya kejutan lain," akunya, tersenyum manis pada Sakura.

"Kejutan lain?" Sasuke menyeringai dan menganggukkan kepalanya, meraih remote di atas meja kaca dan menyalakan stereo. Segera ruangan itu dipenuhi dengan balada romantis dan Sakura tersenyum, "Apa kau mencoba merayuku?"

"Mungkin," Sasuke tersenyum main-main dan menghilang di balik pintu, meninggalkan Sakura berdiri di tengah ruang tamu. Sakura melihat sekeliling, masih merasa sangat berkeringat dan lengket. Sasuke kembali dengan dua gelas anggur dan memberikan satu pada Sakura, "Kau terlihat luar biasa. Aku selalu tahu kau akan tumbuh dengan sangat baik."

Sakura tersenyum dan menyesap anggurnya, "Sasu, rumahmu luar biasa, tapi apa kau tidak punya AC?"

"Hmm," gumam Sasuke dan menyesap anggurnya juga, "Aku baru sampai hari ini, jadi kurasa aku akan menelepon seseorang untuk memperbaikinya besok."

"Luar biasa," ucap Sakura sarkatis dan memutar matanya. Ada masalah apa dengan AC dan Tokyo malam ini? Atau apakah dirinya yang bermasalah karena sebanyak ia mencoba, ia tidak bisa menahan keringat mengalir di tubuhnya.

Sasuke menjilat bibir bawahnya dan tersenyum pada Sakura, "Setidaknya aku punya air dingin."

Sakura terkikik. "Tunjukan jalannya padaku."

Begitu mereka tiba di kamar Sasuke, Sasuke mengambil gelas dari tangan Sakura dan meletakkannya di samping gelasnya di meja dekat tempat tidur. Sasuke membuka ritsleting gaun hitam Sakura dan membiarkannya terjatuh dari tubuh gadis itu. Sakura menggigit bibirnya saat Sasuke perlahan melepas bra dan celana dalamnya. Sasuke mengamati tubuh telanjang Sakura lagi dan ini terlihat lebih baik dari yang ia ingat. Payudara Sakuea sedikit lebih besar sekarang, tapi masih padat dan bulat. Ia mengelus perut Sakura yang rata dan itu masih terasa selembut yang ia bayangkan. Sakura mengerang pelan saat tangan Sasuke bergerak ke tengah kakinya di mana pemuda itu mulai mengelus paha bagian dalam dan vaginanya dengan pelan.

Sasuke menghentikan belaiannya dan melepas bajunya ke atas kepalanya, membuat mulut Sakura berair dengan pemandangan sempurna di depannya. Sasuke tersenyum pada Sakura dan melepas sepatu sambil membuka kancing celana jeansnya. Sasuke berdiri di depan Sakura hanya dengan boxernya dan melangkah mendekat, mencium dan menjilati kulit leher Sakura, mencicipi asin dari keringat gadis itu. Sasuke bisa merasakan kejantanannya menjadi lebih besar di dalam boxernya saat tangan kecil Sakura mengelus perutnya dengan menggoda dan gigi gadis itu menangkap bibir bawahnya.

Sasuke mengerang dan memejamkan matanya saat tangan Sakura bertumpu pada karet pinggang elastis boxernya, menariknya ke bawah untuk membebaskan kejantanannya yang telah mengeras. Sasuke membawa Sakura lebih dekat hingga kejantanannya menyentuh ringan perut gadis itu, membuat mereka berdua bergidik.

Sakura berbaring di tempat tidur, membuka kakinya untuk mengundang Sasuke menuju kehangatannya. Sasuke menyeringai dan berbaring di atas Sakura tanpa meletakkan seluruh bebannya pada gadis itu. Ia tidak segera menembus Sakura, hanya terus membelai seluruh tubuh gadis itu dengan lembut. Mulutnya menemukan daun telinga Sakura dan ia menggigit kulit sensitif itu sebelum menghisapnya dengan keras. Ia menatap payudara Sakura sebelum menangkap puting gadis ity dengan mulutnya, menghisap dan menjilat kulit gadis itu sampai bengkak. Sakura melengkungkan punggungnya dan menarik rambut belakang Sasuke ketika ia merasakan lidah Sasuke membelai kulitnya yang sensitif.

