Chapter 9 - Hello Goodbye
Ketukan di pintu apartemennya menyentak Sakura dari tidurnya. Melihat jam dengan mata yang mengantuk, ia tersenyum. Gaara baru mengantarnya satu jam sebelumnya dari makan malam bersama orangtua pemuda itu dan jelas pemuda itu telah memutuskan bahwa mungkin pemuda itu seharusnya menginap malam ini. Terkekeh pada dirinya sendiri, ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu.
Sebelum ia membuka pintu, ia membuka dua kancing atas gaun tidurnya. Anggap saja ini hadiah untuk Gaara karena kembali, pikirnya. Sambil menarik napas bersemangat, Sakura membuka pintu, bersandar pada kusen pintu dengan menggoda dan senyum seksi, "Aku menganggapmu tidak terlalu lelah malam ini dan memutuskan untuk menerima tawaranku..." Matanya naik ke atas pada sosok di depannya dan bertemu tatap dengan onyx yang jelas bukan milik Gaara.
Sasuke berdiri tegak, menatap mata Sakura yang mengantuk, rambutnya yang sedikit acak-acakan, dan gaun tidur yang nyaris hanya sepahanya. What the fuck? Ia tersenyum miring ketika ekspresi terkejut muncul di wajah gadis itu.
"Tidak, aku bukan Gaara... Aku benci mengecewakanmu. Tapi kau mungkin mengingatku jika kau mau berpikir cukup keras. Sahabat? Membunyikan bel pintu? Bukan berarti kau peduli lagi." Nada suara Sasuke kasar dan ia tidak menunggu Sakura menyuruhnya masuk. Sebaliknya, ia mendorong melewati Sakura dan masuk ke apartemen yang gelap itu, lengannya sedikit bersentuhan dengan payudara Sakura. Panas menyengat mengalir ke tubuh Sakura dan ia berusaha melawan reaksi tubuhnya sendiri terhadap Sasuke.
"Sasuke, ini sudah malam. Apa yang kau lakukan di sini? Aku sedang mencoba untuk tidur." Sakura mencoba terdengar tenang dan ringan hati, terlepas dari kenyataan bahwa ia sedikit ketakutan oleh ekspresi Sasuke yang tampak marah.
Berbalik, Sasuke menatap Sakura tajam. "Tidak, kau tidak mencoba untuk tidur, kau sedang mencoba mendapatkan seks." Dan kenapa ini sangat menggangguku? "Apa kau menunggu pacarmu? Aku tidak menyadari kalian berdua bermain seks hingga larut malam." Ia mengucapkan kata-katanya dengan kasar. "Tidak heran kau selalu tak ada waktu untukku akhir-akhir ini..."
Sakura menyilangkan lengannya saat tatapan Sasuke semakin tajam ke arahnya. "Tidak... aku makan malam dengan orang tuanya tapi... tunggu... kenapa aku harus menjelaskan diriku padamu?" Ia membalas tatapan Sasuke. "Apa yang kau inginkan, Sasuke?" Kenapa kau menemuiku? Aku menjauh darimu karena aku harus melakukan ini. Ini adalah yang terbaik untukmu juga.
"Apa itu caramu berbicara dengan sahabatmu?" Sasuke mencibir. "Atau mantan sahabat, karena aku cukup yakin sahabat tidak akan seperti yang telah kau lakukan padaku setidaknya selama beberapa bulan terakhir." Bahkan ketika Sasuke memgatakan itu, ia merasa bersalah. Tapi melihat Sakura memakai gaun tidur itu, begitu siap dan bersedia mengundang Gaara ke tempat tidur dan berada di antara pahanya membuat Sasuke sangat kesal. Ia tidak tahu kapan ia berhenti menjadi pria nomor satu dalam hidup Sakura dan itu seharusnya tidak membuatnya marah sebesar ini. Tapi inilah yang terjadi dan ia tidak akan meminta maaf atas kemarahannya.
