expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sebulan Yang Panjang #8 End



Suara erangan terdengar dari bawah selimut di ranjang kingsize milik Uchiha. Sakura mengangkat kepalanya, mengintip dari bawah selimut, memandang ke sekelilingnya yang sekarang dipenuhi sinar matahari. Ia menoleh ke sebelahnya, pada Uchiha bungsu yang masih tertidur. Ia menahan tawa melihat betapa damai dan rentannya pemuda itu saat tidur. Kejadian kemarin membanjiri benaknya, matanya masih tertuju pada kekasihnya itu.
Sebulan telah berlalu. Sakura tersenyum lebar... hari ini adalah sesi terakhir dengan Dr. Hikaru!
'YAY! Sasu-chan akan menjadi milik kita seutuhnya!' inner Sakura bersorak.
Sakura menguap dan meringkuk mendekat ke Sasuke, yang masih tidur dengan tenang. Ia tersenyum malas, dan mulai membuat pola di dada telanjang Uchiha itu dengan jarinya. Akhirnya segalanya mulai tampak sedikit lebih normal. 'Jika kau menyebut hubungan ini normal...' pikirnya sarkastis.
Sakura tersentak dari pikirannya ketika sebuah tangan meraih pergelangan tangannya yang membuat pola beberapa saat lalu.
"Itu menyebalkan." Suara serak Sasuke terdengar.
Sakura terkikik. "Aku tahu." jawabnya, menatap Sasuke yang hanya mendengus. Ia menghela nafas dan meletakkan kepalanya di dada Sasuke. Tangan Sasuke otomatis bergerak ke kepala Sakura dan mulai membelai kepala gadis itu. Sakura menghela nafas lagi; ia suka ini... tidak bertengkar, atau berdebat, hanya keheningan yang damai.
"Kita harus bangun." ucap Sasuke setelah beberapa saat, tapi tidak menghentikan gerakan tangannya.
"Hmm.." gumam Sakura, tidak bergerak.
Sasuke menghela nafas berat, masih juga belum bergerak.
Sakura mengangkat kepalanya sekali lagi dan menatap Sasuke. Tangan Sasuke menyelinap ke belakang leher Sakura, menarik gadis itu ke dalam ciuman lembut. Sakura segera menanggapi ciuman itu ketika tangan Sasuke menariknya lebih dekat.
Sasuke menggigit bibir bawah Sakura dengan ringan, menyebabkan gadis itu membuka mulutnya. Lidahnya bergerak di dalam mulut Sakura dengan lapar. Sakura mengerang dan balas mencium balik dengan gairah yang sama besarnya.
'Uh oh...' pikir Sakura. Hanya tinggal beberapa jam lagi, ia harus menunggu sampai saat itu.
Dengan pemikiran itu dalam benaknya, Sakura menarik diri dari Sasuke, mendapatkan gerutuan tak suka dari Uchiha bungsu itu.
Sakura mengambil satu menit untuk mengatur napas sebelum berbicara. "Tunggu beberapa jam lagi." Ia tersenyum pada wajah Sasuke yang merengut. Memberi pemuda itu kecupan sebelum mulai bangkit dari tempat tidur, tapi sayangnya ditarik kembali oleh Sasuke.
"Sasuke-kun..." Suara Sakura teredam di dada Sasuke.
Sasuke tersenyum pada dirinya sendiri saat ia menahan Sakura di dadanya. Sakura bergulat dari pelukan Sasuke dan duduk di atas pemuda itu, menjepit pinggang pemuda itu.
"Kau sangat keras kepala, kau tahu itu?" Sakura mendengus sambil menyilangkan lengannya.
"Aa." jawab Sasuke, menempatkan tangannya di pinggul Sakura. Sakura mendorong tangan Sasuke menjauh sebelum menunduk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dengan wajah Sasuke, napasnya berbaur dengan milik pemuda itu.
"Tunggu sampai nanti malam..." Sakura berbisik menggoda, bibirnya mengecup singkat bibir Sasuke. Membuat napas Sasuke tercekat di tenggorokannya.