Sakura membiarkan Sasuke bermain dengan payudaranya selama beberapa menit sebelum menarik wajah pemuda itu ke arahnya, menciumnya dengan seluruh gairahnya. Ia kehilangan rasa Sasuke sangat banyak setelah empat tahun. Lidah mereka melengkung dalam gerakan erotis dan Sakura bisa merasakan kejantanan Sasuke yang sudah tidak sabar menekan masuk ke dalam miliknya. Ia menutup matanya ketika ia merasakan kejantanan Sasuke menembus jauh ke dalam dirinya hanya dengan satu dorongan.

"Ya Tuhan," seru Sakura saat merasa tekanannya sangat besar, "Sasu..."

Sasuke mengubah posisi mereka masih dengan kejantanannya di dalam Sakura, duduk di tepi tempat tidurnya dan meletakkan tangannya di kedua sisi pinggul Sakura, menunjukkan pada Sakura bagaimana ia ingin gadis itu bergerak. Sakura mengangguk perlahan ketika ia mengerti apa yang diinginkan Sasuke, menempelkan bibirnya pada bibir pemuda itu lagi, lidah mereka menari bersama di dalam mulut mereka saat tangan mereka berlarian ke atas dan ke bawah di tubuh satu sama lain.

"Sial," Sasuke bergumam di bibir Sakura, "Aku baru saja masuk ke dalam dirimu dan aku merasa seperti akan meledak," Ia mendesah nikmat, perlahan bergerak di dalam Sakura, "Ya Tuhan, Cherry. Aku lupa kalau kau seketat ini."

Sakura memeluk leher Sasuke, "Aku ingin lebih banyak lagi, Sasuke-kun..."

Sasuke merasa matanya berputar ke belakang kepalanya dan perutnya terbalik mendengar nama panggilan lamanya. Ia berdiri dan menghimpit Sakura ke dinding, mendorong ke dalam Sakura lebih keras dan lebih cepat. Sakura mengerang semakin keras saat ia juha mulai mendorong pinggulnya untuk menyeimbangi setiap dorongan Sasuke. Sasuke membenamkan wajahnya di leher Sakura dan gadis itu meremas rambut Sasukr dengan kasar, membuat Sasuke bergerak semakin cepat.

"Oh, Sasu," Sakura merengek saat Sasuke menciumi sisi wajahnya dan ia melingkarkan lengannya lebih erat di leher pemuda itu, "Oh, aku mencintaimu."

Sasuke menyeringai, "Aku mencintaimu juga," jawabnya, napasnya yang panas di tulang selangka Sakura membuat gadis itu pening dan memeluk Sasuke lebih kuat. "Aku sangat merindukanmu," tambah Sasuke, nada suaranya sangat manis saat ia terus keluar-masuk di dalam diri Sakura lebih cepat, lebih dalam, lebih keras... dengan lebih banyak gairah.

Sakura mengerang lebih keras, memiringkan kepalanya untuk bersandar ke dinding. Lehernya terbuka dan Sasuke menyerangnya dengan bibir dan lidahnya. Sakura meneriakkan nama Sasuke dan punggungnya melengkung saat gelombang orgasme melanda dirinya. Sasuke tersenyum bangga mendengar namanya keluar dari bibir Sakura dan ia meledak di dalam diri gadis itu. Sakura mengerang lagi dengan kenikmatan tinggi saat Sasuke bergerak masuk dan keluar selama beberapa kali lagi.

Tubuh mereka yang berkeringat menempel satu sama lain. Sasuke meletakkan dahinya di pundak Sakura, lengannya masih gemetar karena gairah. Sakura mencium kening dan pipi Sasuke yang basah, masih terengah-engah. Sasuke menatap Sakura dan memberikan senyum malas. Sakura terkikik melihat betapa puasnya pemuda itu.

"Aku mencintaimu," ulang Sasuks ketika ia merasa cukup kuat untuk berbicara lagi, "Kau luar biasa."

Sakura masih kehabisan kata-kata, jadi ia hanya mengangguk pelan, matanya tertutup. Ketika Sasuke menurunkan kakinya di lantai lagi, ia merasakan kakinya seperti jelly, dan Sasuke tetap melingkarkan tangannya dengan erat di pinggangnya.

"Apa kau akan tetap tinggal di sini?" Sakura menempelkan dahinya ke dada Sasuke.

Sasuke mengangguk, "Ya, aku di sini untuk selamanya, Saku."

