expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sebulan Yang Panjang #2




"Ha! Hanya 10 hal, aku bisa dengan mudah menyebutkannya!" Sakura bergumam pada dirinya sendiri, dilihat dari raut wajahnya, ia tampaknya cukup stres. Ia saat ini duduk di meja makan rumah Uchiha, dengan sebuah pensil dan kertas di depannya.
'Heh! Seolah kita benar-benar banyak mengandalkan seks dari manusia es batu itu!' seru inner Sakura saat ia mulai menulis, menganggukkan kepalanya setuju pada dirinya sendiri.
Ia tidak terlalu membutuhkan Sasuke... benar? Ia bertanya dalam benaknya.
***
"Omong kosong, ini bodoh, bagaimana ini bisa membantu?" Sasuke berbicara pada dirinya sendiri, memegang kertas dan pensil. Ia saat ini duduk di ranjang kamar tidur utama Uchiha, sekarang adalah waktu satu-satunya ia bisa duduk di sana tanpa mendapat tendangan dan diusir untuk tidur di sofa di lantai bawah. Ia diam-diam cemberut. 'Kenapa kau tidak membuatnya tidur di sofa sialan itu saja?' teriak inner Sasuke.
Ia tahu jawabannya sangat sederhana. Karena ia benci melihat Sakura sedih, tapi bukan berarti ia akan menyuarakan itu dengan keras, tidak akan pernah.
Ia mencoba untuk memikirkan apa yang ia tak suka dari Sakura, tapi pikirannya terus bertanya-tanya tentang... ehem yang lain. Sasuke mengumpat diam-diam, ia sudah gila! Akhirnya ia memutuskan berdiri dan pergi ke kamar mandi, ia butuh air dingin.
***
"INI ENAK! Aku mau lagi!" Naruto berseru dengan gembira memegang mangkuk ramen yang sekarang sudah kosong, sedangkan Sasuke duduk di sampingnya menatap datar. "Ne! Sasuke-teme! Bagaimana terapi itu untukmu? Itu bagus untukku dan Hinata!" Naruto mengoceh.
Sasuke memberinya tatapan dingin sebagai balasan.
"Er... kurasa itu 'tidak terlalu baik' kalau begitu." Naruto menyengir gugup.
"Hn." jawab Uchiha itu dengan sederhana.
"Jadi, apa masalahnya?" tanya Naruto, yang mulai menyeruput semangkuk ramen lagi.
"Aku lebih baik tidak memberitahumu." ucap Sasuke.
"Ah, ayolah!" Naruto memohon, menyeruput ramen lagi.
"Kami tidak boleh berhubungan seks selama sebulan."
Secepat ramen itu masuk, secepat itu pula ramen keluar dari mulut Naruto lagi, yang mendapatkan tatapan jijik dari wajah sahabat berambut hitamnya itu.
"Whoa! Maksudmu, tidak ada sama sekali?" Naruto tersedak.
"Apa kau tak dengar yang baru saja kukatakan, bodoh?" Sasuke mendesis, wajahnya masam.
Tiba-tiba Naruto tertawa histeris. "Ha! Itu menyebalkan sekali untuk kalian!" Ia tersedak sebentar sebelum tertawa lagi. "Kau tahu itu sangat lucu!" ucap Naruto, tertawa lagi.
Sasuke merengut pada Naruto yang tertawa, dan kemudian menyeringai. "Kurasa itu berarti seks yang kudapat selama ini melebihi apa yang kau dapat."
Naruto berhenti tertawa. "Diam kau, Teme! Aku mendapatkan lebih daripada dirimu sekarang!" teriak Naruto, marah karena Uchiha itu mengejeknya... bahkan jika itu adalah sesuatu yang bodoh seperti ini.
"Hn. Ini hanya sebulan."
"Aku yakin kalian sudah mencoba diam-diam!" teriak Naruto.
Sasuke tetap diam.
"Ha! Aku tahu itu! Tidak heran kalian berdua tempramental belakangan ini."
Sasuke menatap Naruto lebih tajam.
"Jangan memelototiku! Aku bukan orang yang menyuruhmu dan melarangmu berhubungan seks selama sebulan!" Naruto berseru. Sasuke menghela nafas lalu melirik jam di kedai itu.
"Sial, aku harus pergi." Sasuke bergumam dengan keras, sebagian besar untuk dirinya sendiri. Sekarang sudah jam tiga kurang lima menit, ia dan Sakura punya 'sesi' lain. Mengumpat dalam hati, Sasuke berjalan menuju kantor dokter.