Sakura mengambil kesempatan itu, melompat menjauh dari Sasuke dan berjalan ke kamar mandi. Sasuke merengut, menutupi wajahnya dengan lengannya. "Sial..."
***
"Terlalu lama..." Sakura mengerang, ia membiarkan kepalanya jatuh di depan mangkuk ramen yang belum dimakan di depannya.
Sasuke diam-diam setuju, ingin cepat-cepat jam 3.
Naruto melihat bergantian kedua temannya itu... ia belum pernah melihat mereka begitu tertekan. 'Jadi, itu yang mereka tunggu sebulan penuh...' pikirnya... lalu bergidik.
"Oi... Sakura-chan, kau mau makan itu?" tanya Naruto, menunjuk ramen yang tak tersentuh.
Sakura menggelengkan kepalanya yang masih terkulai di atas meja. Naruto dengan senang hati mengambil semangkuk ramen itu dan menyeruputnya.
"Hah, setidaknya ini adalah hari terakhir! Dan aku cukup yakin aku tidak akan melihat kalian berdua selama beberapa hari jika kau tahu apa yang kumaksud?" ucap Naruto, menaik turunkan alisnya menggoda.
Kepala Sakura tersentak, wajahnya memerah. "N-Naruto!" Ia berteriak, malu. Kemudian memukul kepala si kuning itu.
Sasuke hanya memandang ke depan, mengabaikan pertengkaran mereka yang sudah biasa. Ia sedang memikirkan sesuatu yang berbeda. 'Che... akhirnya sebulan penuh telah berlalu.' pikirnya dengan puas, tak lupa dengan seringai di wajahnya.
"Setidaknya hubunganku dan Hinata-chan lebih baik dari sebelumnya!" ucap Naruto dengan antusias setelah beberapa saat hening. "Maksudku. Tidak seperti kalian yang kacau!" Naruto tertawa mendengar komentarnya sendiri.
"Naruto, tutup mulutmu! Itu tidak lucu!" Sakura mendengus, ia sekali lagi mendaratkan pukulan keras di kepala Naruto. "Hubungan kita baik-baik saja! Iya kan, Sasuke-kun?!"
Sasuke terdiam.
"SASUKE-KUN!"
Sasuke tersentak. "Apa?" jawabnya, jengkel.
"Apa kau mendengarku?" ucap Sakura menuntut. Naruto menggeser kursinya perlahan menjauh dari pasangan itu.
"Kenapa tidak?" ucap Sasuke dengan jelas... jawaban yang salah.
"Dan apa itu?" Sakura berdiri sekarang, menempatkan tangannya di pinggang.
"Mungkin tentang kau yang terlalu banyak bicara... dan kau terlalu berisik." Sasuke menggumamkan bagian terakhir sedikit lebih pelan.
"Hei! Aku dengar itu!" teriak Sakura.
Sasuke menatap Sakura, kesal.
"UCHIHA! Aku bersumpah!" Sakura mengancam. "Kau mungkin tidak akan mendapatkan beberapa jatahmu." ucapnya dengan puas.
"Che. Siapa bilang aku ingin beberapa?" jawab Sasuke, ia ingin semua bukan beberapa... sial!
"Kau melakukannya! Pagi ini!" Sakura berteriak lagi. Sekarang mereka berhasil menarik tatapan dari orang-orang di sana.
"Er... teman-teman, orang-orang menatap ke sini." sela Naruto.
Sakura mengeluarkan geraman marah, ia meraih lengan Sasuke dan menariknya ke toilet, di mana mereka bisa melakukan percakapan yang lebih pribadi.
"Apa masalahmu?" Sakura berbisik dengan marah.
Sasuke memelototi Sakura sebelum berbicara. "Masalahku? Aku tidak punya masalah, kau hanya menjadikan dirimu menyebalkan." Sasuke mendesis kembali.
Sakura tidak mundur. "Hei, itu karena aku ingin melakukan pembicaraan normal dengan pacarku!"
"Hn." jawab Sasuke sederhana.
Sakura berjalan ke tempat dimana Sasuke bersandar di dinding. "Setidaknya aku menunjukkan emosi!" Ia menyilangkan lengannya.