Sakura memucat mendengar kata-kata Sasuke, tahu bahwa pemuda itu benar. Dan mengirimkan rasa bersalah melewati tubuhnya, tapi itu hanya sesaat. Sikap Sasuke tetap tidak bisa diterima. Dengan marah, ia berjalan ke pintu. "Aku tidak tahu apa masalahmu, tapi kau bisa pergi sekarang," Ia menyentak pintu apartemennya terbuka dan memberi isyarat pada Sasuke untuk pergi. "Kau membangunkanku hanya untuk menjadi seorang bajingan disini dan aku tidak membutuhkan itu."
Sasuke berjalan mendekati Sakura. "Jadi jika Gaara yang membangunkanmu, kau tidak apa-apa?" Sejak kapan aku mulai tidak begitu berarti bagimu? Hah? Katakan padaku? Kenapa kau tidak peduli lagi? "Kupikir kita selalu mengatakan kita bisa saling bertemu kapan saja tentang apapun." Apa kau tidak ingat percakapan itu?
Jantung Sakura mengencang. Suaranya nyaris putus asa. "Ya, Sasuke... tapi itu sebelum..." Suaranya menghilang. Sebelum Miyuki. Sebelum Gaara. Sebelum pendewasaan secara resmi mengatur dan mengubah segalanya selamanya.
"Sebelum apa?" Suara Sasuke terdengar sangat lembut kali ini.
"Sebelum kau memutuskan untuk mengubah aturan hubungan kita." Mata Sakura dipenuhi air mata. Ia sangat ingin mengatakan tapi ia dengan hati-hati menahan kata-katanya karena ia menolak untuk mengkhianati dirinya sendiri dan bagaimana perasaannya pada Sasuke.
"Bagaimana bisa aku mengubah aturan hubungan kita? Aku sudah mencoba menjadi temanmu selama beberapa bulan terakhir dan kaulah yang tampaknya tidak peduli, selalu menghindariku."
Sakura menghela napas dengan tenang, memaksakan kesedihan menghilang dari suaranya. "Kau mengubah aturan ketika kau dan Miyuki mulai berkencan." Sasuke tidak mengatakan apa-apa jadi ia terus berbicara. "Dan tidak apa-apa, Sasuke. Kau diizinkan untuk mengubah aturan. Kau diizinkan untuk melanjutkan hidupmu. Kita... kita hanya tidak bisa menjadi seperti di persahabatan kita yang dulu setelah perubahan yang begitu besar ini."
Sasuke mendengarkan kata-kata Sakura. Sial, ia benci mengakui jika gadis itu benar. Tapi kenapa aku tidak bisa bersama Miyuki dan masih memiliki Sakura dalam hidupku? Kenapa harus satu atau yang lain? Sambil mendesah, Sasuke berbalik dan menatap melalui jendela yang diterangi cahaya bulan.
"Sasuke?" tanya Sakura penasaran. Pemuda itu berubah dari marah menjadi tenang dan itu membuatnya takut.
Dengan memunggungi Sakura, Sasuke bertanya, "Apa dia membuatmu bahagia?"
Ya. Tidak. Sakura membuka mulutnya sedikit untuk berbicara tapi tidak dapat memberikan jawaban, meskipun pikirannya menjerit.
Ya, dia membuatku bahagia ketika aku memejamkan mata dan berpura-pura bahwa kau tidak selalu menghantui penglihatanku. Ya, dia membuatku bahagia ketika aku mendorong bayanganmu ke sudut paling gelap di benakku dan menguncimu di sana seperti binatang yang dikurung. Ya, aku benar-benar bahagia dengannya ketika aku berpura-pura tidak mencintaimu.
Tidak, karena dia bukan dirimu dan dia tidak akan pernah menjadi dirimu.
"Apa dia membuatmu bahagia?" Sasuke bertanya lagi, berbalik menghadap Sakura lagi. "Apa dia memahamimu? Apa dia memahami keinginanmu atau apa dia tetap memaksakan apa yang dia inginkan? Apa dia mendengarkanmu atau hanya berpura-pura?" Apa hubunganmu sepertiku?