Sakura melihat ke tengah kakinya, cairan panas Sasuke masih mengalir di pahanya, "Oke," Ia mengangguk cepat dan menggigit bibir bawahnya, "Jadi kita butuh kondom."

Sasuke tertawa kecil, "Aku pastikan aku akan membeli sekotak besok." Ia menjauh dari Sakura, berjalan ke lemari pakaiannya, "Sebenarnya aku tak masalah jika melihatmu berjalan di sekitar rumah telanjang sepanjang hari."

"Aku yakin itu," Sakura terkikik saat Sasuke memeluk pinggangnya dari belakang, mencium lehernya.

"Kau benar-benar cantik Haruno Sakura."

Sakura berbalik dan melingkarkan lengannya di leher Sasuke sebelum mengecup bibir pemuda itu, "Dan kau Uchiha Sasuke..." Ia menghisap bibir bawah Sasuke dan tersenyum, "Terlihat lebih tampan dari sebelumnya."

Sasuke mengangkat alisnya dan tersenyum bangga.

Sakura memutar matanya dan menjauh dari Sasuke, "Apa kau ingin tepuk tangan juga?"

"Hei," Sasuke memeluk Sakura lagi, "Kau akan dihukum karena ini."

Sakura terkikik keras saat lidah Sasuke menempel di tulang selangkanya. Sasuke membawa Sakura ke kamar mandi dan mendudukkan gadis itu dengan lembut di atas meja, "Kau perlu mandi, Nona," Ia mengerutkan hidung dan meringis, "Kau bau seperti seks."

Sakura memutar matanya. "Aku bisa mengatakan hal yang sama padamu."

Sasuke menyipitkan matanya sambil bercanda, "Aku tahu."

"Sasu," Sakura berkata dengan serius saat ia melihat pemuda itu mengisi bak mandi dengan air dingin, "Aku perlu memberitahumu sesuatu yang penting."

Sasuke berbalik dan menghadap Sakura, kekhawatiran dan keingintahuan berkilat di matanya.

Sakura menarik napas dalam-dalam, "Ini sangat sulit untuk dikatakan."

"Saku..." Sasuke melangkah lebih dekat dan berhenti di tengah kaki Sakura, "Apa yang terjadi, Cherry?"

"Sasu," Sakura melihat ke bawah dan Sasuke mengangkat dagunya.

"Cherry, ada apa?"

"Kau terlihat sangat seksi saat telanjang," ucap Sakura dengan suara seperti bocah dan tersenyum pada Sasuke, "Maksudku, aku akan memberi pantatmu nilai A," Ia mengangkat jempolnya dan menyeringai, "Sebenarnya A+."

"Itu yang ingin kau katakan?"

Sakura menggigit bibirnya agar tidak tertawa. "Hmm..."

Sasuke meletakkan tangannya di pinggang Sakura dan mengangkatnya, berjalan ke bak mandi, "Aku harus melemparkanmu ke dalam air panas."

"Tidak," Sakura merengek, "Air ini dingin," Ia cemberut.

Sasuke tetap masuk ke dalam bak mandi, perlahan duduk dengan Sakura masih dalam pelukannya. Sakura menyamankan diri di pangkuan Sasuke dan meletakkan kepalanya di dada pemuda itu.

"Ceritakan tentang perjalananmu di Spanyol," pinta Sasuke lembut sambil membuat lingkaran malas di punggung Sakura. Sakura mulai bercerita tentang pantai, orang-orang di sana, dan makanan di Spanyol. Sasuke merasa kagum pada Sakura saat mata gadis itu berkedip setiap kali berbicara tentang tempat baru yang gadis itu kunjungi. Sasuke tersenyum melihat konyolnya saat Sakura mengatakan betapa sulitnya belajar bahasa Spanyol.

Ketika mereka selesai bercerita tentang Spanyol, mereka terus mengobrol selama berjam-jam, tentang kehidupan Sasuke di Irak, ayah dan ibunya. Sasuke menceritakan semuanya tentang sekolahnya dan ia berkata ia ingin mulai kuliah juga, ia rindu bermain basket dan ia juga mengatakan akan mencoba kuliah di Nagano bersama Sakura. Rasanya seperti dunia berhenti berputar dan kini hanya ada mereka berdua.