Mata Sasuke menyipit. "Aku menunjukkan emosi." Ia membantah.
"Kau tidak!" ucap Sakura lagi.
"Ya! Karena sekarang aku merasa sangat marah." ucap Sasuke sambil memelototi Sakura.
"Kenapa kau tidak bisa bertingkah seperti pacar yang normal?" Meskipun diam-diam Sakura senang Sasuke tidak melakukannya.
"Karena aku bukan orang seperti itu." Sasuke bergumam.
Sakura memutar matanya. Ia menggerutu pada dirinya sendiri, sayangnya Sasuke mendengarnya.
Sakura memekik kecil saat ia secara kasar ditekan ke dinding. Napas hangat Sasuke menerpa lehernya.
"Kau seharusnya tahu aku bukan tipe pria seperti itu, Sakura." Sasuke menggeram, menjepit kedua tangan Sakura di atas kepala gadis itu.
Sakura menatap balik ke dalam mata Sasuke. "Tapi tidak ada salahnya bagimu untuk bersikap normal!" Ia berbisik.
Sasuke tersenyum miring, membuat Sakura bergidik dengan cara yang menyenangkan.
"Aa... normal?" Sasuke menggeram, jari-jarinya menelusuri perut Sakura.
Sakura bergidik, oh, ia senang Sasuke tidak normal.
"Kau bajingan yang tidak normal." Sakura bergumam pelan. Tangan Sasuke bergerak di balik bajunya, membelai tulang rusuknya.
"Hn... dan kau gadis yang menyebalkan." Sasuke berbisik di sebelah telinga Sakura, bibirnya menyentuh pipi gadis itu.
"S-Sasuke-kun..." Sakura mengerang saat Sasuke menjilat telinganya.
"Hm... apa?" ucap Sasuke, tangannya bergerak ke atas, menangkup salah satu payudara Sakura.
Sakura mengerang... oh Tuhan, sudah terlalu lama.
Sasuke menutup matanya saat bibirnya bergerak lembut di leher dan tulang selangka Sakura.
"K-Kenapa perdebatan kita selalu berakhir seperti ini?" Sakura berbisik.
Sasuke tersenyum di leher Sakura. "Kau menyebalkan." gumamnya sebelum menggigit leher gadis itu.
"Sasuke-kun!" Sakura mendesis kesakitan dan jengkel.
Sasuke bergerak lagi di leher Sakura, berusaha menemukan titik itu.
"K-Kita harus berhenti... seseorang... mungkin... mendengar kita..." Sakura berusaha meyakinkan Sasuke.
Sasuke tetap tidak berhenti.
Sementara itu, Naruto yang masih memakan ramen kesayangannya, mencoba mengabaikan pikiran tentang apa yang mungkin dilakukan kedua temannya hingga memakan waktu lama. Ia akhirnya memutuskan untuk mengeceknya.
"Sasuke-kun!"
Sayangnya Naruto mendapat jawabannya.
Sasuke menyeringai dalam kemenangan; ia harus mengingat tempat itu.
"EHEM!" Batuk pura-pura menyela keduanya, membuat Sasuke berbalik dengan kesal.
"Kalian! Tidak bisakah kalian menunggu beberapa jam lagi?" teriak Naruto.
Sasuke menurunkan Sakura yang telah melingkarkan kaki di pinggulnya, dan dengan cepat menarik tangannya keluar dari balik baju gadis itu.
Sementara Sakura, wajahnya memerah, ia berdeham. "Oh... um, maaf soal itu!" Ia tersipu malu.
Sasuke memelototi Naruto.
"Apa? Lebih baik aku yang menemukan kalian daripada orang lain!" Naruto membela diri. "Aku bersumpah kalian berdua adalah orang paling horni yang pernah kutemui!"
Sasuke dengan cepat memukul bagian belakang kepala Naruto.
"ITAI!" teriak Naruto sambil memegangi kepalanya kesakitan. "Apa apaan itu, teme?!"
"Satu bulan, Naruto." ucap Sasuke dengan sederhana. Sakura mengangguk setuju.