***
Sasuke berjalan masuk dan mendapati Sakura sudah duduk di sana, tampak kesal seperti biasanya.
"Apa terlambat harus aku masukkan juga pada daftar hal yang tidak kusukai darimu?" Sakura mengejek.
"Apa sangat berisik harus aku masukkan juga pada daftar hal yang tidak kusukai darimu? Oh, tunggu saja." Sasuke mendesis kembali. Mereka saling melotot sampai Dr. Hikaru masuk ke ruangan, oh tidak lupa dengan clipboard di tangannya.
"Kurasa kalian berdua sudah menyelesaikan PR kalian?" tanya Dr. Hikaru.
"Ya, dan ini cukup mudah." ucap Sasuke. Ekspresi terluka terlintas di wajah Sakura sebelum gadis itu menutupinya lagi.
"Ya, ini mudah!" ucap Sakura. Membuat Sasuke merasa kesal karena suatu alasan.
"Baiklah, Sakura, maukah kau membacakan milikmu dulu?" tanya Dokter dengan nada bosan.
"Dengan senang hati!" ucap Sakura dengan riang dan mengambil daftarnya. Sasuke menatap Sakura saat gadis itu mulai membaca dengan keras.
"1. Sikapnya yang sedingin balok es." Yang sebenarnya adalah alasan mengapa aku jatuh cinta padanya.
"2. Caranya bertindak seolah dia yang terkuat dan semua orang di sekitarnya jauh lebih lemah." Bahkan jika dia adalah salah satu yang terkuat atau terlemah di desa, aku masih sangat mengaguminya.
"3. Pergi dan bergabung dengan Orochimaru, membiarkanku kedinginan sebelum dia pergi." Meskipun dia harus melakukannya untuk mendapatkan kekuatan.
Sasuke meringis untuk yang satu itu.
"4. Karena mengkhianati desa." Yang mana dikembali, dan menerima hukuman yang diberikan padanya agar dia bisa tetap tinggal.
"5. Karena begitu keras kepala untuk menyadari bahwa ada orang yang peduli padanya dan akan melakukan apa saja agar dia tetap tinggal." Meskipun aku tahu itu sudah disadarinya sekarang.
"6. Rambut ayamnya yang bodoh!" Meskipun aku menyukainya karena menggemaskan.
"7. Cara dia dan Naruto selalu bertengkar dan bersaing dalam hal-hal bodoh!" Yang sebenarnya bukan sepenuhnya salahnya.
"8. Karena membiarkan kebenciannya terhadap Itachi mengendalikan hidupnya." Yang mana aku telah menawarkan berkali-kali untuk membantunya, tapi dia menolak.
"9. Karena begitu keras kepala tentang segalanya." Yang mana aku juga begitu.
"10. Dan karena tidak membiarkan orang lain membantunya ketika dia jelas membutuhkannya." Aku ingin membantunya...
Sakura menghela nafas setelah selesai membacakan daftar yang ia tulis.
Sasuke tampak terkejut... apa semua hal itu benar tentang dirinya? Sekarang ia memikirkannya...
Dr. Hikaru berdeham. "Umm... baiklah kalau begitu, sangat bagus. Sekarang Sasuke, apa kau ingin membacakan milikmu?"
Sasuke mengangguk sedikit, kemarahan mengambil alih emosi lain yang ia rasakan beberapa saat lalu. Ia berdeham sebelum memulai.
"1. Sikapnya yang terus-menerus menyebalkan." Salah satu alasan aku jatuh cinta padanya...
"2. Suaranya yang sangat keras yang menyebalkan." Yang aku tidak akan pernah bosan untuk mendengarnya.
"3. Rambut merah mudanya yang menyebalkan." Aku sangat menyukai itu.
"4. Dahinya yang lebar dan menyebalkan." Yang mana selalu ingin kuberi kecupan.
"5. Caranya mengkhawatirkanku yang menyebalkan." Yang mana membuatku merasa dibutuhkan.
"6. Tangisan bodohnya, yang dia lakukan terlalu sering." Yang mana membuatku ingin memeluknya.
"7. Keceriaannya yang terus-menerus." Yang mana membuatku lupa tentang masa laluku ketika aku di sekitarnya.
"8. Mata hijaunya yang bodoh." Yang mana aku tak akan bosan memandangnya sepanjang hari...
"9. Sikap manjanya yang tanpa henti." Diam-diam aku suka memanjakannya.