Sakura melembut ketika ia mendengarkan kata-kata Sasuke. Oh, Sasuke... apa dia melakukan itu padamu? Itukah sebabnya kau di sini? "Sasuke?"
Sasuke menatap Sakura, matanya bersinar dalam kegelapan.
"Apa dia melakukan itu padamu?"
Sasuke berjalan ke sofa dan menendangnya. "Ya, tidak... kadang-kadang." Ia menatap Sakura. "Pernikahan ini di luar kendali, Sakura. Ada lebih dari tiga ratus tamu dalam daftar..." Ia berhenti sejenak, berpikir kembali tentang daftar tamu itu. "Dan kau tahu? Aku tidak ingat aku melihat namamu di sana. Apa-apaan ini?"
Sakura hampir terhuyung. Kartu undangan sudah ada di mejanya. Di bawah tumpukan banyak kertas. Jadi ia tidak harus melihatnya. "Oh, aku, uh... aku baru saja mendapatkan undangannya."
Sasuke tampak puas dengan jawaban Sakura dan kembali ke pemikiran awalnya. "Aku hanya merasa hidupku sangat tak terkendali sekarang. Ketika dia dan aku berpacaran, segalanya santai dan tenang dan kupikir aku bisa melakukan semua hal tentang menjadi 'suami'. Tapi sekarang setelah pernikahan hampir tiba, dia berubah menjadi jalang gila yang menyalakan api di sebagian besar waktu. Dan kemudian aku bertanya-tanya, bisakah aku melakukan ini? Bisakah aku menjadi pria seperti itu?"
Sakura berjalan ke sofa dan memberi isyarat agar Sasuke duduk. Begitu Sasuke duduk, Sakura duduk di samping pemuda itu. "Kau menjadi 'pria' seperti apa, Sasuke?"
Sasuke menutup matanya, membungkuk ke depan dan menyembunyikan wajahnya di telapak tangannya. "Bisakah aku menjadi 'suami'? Bisakah aku mendengarkan perempuan jalang itu setiap hari selama sisa hidupku? Bisakah aku mengendalikannya jika kami mulai memiliki anak? Apa aku hanya akan mengalah selamanya?"
Sakura memejamkan matanya dengan marah pada bayangan anak-anak berambut gelap, bermata hitam yang menyelinap ke dalam benaknya larut malam ini. Berfokus pada Sasuke lagi, ia meletakkan tangannya di sisi wajah Sasuke dan memalingkan wajah pemuda itu ke arahnya.
Sakura bertemu tatap dengan mata Sasuke dalam cahaya keperakan. "Kau, Uchiha Sasuke, akan menjadi luar biasa dalam semua hal itu. Aku memiliki keyakinan sepenuhnya bahwa kau bisa melakukannya... dan bahwa kau akan luar biasa dalam semua hal." Tanpa berpikir, Sakura mencondongkan tubuh ke depan dan menempelkan bibirnya ke bibir Sasuke dalam ciuman yang meyakinkan, persis seperti yang telah dilakukannya ratusan kali di masa lalu. Tapi ketika bibir Sasuke menyentuh bibirnya, ia tersentak. Lebih mencondongkan tubuh pada Sasuke, ia memperdalam ciuman sampai tidak lagi menjadi ciuman lembut, tapi berubah bergairah dan bernafsu. Lengan Sasuke secara naluriah melingkari tubuh Sakura dan bibir pemuda itu mencium Sakura lagi dan lagi.
Otak Sakura berteriak agar ia berhenti, bahkan ketika ia menekan bibirnya pada Sasuke lebih keras, melenguh di dalam mulut pemuda itu. Tubuh Sasuke menanggapinya, semakin memanaskan kulit mereka yang bergesekan.
Sakura! Berhenti! Akhirnya ia menjauhkan bibirnya dari bibir Sasuke dan menarik dirinya dari cengkeraman pemuda itu. Air mata mengalir deras di pipinya. Apa yang telah ia lakukan?