"Kalian satu-satunya pasangan yang kukenal yang bisa mengubah suasana hati secara drastis begitu cepat." Naruto menggelengkan kepalanya.
***
"Hm, aku melihat kalian berdua dalam suasana hati yang lebih baik hari ini." ucap Dr. Hikaru ketika ia duduk di kursinya.
"Tentu saja! Er... Maksudku, sudah sebulan yang sangat panjang, Dokter." Sakura meralat ucapannya, dan Sasuke menganggukkan kepalanya pelan.
"Jadi, apa kalian berdua menyelesaikan PR berkomunikasi dengan satu sama lain?" tanya Dr. Hikaru.
Sakura tersenyum, pandangannya beralih pada kekasihnya. "Ya... aku benar-benar berpikir kita melakukannya." ucapnya dengan halus.
"Hn." Sasuke setuju. Sakura secara mental memutar matanya pada tanggapan Sasuke yang singkat.
"Dan dalam hal apa itu?" tanya Dr. Hikaru, mendorong naik kacamatanya.
Sakura berpikir sejenak sebelum menjawab. "Umm... Sasuke akhirnya berkata dia mencintaiku! Itu nilai tambah yang besar!" Ia berseru dengan gembira, dan Sasuke bergeser dengan tidak nyaman di kursinya.
Dr. Hikaru mengangguk.
"Dan kita sudah bicara lebih banyak daripada sebelumnya!" ucap Sakura... yang sedikit benar, maksudnya tentu saja tentang perdebatan yang tidak berhenti, tapi selain itu hubungan mereka baik-baik saja!
"Hm... aku sangat senang bahwa terapi ini telah membantu kalian berdua. Dan aku senang untuk mengatakan, bahwa kalian sekarang telah lulus dari konseling seks ini!" seru Dr. Hikaru dengan gembira.
Sakura dan Sasuke sweatdrop, kau benar-benar perlu lulus dari konseling seks? Oh yeah, mereka tidak akan mengeluh.
"Akhirnya." gumam Sasuke ketika Sakura tersenyum dan berdiri, meraih tangannya.
"Terima kasih, Dr. Hikaru!" ucap Sakura sementara Sasuke mencibir di sebelahnya.
Dr. Hikaru berdiri dari tempat duduknya dan menjabat tangan mereka. "Aku harap hubungan kalian akan bertahan lama."
Sakura mengangguk bahagia, ia mulai berjalan menuju pintu, menarik Sasuke di belakangnya. "Sampai jumpa, Dokter!" serunya.
"YAY!" Sakura bersorak ketika mereka berjalan keluar dari gedung. "Ini sudah berakhir!" Ia berseru dengan gembira. "Ini sepertinya bulan terpanjang yang pernah ada, Sasuke-kun." Ia menghela napas.
"Che. Memang iya." jawab Sasuke, dan Sakura diam-diam setuju.
***
"NARUTO!" teriak Sakura ketika Naruto tanpa sengaja menumpahkan minumannya ke pakaiannya.
"G-Gomen, Sakura-chan!" jawab Naruto takut-takut.
Untuk merayakannya, seluruh kelompok memutuskan untuk pergi bersama ke bar.
"Jadi, Forehead, aku yakin kau senang karena tak perlu ada sesi lain lagi." ucap Ino, menyesap minumannya.
"Ya ampun, tentu saja!" Sakura berseru seraya mengelap sake yang Naruto tumpahkan padanya. Ia berhenti ketika ia merasakan tepukan di bahunya. Ia menoleh dan berhadapan muka dengan kekasihnya.
"Siap?" tanya Sasuke singkat, memasukkan tangannya ke sakunya. Sakura mengangguk, ia melompat dari kursi tempat ia duduk.
"Ja ne, Ino-pig!" Sakura mengucapkan salam perpisahan dan Ino balas melambai, memberi satu kedipan. Sakura tersipu dan Sasuke segera menarik tangannya.
'Sebulan...' pikir Sakura ketika rumah Sasuke sudah di depan mata. 'Tidak akan pernah lagi...' pikirnya lagi ketika mereka mulai menaiki tangga menuju ke lantai atas.