Sakura mengerang di tengah percakapan mereka ketika kejantanan Sasuke menekan vaginanya lagi dan ia melebarkan kakinya sedikit agar Sasuke bisa masuk ke dalam dirinya. Ia melengkungkan tubuhnya ke belakang dan memegang kaki Sasuke sementara pemuda itu keluar masuk di dalam dirinya untuk kedua kalinya malam itu, kali ini dengan gerakan perlahan, menikmati momen bersama. Sasuke melahap bibir Sakura ketika ia merasakan kenikmatan itu terlalu berlebihan dan menyerbu mulut Sakura dengan lidahnya yang lincah.

Sasuke memeluk pinggang Sakura dan menariknya lebih dekat, payudara Sakura menyentuh dadanya saat mereka bernapas dan berciuman. Tangannya membasahi tubuh Sakura, menyentuh gadis itu di setiap titik lemah yang ia tahu. Sakura mulai mengangkangi Sasuke perlahan dan pemuda itu memegangi pantatnya, membantunya untuk bergerak. Sasuke bisa merasakan detak jantungnya meningkat dan tekanan darahnya naik saat Sakura bergerak lebih cepat di atasnya.

Sasuke mendorong Sakura sampai punggung gadis itu bersandar pada sisi berlawanan dari bak mandi dan Sakura membelai punggungnya dengan ujung jarinya, mengikuti naik turun tulang punggungnya. Sasuke merasa perutnya mulas saat tangan Sakura mendorong pantatnya lebih dalam.

Sasuke menembus Sakura dengan keras, jari telunjuknya bergerak melingkar di sekitar puting Sakura, menjilati dan menghisap tulang selangka dan leher gadis itu, meninggalkan bekas di mana pun ia bisa. Sasuke menghisap bibir Sakura sampai sensitif dan bengkak. Segera setelah Sakuea sedikit melengkungkan punggungnya, Sasuke tahu gadis itu sudah dekat, jadi ia masuk dan keluar dari tubuh gadis itu lebih cepat dan lebih keras, membawanya ke orgasme yang hebat. Sakura menyandarkan kepalanya ke bak mandi, senyum puas muncul di wajahnya, membuat Sasuke bergerak semakin cepat. Ia bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat di dalam diri Sakura dan beberapa detik kemudian ia bergabung dengan Sakura dalam orgasme yang intens.

Sasuke duduk tegak dan Sakura dengan cepat merangkak ke pangkuannya lagi, keduanya terengah-engah. Sakura menyandarkan dahinya ke pundak Sasuke dan mengelus perut pemuda itu dengan lembut, "Aku merasa lelah."

"Ya," Sasuke setuju, merasa lebih lelah sekarang daripada dua jam latihan basket hariannya. Ia mencium rambut Sakura, "Aku senang aku sudah di sini."

Sakura menatap Sasuke dan tersenyum, melingkarkan lengannya di leher Sasuke dan menarik pemuda itu ke dalam ciuman yang lambat dan penuh gairah. Sasuke menggigit bibir bawah Sakura dengan lembut dan gadis itu membiarkan erangan lembut keluar dari mulutnya. Sasuke menarik diri dan memberikan kecupan di ujung hidung Sakura, "Aku akan meminjamimu kemeja."

Mereka keluar dari bak mandi dan mengeringkan diri dengan handuk. Sasuke membungkus pinggangnya dengan handuk dan berjalan ke lemari besarnya untuk mengambil kemeja, Daisy mengikuti tepat di belakangnya.

"Ada masalah, Daise?" tanya Sasuke pada anjing itu saat ia memakai boxer hitam dan kaos putih. Sasuke menggelengkan kepalanya menatap refleksnya di cermin dan mencoba memperbaiki rambutnya yang berantakan entah bagaimana. Ia kemudian mengambil kemeja biru muda dan masuk ke kamar lagi. Sakura sudah telanjang, menunggu kemejanya.

Sakura dengan cepat memakai kemeja yang Sasuke berikan padanya. Sasuke tersenyum dan memeluk tubuh mungil gadis itu, "Kau terlihat sangat sekdi memakai bajuku." Sakura terkikik dan Sasuke tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa tanpa Sakura, bahkan tidak untuk sehari saja. "Sial, kau harus pindah ke sini, Saku."

Sakura merasa jantungnya berdegup kencang hingga ia merasa sulit untuk berbicara. "A-Aku?"