Sakura berdiri dan mundur ke belakang. "Aku... aku minta maaf, Sasuke. Aku tidak tahu kenapa aku melakukan ini..." Berbalik, ia bergegas melangkah menuju kamarnya, "Kurasa kau harus pergi sekarang!"
Sasuke duduk diam di sofa, tertegun. Apakah Sakura benar-benar menciumnya seperti itu? Dan apakah ia benar-benar balas mencium Sakura dengan cara yang sama? Apa-apaan ini? Dan mengapa ini terasa sangat luar biasa? Sambil menarik diri dari pikirannya, ia melihat Sakura berjalan dengan panik ke kamarnya. Ia berdiri dan berlari mengejar Sakura, menangkap gadis itu saat melewati ruang makan. Ia menyambar lengan Sakura dan menarik gadis itu untuk berhenti.
"Saku... tunggu..." bisik Sasuke. Gadis itu masih tidak berbalik ke arahnya. "Saku... lihat aku..." Suaranya memohon.
Sakura perlahan-lahan menoleh ke arah Sasuke, pipinya basah dan matanya penuh dengan air mata. "Sasuke, lepaskan aku. Dan tolong pergilah." Ekspresi matanya menunjukkan kekuatan suaranya.
Mata Sasuke menatap dalam-dalam Sakura. Ia ingin memberitahu Sakura bahwa semuanya baik-baik saja dan ciuman itu bukan masalah besar. Ia ingin meyakinkan Sakura bahwa semuanya baik-baik saja dan kadang-kadang, hal seperti itu bisa terjadi begitu saja. Tapi ketika onyx-nya menatap bibir Sakura yang bengkak yang disebabkan olehnya, ia menyadari tidak ada yang baik-baik saja. Dengan geraman liar, ia menundukkan kepalanya dan menangkap bibir Sakura lagi dengan serangan ciuman yang lebih dalam. Ia menghimpit Sakura ke dinding dan gadis itu berteriak ketika punggungnya bertemu dengan dinding yang keras. Tangan Sasuke menelusuri tubuh Sakura yang berbalut gaun tidurnya, bergerak kesana kemari dan berhenti di pantat gadis itu. Otaknya menjerit menginginkan ia berhenti tapi tubuhnya memintanya untuk melanjutkan... Untuk melanjutkan ini. Dengan Sakura.
Sasuke menekan dirinya ke tubuh Sakura dan mengerang ketika panas tubuh gadis itu menembus melalui pakaiannya, membakar kulitnya sampai ia merasa seperti ia berdiri di neraka. Bibirnya meninggalkan bibir Sakura dan bergerak ke leher gadis itu, menggigit dan menghisap sepanjang jalan di leher gadis itu. Kepala Sakura menempel ke dinding, matanya tertutup rapat dan mulutnya sedikit terbuka.
"Sasuke," ucap Sakura. "Kita... ohh Tuhan..." Gigi Sasuke menggigit tulang selangkanya, mengirimkan sengatan listrik langsung ke antara pahanya. Ia mencoba lagi... "Kita harus berhenti..."
"Aku tahu," bisik Sasuke, tangannya meluncur ke balik baju Sakura dan bergerak ke atas punggung gadis itu. "Aku akan berhenti."
Seluruh tubuh Sakura melonjak dengan nafsu yang belum pernah ia alami. Tubuh Sasuke begitu besar dan kuat dan panas terhadap tubuhnya hingga otaknya hampir menghentikan semua fungsinya. Tapi satu suara kecil yang mengganggu di belakang kepalanya, berteriak 'Dia menikahi seseorang yang bukan dirimu' terus terulang dan semakin keras. Memberi Sakura kekuatan untuk mendorong Sasuke menjauh.
"Sasuke... berhenti!"
Sasuke terdiam, napasnya memburu, dadanya naik turun saat ia menatap wajah bingung Sakura.
"Sasuke, kau harus pergi sekarang." Ketika pemuda itu tidak menjawab, Sakura berbalik, rambut merah mudanya berayun di punggungnya, dan gadis itu berjalan ke kamarnya.