"Sasu-mmpphh!" Sakura tiba-tiba dibungkam oleh bibir Uchiha yang melumatnya dengan lapar. Butuh satu menit bagi Sakura untuk merespons, ia secara bertahap melingkarkan lengannya di leher Sasuke. Sasuke menyeringai, ia mencengkeram paha Sakura dan menariknya ke atas, menyebabkan gadis itu melingkarkan kaki di pinggangnya.
Tanpa memutuskan ciumannya, Sasuke berjalan menaiki tangga. Tapi sayangnya tidak berhasil, langkahnya tergelincir, ia mendaratkan tangannya terlebih dulu, sehingga berat tubuhnya tidak menimpa Sakura.
"Kyaa!" Sakura memekik ketika ia merasakan punggungnya mendarat dengan sangat tidak nyaman di sudut-sudut tangga.
"Che. Brengsek." umpat Sasuke.
Sakura tiba-tiba terkikik, menarik kepala Sasuke dan memberikan ciuman lembut. Sasuke merespon dengan cepat.
Mencoba lagi, kali ini lebih berhati-hati agar tidak tersandung. Akhirnya Sasuke berhasil menaiki tangga tanpa insiden.
Sakura terkikik lagi ketika Sasuke menekan tubuhnya ke dinding lorong rumah.
Sasuke bergerak ke leher Sakura, mencium dengan lembut di sepanjang tulang leher gadis itu. Sakura mengerang, ia melengkungkan punggungnya, memberi Sasuke lebih banyak akses. Menggeram kesal pada baju Sakura, Sasuke dengan cepat menariknya ke atas kepala gadis itu, kemudian melemparkannya dengan sembarangan ke lantai.
"Sasuke-kun... tempat tidur... kamar..." Sakura tersentak saat Sasuke menangkup payudaranya.
Diam-diam setuju, Sasuke sekali lagi mengangkat Sakura dan berjalan menuju kamar mereka, melemparkan gadis itu ke tempat tidur. Sakura menghela nafas ketika ia bertumpu di sikunya, menyaksikan Sasuke melepaskan baju dan celananya sendiri, hanya menyisakan boxer-nya. Ia menatap kagum pada perut Sasuke yang terpahat dengan sempurna.
Kemudian Sasuke bergabung dengan Sakura, menjebak gadis itu diantara lengannya. Sakura menarik Sasuke ke dalam ciuman yang kasar. Pemuda itu dengan cepat melepas rok yang Sakura kenakan, hingga gadis itu sendiri tak menyadarinya. 'Bagaimana dia melakukannya begitu cepat?'
Sakura ditarik dari pikirannya saat Sasuke membuka kancing branya, dan melemparkannya ke seberang ruangan.
"Seseorang sepertinya sudah tidak sabar." Sakura terkikik. Sasuke menggeram, meremas salah satu payudara Sakura, menyebabkan gadis itu menjerit senang. Ini membuat Sasuke menyeringai.
"Sepertinya aku bukan satu-satunya yang tidak sabar." ucap Sasuke dengan suara berat. Ia mulai mencium perut Sakura, lalu naik ke sela-sela payudara gadis itu.
Napas Sakura berubah pendek-pendek, benar-benar dipenuhi nafsu dan gairah. Matanya berkaca-kaca, inderanya dibutakan dari efek luar biasa oleh Sasuke. Bau, rasa, penampilan pemuda itu, hanya itu yang penting baginya saat ini; ini sudah cukup untuk membuatnya gila.
Sasuke memijat gundukan lembut Sakura, jari-jarinya dengan lembut mengusap puting gadis itu yang mengeras. Bibirnya bergerak menempel ke payudara yang satu lagi, menjilat dan menghisapnya. Kemudian bergerak meraup bibir Sakura, ia menjulurkan lidahnya ke bibir gadis itu, memohon untuk masuk.
Jari-jari Sakura menyelinap ke rambut hitam Sasuke, memijat kulit kepala pemuda itu dan bergerak ke depan untuk menangkup wajah pemuda itu.