"10. Aku tidak membutuhkannya." Aku membutuhkannya...
Sasuke selesai, dan ia mulai menyesali semua yang baru saja ia katakan, dan tiba-tiba ada keinginan untuk membatalkan semua ucapannya.
Sebuah isakan memecah keheningan, yang tidak lain berasal dari gadis berambut merah muda di ruangan itu. Sasuke merasakan dadanya mengencang, di sana ia membuat Sakura menangis lagi.
Mata Sakura mulai berkaca-kaca. Ia berdiri dengan tiba-tiba sebelum Sasuke punya kesempatan untuk mengatakan sesuatu padanya.
"Aku... aku harus pergi, aku minta maaf karena terus-menerus mengganggumu, Sasuke-kun." Sakura terisak sebelum berlari keluar pintu.
"Sakura... tunggu!"
Dr. Hikaru ditinggal sendirian di ruangan itu, ia mengangkat alisnya dengan penuh minat dan mulai menuliskan sesuatu di clipboard-nya.
Sakura berjalan lebih cepat ke kamar mandi dan mengunci pintu, menangis dan terus menangis. Sasuke membencinya... ia harusnya tahu itu!
Sasuke berhenti di luar pintu, jantungnya terasa nyilu, membuat dadanya menegang dengan cara yang tidak menyenangkan.
Ia telah mengacaukan semuanya, pikirnya ketika ia menyandarkan dahinya ke pintu dimana kekasih berambut merah mudanya sedang berada disisi lain pintu menangis karena dirinya… lagi. Sepertinya ini selalu karenanya, yeah kali ini sebagian kesalahan ada di dokter sialan itu.
Dokter sialan itu benr-benar menekan tombol amarahnya sekarang.
Di sisi lain pintu, Sakura masih menangis tersedu-sedu. Ia menyeka matanya dengan lengan bajunya, sebagian besar ia menangis tentang apa yang dikatakan Sasuke tentang dirinya, tapi juga sebagian karena apa yang ia katakan tentang pemuda itu, sekarang ia merasa buruk.
'Tapi setidaknya apa yang kita katakan tentang dia itu benar dan dia tahu itu!' inner Sakura berteriak.
'Ya... tapi apa yang dia katakan tentang kita mungkin juga benar...' pikir Sakura, membuat inner Sakura diam.
'Tapi bagaimanapun juga! Dia tahu aku mencintainya, aku sudah mengatakan itu padanya beberapa kali! Dan tak pernah sekalipun dia mengatakan kembali bahwa dia mencintaiku!' pikir Sakura lagi, membuat gelombang air mata mengalir lagi.
Kemudian pikiran lain terlintas di benaknya, bagaimana jika Sasuke hanya memanfaatkannya untuk dijadikan boneka seks? "Argh!" Sakura menjerit di sela tangisannya, kalau begitu tak heran Sasuke membencinya.
Sasuke memejamkan matanya ketika ia mendengar suara Sakura. Ia menghela nafas dan mengetuk pintu. "Sakura... buka pintunya."
"Tidak! Pergi saja kau brengsek! Jika aku sangat mengganggumu, kenapa kau harus repot-repot ke sini?" balas Sakura berteriak.
"Sakura, buka saja pintunya." ucap Sasuke, merasa kesal.
"Tinggalkan aku sendiri!"
"Buka pintunya!"
"Pergi!"
"Sialan, Sakura berhenti bertingkah kekanak-kanakan!"
"Aku tahu itu! Kau tak perlu memberitahuku!"
Sasuke membenturkan dahinya ke pintu dengan pelan, sialan, ia salah bicara lagi.
"Aku... bukan itu yang ingin kukatakan... Sakura, tolong buka pintunya." ucap Sasuke dengan nada yang lebih lembut. Ada keheningan dan ia sejenak berharap bahwa Sakura akan membuka pintu.
"Tidak! Aku membencimu, Uchiha! Pergi saja!"
Sasuke meringis; baik, ia terpaksa harus menggunakan cara yang kasar. "Baiklah, terserah kau."
Sakura yang mendengar jawaban Sasuke, mulai menangis lagi. "Dia benar-benar tidak peduli..." gumamnya sedih. Tapi suara klik dari kunci pintu membawa tatapannya kembali ke pintu itu.
Sasuke dengan mudah membuka kunci murahan itu, ia hanya meraih kenop pintu dan memutarnya dengan sedikit kekuatannya. Ia berjalan masuk dan melihat kekasihnya yang berambut merah muda duduk di toilet yang tertutup.