Sasuke melihat pantat Sakura yang bergerak di balik celana dalam tipisnya saat gadis itu berjalan menuju kamarnya. Jangan ikuti dia, Uchiha. Jangan pergi ke sana. Jika kau mengikutinya, kau tahu apa yang akan terjadi. Tinggalkan saja...
Ketika Sakura menghilang ke dalam kamar, Sasuke mendapati dirinya membuntuti gadis itu. Sakura akan membanting pintu untuk melepaskan sebagian dari rasa frustasinya yang terpendam tapi tangan Sasuke menghentikannya.
Mendorong pintu kembali terbuka, Sasuke melangkah masuk ke kamar Sakura, membanting pintu di belakangnya, dan meraih pinggang Sakura agar menghadap ke arahnya.
"Sasuke!" Sakura menjerit. Kau harus berhenti. Aku tidak bisa terus mengatakan tidak padahal yang ingin kulakukan hanyalah berteriak ya...
Tubuh Sakura mengkhianatinya ketika panas tatapan Sasuke menyentuh dirinya. Mata mereka terkunci satu sama lain dan Sakura melihat serangkaian emosi berputar di kedalaman onyx Sasuke yang gelap. Apa kau juga mencintaiku? Apa kau akhirnya menyadari bahwa kau menikahi seseorang yang hampir persis sepertiku?
Sebelum Sakura bisa mencari jawaban dari pertanyaan yang sangat ia butuhkan, ia mengerang saat Sasuke menciumnya dengan keras. Tangannya secara naluriah bergerak ke pundak Sasuke, mencengkeramnya saat pemuda itu menghimpitnya ke pintu.
Sasuke menarik diri, tatapannya jatuh ke baju Sakura, yang sebagian sudah tidak terkancing. Ia bisa melihat celah di antara payudara gadis itu dan kejantanannya terasa berdenyut. Aku harus bercinta denganmu.
Sakura melihat gairah di mata Sasuke dan ia menelan ludah. Ketika tangan Sasuke mulai membuka kancing bajunya, ia bergidik.
Apa yang kulakukan? Sasuke menatap ke bawah pada kulit Sakura yang terbuka di bawah sinar bulan.
"Sasuke..." Sakura berbisik, berusaha mendapatkan perhatian pemuda itu. "Sasuke," Ia mencoba lagi. Sasuke mengabaikannya.
Ketika kancing Sakura semuanya terlepas, Sasuke membuka baju itu lebar-lebar dan matanya menatap payudara gadis itu. Dada Sakura naik turun, cepat dan tidak teratur saat ia melihat onyx Sasuke menatap lekuk payudaranya.
Dengan erangan parau, Sasuke menundukkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya ke payudara Sakura, meninggalkan jejak panas. Sakura berteriak, matanya menutup rapat merasakan panas mulut Sasuke pada kulitnya yang meradang.
Kita harus berhenti... otak Sakura menjerit.
Aku harus menghentikan ini... Aku tidak bisa melakukan ini... pikir Sasuke ketika jari-jarinya meluncur dan menarik puting Sakura, memutarnya di antara jari-jarinya.
"Sasuke, kau... kau harus berhenti..." ucap Sakura, bahkan ketika lidah Sasuke mengusap putingnya yang sebelumnya pemuda itu pegang di antara jari-jarinya.
"Kenapa?" Sasuke berbisik, "Kau benar-benar menginginkan ini... sama sepertiku..."
Apa kau akhirnya menyadari, Sasuke? Apa kau akhirnya datang padaku untuk selamanya? Aku mohon...
Untuk membuktikan maksudnya, Sasuke meletakkan ereksinya yang tersembunyi di balik jeansnya ke perut Sakura, menimbulkan erangan dari gadis itu.
Menghimpit Sakura keras ke pintu, tangan Sasuke bergerak ke celana dalam gadis itu. Ia menyelinapkan jarinya ke atas klitoris Sakura, ujungnya tenggelam ke lorong panas gadis itu yang telah lembab.
"Fuck," erang Sasuke di leher Sakura. "Katakan padaku kau menginginkanku, Sakura. Katakan padaku bahwa kau ingin aku berada di dalam dirimu... bukan dia... tapi aku..."