Sakura mengerang ketika Sasuke melumat bibirnya, tangannya bergerak cepat ke ujung celana boxer Sasuke, mencoba melepaskannya.
Sasuke, menyadari bahwa Sakura kesulitan membuka boxer-nya,  menyeringai di bibir gadis itu dan dengan cepat melepaskan boxer-nya.
Sakura mencium Sasuke lagi, menyelipkan jari-jarinya di rambut pemuda itu.
"Sial..." Sasuke mengerang ketika ia merasakan tangan Sakura meraih miliknya yang sudah mengeras di bawah sana. 'Sial, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi...'
Dengan pemikiran itu dalam benaknya, Sasuke melebarkan kaki Sakura dengan lututnya, mengangkat kaki gadis itu ke atas dan dengan cepat memasukkan miliknya ke dalam milik Sakura yang telah basah.
Jeritan Sakura dengan cepat dibungkam oleh ciuman ganas Sasuke. Tangan Sakura meluncur turun ke punggung Sasuke saat ia merasa nyaman dengan gerakan cepat pinggul pemuda itu.
'Brengsek...' pikir Sasuke sambil mendorong miliknya lagi ke dalam Sakura.
'Ya Tuhan, aku merindukan ini...' pikir Sakura, pikirannya mulai berkabut dengan kebahagiaan.
Sasuke mengumpat dengan keras saat ia memberikan satu dorongan keras terakhir. Sakura melempar kepalanya ke belakang dan menjerit, ia meneriakkan nama Sasuke saat mencapai klimaks, dan Sasuke segera mengikuti dengan mengerangkan nama gadis itu.
Lelah, Sasuke menarik dirinya keluar dari Sakura dan berguling ke samping. Sakura menggerakkan kepalanya ke dada Sasuke, keduanya terengah-engah.
Setelah beberapa menit, suara Sakura menembus kesunyian. "Lagi?" tanyanya dengan napas yang masih terengah-engah.
Sasuke menyeringai sebagai jawaban, kemudian membalik tubuh Sakura.
Empat jam kemudian...
Sakura menguap ketika ia meletakkan kepalanya di dada Sasuke... lima kali sudah cukup untuk satu malam. Sial, ia tidak akan bisa berjalan selama seminggu!
Sasuke menghela nafas, merasa jauh lebih baik. Tangannya membelai punggung Sakura. Sakura menghela nafas saat ia menyembunyikan kepalanya di antara leher kekasihnya itu.
Sudah jelas bulan itu merupakan bulan terpanjang dan mungkin yang paling sulit bagi mereka berdua, tapi mereka berhasil melewatinya. Tidak ada yang bisa menjatuhkan mereka sekarang; Sakura merasa hubungan mereka tidak bisa dihancurkan sekarang! Mereka telah melewati lebih dari yang dirasakan sebagian besar pasangan sepanjang hidup mereka... yeah itulah yang dirasakan setidaknya oleh Sakura.
Sasuke menutup matanya, merasa puas. Akhirnya... bulan itu berakhir. Dan ia dan Sakura masih bersama... meskipun mereka mungkin bertengkar dan banyak berdebat... pada akhirnya, mereka masih saling mencintai. Ia tersenyum ketika ia mulai tertidur.
Sakura menguap, ia juga menutup matanya, kelelahan karena aktivitas malam itu. Namun matanya tiba-tiba tersentak terbuka saat sebuah pikiran mengejutkan menghantamnya.
"Sasuke-kun!" Sakura berbisik buru-buru, mengguncang Sasuke.
Sasuke membuka matanya dengan jengkel. "Apa?!" tanyanya.
"Kau tidak membuang kamera-kamera itu...?" tanya Sakura dengan pelan.
'Brengsek...'
Kedua mata mereka melebar ketika mereka menoleh ke sudut ruangan... di mana kamera difokuskan langsung pada mereka.
***
"Ha ha! Aku mendapatkan beberapa ide baru untuk bukuku!" Jiraiya bersorak bahagia, mencatat semua ide yang baru saja ia saksikan. Hm... Konoha seharusnya berpikir dua kali sebelum menugaskannya untuk menjadi pengawas.
***
The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)