"Ya," jawab Sasuke tulus. Ia menatap Sakura, "Tidak bisakah kau sadar bahwa kau milikku? Dalam pelukanku?"

Sakura menggigit bibirnya dan mengangguk perlahan. Sasuke menatap mata hijau Sakura yang indah, untuk sesaat merasakan darahnya mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Sakura melihat ke bawah menghindari intensitas tatapan Sasuke tapi pemuda itu mengangkat dagunya, menyibak rambutnya dari matanya dan menciumnya dengan lembut. Ia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat Sasuke mengusap rambutnya. Ia memperdalam ciuman itu dan Sasuke meletakkan tangannya di pinggangnya, meremasnya erat-erat, "Aku tidak tahu apakah kita bertindak terlalu cepat..." ucap Sasuke mengakui, "Tapi aku mencintaimu, Saku, dan aku ingin kau berada disisiku setiap hari."

Sakura merasakan tubuhnya tersentak untuk sesaat, tapi ia berhasil menatap Sasuke, menghindari badai yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ini adalah perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata.

"Apakah kau serius?" tanya Sakura dengan berbisik dan Sasuke mengangguk.

"Aku tidak pernah seserius ini seumur hidupku."

"Tapi Kaasan dan Tousan—"

Sasuke menyela. "Mereka tidak bisa memisahkan kita lagi, Saku. Kita sudah dewasa. Hanya aku dan kau." Ia membelai pipi Sakura dan gadis itu menutup matanya. "Kita tidak akan pernah berpisah lagi, Cherry."

Sakura menatap Sasuke, matanya berkaca-kaca dan senyumnya melebar, "Hanya kau dan aku."

"Di dunia kecil kita yang sempurna," Sasuke menyeringai dan mengecup bibir Sakura, "Jadi bagaimana menurutmu?"

"Ya, ya, ya," Sakura memeluk leher Sasuke, "Aku sangat mencintaimu."

Sasuke tersenyum lebar, "Aku mencintaimu juga."

Mereka berbaring di ranjang besar bersama, Sakura meringkuk pada Sasuke dengan perasaan bahagia. Sasuke menutupi tubuh Sakura dengan selimut dan gadis itu menghela napas, dengan cepat tertidur lelap. Sasuke terjaga sedikit lebih lama, mengawasi Sakura tidur, merenungkan wanita impiannya. Ia merasakan tatapan lain menusuknya, membuatnya merasa sangat tidak nyaman, "Daisy, ada apa?"

Anjing itu melompat ke tempat tidur Sasuke, berbaring miring ke samping dan menjilati dagunya, "Oke, oke, terima kasih atas ciumannya Daise, tapi itu sudah cukup." Ia menepuk kepala Daisy dan anjing itu merintih sedih padanya, "Jangan menangis Daisy, ayolah. Kau tidak cemburu pada Sakura yang ada di sini, kan?"

Daisy menatap Sasuke, ada rasa ingin tahu di mata mungilnya; anjing itu mendengus keras dan menyandarkan kepalanya di atas perut Sasuke, "Tidak bisakah kau berhenti bergerak? Kau akan membangunkan Sakura."

Daisy menggonggong dan mengubah posisi, pindah ke tepi tempat tidur dan meringkuk di atas kaki Sasuke, matanya tidak pernah beralih dari pemuda itu. "Biasakanlah, Daise. Sakura selalu menjadi yang nomor satu bagiku dan kau tahu itu," Ia tersenyum pada anjing itu dan menambahkan dengan tenang, "Maaf."

Sakura bergerak sedikit ke samping dan menarik wajah Sasuke ke arahnya, "Berhenti berbicara dengan Daisy, Sasu," Ia berbisik, "Istirahatlah."

Sasuke mengecup bibir Sakura dan memeluk gadis itu lebih erat, "Aku akan tidur," Ia menatap Daisy lagi dan anjing itu memalingkan muka, "Sekarang kau berpura-pura bukan salahmu dia bangun, eh," Sasuke berbisik tapi Daisy tidak mau melihat kembali padanya, "Cemburu adalah emosi manusia, jangan lupakan itu, Daise."

Sasuke menggelengkan kepalanya dan memejamkan mata, akhirnya merasa damai dengan kedua kesayangannya lagi. Hidupnya tidak bisa lebih baik sekarang. Atau mungkinkah?

***
To be Continued.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)