Kita tidak bisa melakukan ini. Ini akan mengacaukan semuanya! Jari Sasuke masuk lebih dalam dan Sakura berteriak, seluruh tubuh gadis itu bergetar.
Sakura tidak bisa percaya bahwa mereka berdua berdiri di sini, seperti ini, di kamarnya yang diterangi cahaya bulan.
Sakura mendongak ke wajah tampan Sasuke dan melihat nafsu besar di sana. Untuknya. Mungkin ini adalah titik kritis. Mungkin, akhirnya, Sasuke menyadari bahwa lubang di hatinya yang pemuda itu coba isi dengan Miyuki hanya bisa diisi olehnya. Mungkin, akhirnya, ia bisa bangun di lengan Sasuke setiap pagi, bukan hanya di pikiran dan hatinya. Mungkin, mungkin saja, Sasuke juga mencintainya. Mungkin ini adalah awal... awal dari hidup kami bersama. Ketika tangan Sasuke bergerak di atas pinggulnya, di atas perutnya, dan hingga menangkup payudaranya dengan kasar, semua tekadnya, semua kekhawatirannya, semua keraguannya lenyap begitu saja.
"Aku menginginkanmu..." bisik Sakura di telinga Sasuke.
Sasuke segera menekan bibirnya ke bibir Sakura, memaksa mulut gadis itu terbuka sehingga lidahnya bisa menjarah lidah gadis itu. Ketika Sasuke melakukan itu, Sakura mendengar suara pelan saat celana pemuda itu menyentuh lantai. Sasuke menendang celana jeans dan boxernya menjauh. Sambil menarik diri dari Sakura, ia menarik kaosnya di atas kepalanya dan melemparkannya ke lantai.
Sasuke berdiri di depan Sakura di bawah sinar bulan. Tubuh pemuda itu, yang begitu familiar dengannya karena mereka sudah begitu dekat, sangat luar biasa. Otot-otot pahatannya tampak seperti sesuatu dari museum seni Prancis. Tubuh Sasuke semua berotot, punggung, dan dada bidang yang keras. Dan ereksinya panjang dan tebal, menonjol keluar dengan bangga dari tubuhnya.
Melangkah kedepan, Sasuke mendorong Sakura ke tempat tidur. Ia menarik lepas baju Sakura dan mengaitkan jari-jarinya di celana dalam gadis itu, menariknya ke bawah. Sasuke naik ke atas Sakura, ereksinya terayun-ayun di antara pahanya. Dan Sakura tidak bisa berhenti memandanginya. Itu mengesankan.
Sasuke mencondongkan tubuhnya, menggerakkan lidahnya ke tulang selangka Sakura, dan membuka kaki gadis itu lebih lebar. Sakura merintih ketika merasakan udara dingin ruangan berputar di antara pahanya. Sasuke mendorong lutut Sakura menekuk ke atas. Jari-jarinya menari-nari di celah Sakura, nyaris tidak menyentuh gadis itu. Sakura melengkungkan tubuhnya untuk menekan dirinya ke tangan Sasuke. Sasuke memahami isyarat itu dan menyelipkan jarinya ke lorong panas Sakura yang basah. Sakura tersentak, menggigit bibirnya.
"Sial kau sangat basah untukku .. Goddammit..." Suara Sasuke pelan, ada gairah di setiap katanya.
Mata Sasuke menatap lurus pada Sakura ketika ia memasukkan satu jarinya lagi, dan kemudian satu lagi, perlahan-lahan masuk dan keluar dari Sakura. Tangan Sakura perlahan membelai kejantanan Sasuke yang sekeras baja, dan berdenyut.
"Sakura," ucap Sasuke, "Apa kau masih mengonsumsi pil pengatur kehamilanmu?"
Sakura mendorong tubuhnya ke tangan Sasuke, dan mengangguk. Seluruh tubuhnya mengamuk dengan kebutuhan tak terkendali untuk Sasuke dan hanya pemuda itu.