Sasuke menutup pintu di belakangnya dan dengan cepat memblokir jalan saat Sakura mencoba berjalan melewatinya.
"Sasuke-kun, biarkan aku pergi." mohon Sakura, berusaha melewati Uchiha bungsu itu.
"Tidak. Jika kau tidak mau mendengarkan apa yang kukatakan, aku akan memaksamu." ucap Sasuke sambil meraih pundak Sakura.
Sakura memandang lantai. Dan Sasuke mengangkat dagu Sakura, memaksa gadis itu untuk menatap matanya.
"Lihat aku, Sakura." ucap Sasuke dengan nada tegas. Sakura melakukan apa yang diperintahkannya dan mulai menangis lagi, air mata mulai jatuh dikulit porselennya lagi.
"Apa masalahmu; jika kau benar-benar serius dengan semua hal yang kau tulis tentangku, maka kau sudah jelas tidak peduli padaku apalagi mencintaiku." ucap Sakura dengan pelan dan ia mencoba melewati Sasuke lagi, tapi pemuda itu tetap menahannya.
"Kau tidak akan pergi ke manapun Sakura, tidak sampai kau mendengarkanku."
"Aku tidak peduli apa yang akan kau katakan! Jika kau hanya menginginkanku untuk memuaskan kesenanganmu sendiri, kenapa kau tidak mengatakannya di awal saja?"
Mata Sasuke membelalak pada ucapan Sakura... benarkah itu yang Sakura pikirkan? Bahwa ia hanya menggunakan gadis itu sebagai mainan seks!
"Apa hanya itu yang kau pikirkan?" ucap Sasuke dengan nada tegas. Sakura tak menjawab. "Jika memang aku seperti yang kau pikirkan itu... lalu menurutmu apa yang kita lakukan di sini?"
"Aku tidak tahu harus berpikir apa, Sasuke-kun..." Sakura berseru pelan.
Apa yang Sasuke lakukan selanjutnya benar-benar tidak terduga, ia mencium Sakura. Tapi bagi Sakura rasanya tidak seperti ciuman mereka yang lain. Ciuman ini berbeda... dipenuhi dengan perasaan. Sasuke dengan lembut menggerakkan lidahnya ke mulut Sakura ketika gadis itu hanya berdiri terpana. Sasuke menggerakkan tangannya ke pangkal leher Sakura dan jarinya tenggelam di rambut gadis itu saat ia memperdalam ciumannya.
Ya... ciuman ini sangat berbeda, pikir Sakura. Sepertinya lewat ciuman ini ada sesuatu yang Sasuke sedang coba untuk sampaikan, pemuda itu memberikan semua emosinya ke dalam ciuman itu, memberitahu Sakura apa yang ia rasakan saat ini. Momen ini adalah kebahagiaan total bagi Sakura.
Setelah beberapa saat, Sasuke akhirnya menarik diri dari Sakura yang sekarang matanya berkaca-kaca dan memerah. Sasuke menempelkan dahinya ke dahi Sakura sebelum berbicara.
"Jika itu yang kau pikirkan Sakura... maka kau salah." Suara berat Sasuke menarik Sakura dari keterkejutannya.
"T-Tapi... kenapa kau menulis hal-hal itu tentangku? Jika itu benar-benar apa yang kau pikirkan maka kenapa kau di sini?" Sakura berbisik.
"Aku sedang marah saat aku menulis semua itu Sakura, dan begitu juga kau ketika kau menulis hal-hal itu tentangku."
Sakura meringis... ia juga mengatakan beberapa hal buruk tentang Sasuke.
"Asal kau tahu... yang kutulis itu adalah semua hal yang kucintai darimu." ucap Sasuke, yang kini menyembunyikan wajahnya di leher Sakura dan menghirup aroma tubuh gadis itu.
"A-Apa...?" Sakura tergagap. Apa Sasuke baru saja mengatakan cinta?
"Aku mencintaimu... Haruno Sakura."
Mata Sakura membelalak... Sasuke mencintainya. Ia tak percaya pemuda itu baru saja mengakuinya. Ia membiarkan gelombang air mata lain turun, tapi kali ini adalah air mata kebahagiaan.
'Yay! Kita mendapatkannya sekarang, girls!' inner Sakura bersorak.
Sasuke memejamkan mata, masih bersembunyi di leher Sakura. Sakura belum menjawabnya, bukankah harusnya gadis itu bahagia? Ia kemudian merasakan air mata membasahi kepalanya dan ia menarik diri kembali. Ia dengan lembut menyekanya dari wajah Sakura... ia membuat gadis itu menangis lagi.