Sasuke menarik jari-jarinya dari Sakura, menggenggam penisnya dan membelai dengan jari-jarinya yang basah, sebelum ia memasukkan ujungnya ke lipatan Sakura dan menggesekkannya pada tonjolan saraf yang bengkak yang ada di sana.
"Sasuke, tolong..." Sakura memohon. Tangannya meluncur ke bawah dan ia mulai mengusap klitorisnya sendiri. Arousal menjalari dirinya dan ia pikir ia akan meledak jika Sasuke tidak segera menyentuhnya.
Mata Sasuke berkilat ketika ia menyaksikan Sakura perlahan memutar pinggulnya, mendorong sedikit ke atas untuk menekan tangannya sendiri. "Fuck, Saku... Kau tidak bisa melakukan itu... Aku akan meledakkan milikku jika kau melakukan itu..."
Sakura tersenyum lemah, nafsu Sasuke sangat tinggi terpancar di matanya. Sambil mengerang, ia menyelipkan tangannya lebih jauh ke celahnya dan membuka dirinya sepenuhnya. Mata Sasuke tertuju pada pembukaan Sakura yang berkilau dan ia berdesir hebat. "Bercinta denganku, Sasuke... Tuhan... kumohon..." Sakura menggeliatkan pinggulnya ke tempat tidur, gairah yang besar mengalir melalui dirinya.
Tanpa berkata-kata, Sasuke mendorong pinggulnya ke depan dan masuk ke dalam diri Sakura. Sakura mengerang keras ketika panjang Sasuke memenuhi dirinya sepenuhnya, membuat tubuhnya bergetar dan menyebabkannya menjerit. Sasuke mencondongkan tubuh ke depan, menopang dirinya di atas tangannya, dan perlahan-lahan menarik keluar dengan gigi terkatup. Meraih paha Sakura, ia membukanya lebar-lebar sehingga memungkinkannya bergerak lebih dalam. Menentukan ritme, ia bergerak berulang kali.
Lorong Sakura memerah dengan setiap gerakan. Sasuke tidak bisa berhenti bergerak, sengatan listrik seolah menjalar ke arahnya ketika tubuh Sakura menelannya di dalam diri gadis itu. Ia melawan keinginan untuk segera meraih orgasmenya... kebutuhan untuk berada di dalam Sakura sangatlah kuat.
"Kenapa aku menunggu begitu lama untuk menidurimu, Sakura?" Sasuke mengerang di bahu gadis itu. "Fuck.. Kenapa kau terasa begitu luar biasa? Sayang... ohh..." Ia sadar ia mengoceh tapi ia tidak bisa berhenti.
Tangan Sakura meluncur turun ke dada Sasuke, di atas perutnya, di punggungnya, di pahanya, ke atas bahu pemuda itu, di mana-mana. Ia menghafal rasa kulit Sasuke, dan menyelipkan ke tempat paling sudut di benaknya untuk kenangan yang paling ia hargai.
Sakura melengkungkan pinggulnya dan gerakan Sasuke mulai tidak menentu. Ini Sakura, dude... Ini Sakura. Ya Tuhan... aku selalu membayangkan dia akan seperti ini.
"Apa kau sudah dekat, Saku?" Sasuke mengerang, matanya terpejam erat saat ia menikmati sensasi panas Sakura yang mengelilinginya.
"Sangat dekat, Sasuke... Tolong..." Sakura memohon, mendorong pinggulnya ke arah Sasuke untuk penetrasi yang lebih dalam.
Ia mencondongkan tubuh ke depan, napasnya terasa panas di telinga Sakura. "Aku ingin kau orgasme di sekelilingku, Sakura..." Ibu jarinya meraih klitoris Sakura, memijat dan menggosoknya dan menyebabkan gadis itu menjerit di bahunya. "Ayo, Sayang, biarkan aku merasakanmu... ayo, Sakura..." Ia mendesak, bahkan ketika ia merasakan lilitan kencang di perutnya mulai terurai dengan cepat saat orgasme melesat menembus tubuhnya.
"Ohh, fuck, Sakura. Shit..." Sasuke mengerang saat orgasme meledakkannya dan terasa membutakannya, tubuhnya mengirim benihnya jauh di dalam diri Sakura.
Sakura menjerit ketika ia merasakan Sasuke berdenyut, mengembang, dan kemudian meledak di dalam dirinya. Intensitas orgasme Sasuke membuat Sakura diambang batas dan ia menyusul Sasuke, panas dan mengetat di sekeliling pemuda itu.
Ketika denyut terakhir meninggalkan tubuhnya, Sasuke ambruk di sebelah Sakura, jantung Sakura berdetak kencang dan dengan air mata mengalir dari sudut matanya.
Mereka berbaring diam cukup lama. Sakura nyaris tidak bisa mendengar suara darah yang mengalir deras di telinganya. Pikirannya berpacu dengan kata-kata yang perlu ia katakan pada Sasuke.
Aku mencintaimu.
Aku tidak bisa hidup tanpamu.
Kumohon, jangan menikahinya.
Jika kau menikahinya, aku bisa mati.
Sakura berguling untuk menghadap Sasuke. Pemuda itu bernapas berat dan rahangnya terkatup rapat. Katakan sekarang, Sakura. Dia harus tahu... Katakan padanya.
Tepat ketika Sakura mulai membuka mulutnya, Sasuke bangkit dari tempat tidur. "Sasuke, aku..." Ia memulai.
"Jangan..." ucap Sasuke, mengangkat tangannya untuk menghentikan Sakura. "Aku tidak tahu kenapa ini terjadi begitu saja." Aku harus keluar dari sini.
Mata Sasuke mencari-cari di lantai ruangan yang gelap dengan buru-buru, mencoba menemukan pakaiannya. Menemukan celana jeansnya, ia menyentaknya. Aku harus pergi dari sini. Dari dia. Aku tidak percaya aku selingkuh dari Miyuki...
Jangan lihat dia. Kau tidak boleh melihatnya. "Aku benar-benar minta maaf, Sakura." Apa yang baru saja aku lakukan? Aku akan menikah dalam dua minggu.
Sakura menyaksikan tanpa daya ketika Sasuke dengan marah memakai kaosnya di atas kepalanya. "Ini adalah kesalahan besar." Rasa panik mengambil alih setiap pori-pori dan suara Sasuke menjadi pecah. "Kumohon, Sakura, jangan beritahu Miyuki..."
Sasuke mulai berjalan menuju pintu kamar dan hampir melewati pintu itu ketika ia diam sejenak. "Maaf, Sakura," gumamnya lagi, meskipun ia menolak untuk melihat ke arah gadis itu.
Dan kemudian Sasuke pergi; bantingan pintu depan bergema di apartemen yang gelap itu.
"Tapi... aku mencintaimu..." Kata-kata yang ditahan Sakura selama Sasuke berpakaian, tapi ketika Sasuke mengatakan padanya bahwa ini kesalahan besar, kata itu akhirnya menghilang dari bibirnya yang bengkak.
"Aku mencintaimu," bisik Sakura lagi, "Dan kupikir kau juga mencintaiku." Suaranya menegang, lemah, ketika goncangan pada apa yang baru saja terjadi mulai meresap ke dalam tubuhnya.
Dia pergi. Dia meniduriku dan dia pergi begitu saja.
Dia memanfaatkanku seperti aku seorang pelacur.
Gelombang mual menyusul Sakura. Ia memaksa dirinya kembali jatuh ke tempat tidur. Ketika air mata mengalir dari matanya, ia terisak-isak begitu keras hingga ia mengira tulang rusuknya akan pecah. Tapi tulang rusuk yang patah dan patah hatinya benar-benar tidak penting. Karena dengan kata-kata penyesalan Sasuke melakukan ini dengannya, permohonan untuk tidak memberitahu tunangannya, dan kepergiannya yang begitu saja, Uchiha Sasuke akhirnya berhasil menghancurkan Haruno Sakura untuk selamanya.
***
To be Continued