"Sakura…?" tanya Sasuke tak yakin... gadis itu mulai membuatnya takut. Kenapa gadis itu tidak mengatakan apa-apa?
Sakura tiba-tiba memeluk Sasuke, membuat Sasuke terkejut sejenak sebelum balas memeluk gadis itu.
"Oh Sasuke-kun! Aku juga mencintaimu! Aku minta maaf telah menulis semua hal itu tentangmu! Aku tidak bersungguh-sungguh, aku bersumpah!" Sakura menangis hingga membasahi baju Sasuke, membuat Uchiha itu menyeringai.
"Aku juga minta maaf, Sakura." Sasuke meminta maaf... Uchiha Sasuke mengatakan maaf. Wow.
Sakura mendengus, ia membenamkan kepalanya ke dada Sasuke sebelum berbicara, suaranya teredam.
"Kau belum pernah menciumku seperti tadi, Sasuke-kun..." Sakura berbisik, ia merasakan tubuh Sasuke menegang dan kemudian rileks lagi.
Sasuke membenamkan wajahnya ke rambut merah muda Sakura. "Aku tidak pernah mencintaimu sebanyak yang aku miliki saat ini... Sakura..." ucap Sasuke dengan suara beratnya.
Sakura terkesiap kaget... ini seperti bukan Sasuke yang ia kenal... tapi ia menikmati setiap menitnya. Ia mengangkat kepalanya kembali dan menatap mata Sasuke sebelum mencium pemuda itu, yang tentu saja langsung mendapat respon dari pemuda itu.
Sakura melingkarkan lengannya di sekeliling Sasuke saat keadaan mulai memanas. Sasuke mengangkat Sakura dengan pelan dan mendudukkannya di meja kamar mandi, tangannya terulur mengunci pintu di sebelah mereka.
Sasuke mulai mencium leher Sakura, dan tangan Sakura sibuk meremas rambut pemuda itu. Sakura mengerang ketika Sasuke menggigit titik sensitif di lehernya, membuat Uchiha itu hampir kehilangan kendali. Ia dengan cepat mulai membuka kancing blouse Sakura, sementara Sakura buru-buru menarik celana Sasuke.
Sayangnya semua itu terinterupsi oleh ketukan di pintu.
TOK TOK TOK
Mereka tetap tidak berhenti.
TOK TOK TOK
Uchiha bungsu itu mulai merasa kesal dan menarik diri dari leher Sakura yang baru saja ia cium. "Apa?" Ia mendesis.
"Sakura, Sasuke, kalian tidak melakukan apa yang kupikirkan, bukan?" Suara Dr. Hikaru terdengar dari seberang pintu, menyebabkan Sasuke mengeluarkan serangkaian umpatan.
"T-Tidak, Dokter, tentu saja tidak! Kami hanya sedang berbicara!" balas Sakura, memukul bahu Sasuke ketika pemuda itu mulai menciumnya dengan panas lagi.
"Kalau begitu bisakah kalian berdua keluar." Terdengar suara Dr. Hikaru lagi.
"Sialan." Sasuke bergumam ketika ia menarik diri dari Sakura.
"Aku bisa menjamin bahwa kami tidak sedang melakukan hal buruk!" Sakura berteriak lagi, merasa kesal.
"Kurasa aku harus memberitahu Hokage bahwa kalian berdua gagal menjalankan perintahku, siapa yang tahu hukuman macam apa yang akan dia berikan nanti."
"Bajingan itu—"
"Oke, Dokter, kami akan keluar sebentar lagi!" Suara kesal Sakura memotong umpatan Sasuke.
"Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa mengendalikan apa yang kita lakukan?" Sasuke bergumam dengan marah.
"Aku juga tidak suka, tapi kita tidak bisa mengambil risiko dengan kehilangan pekerjaan kita, Sasuke-kun." ucap Sakura saat ia dengan cepat mengancingkan blouse-nya, sementara Sasuke mengancingkan celananya kembali. Ia juga dengan cepat memperbaiki penampilannya dan merapikan rambut Sasuke.
"Hn." jawab Sasuke dengan cepat dan ia memberi Sakura satu ciuman terakhir di bibir gadis itu, membuat gadis itu terkikik dan seringai muncul di wajah Uchiha.
"EHEM!" Suara batuk yang dibuat-buat terdengar dari luar pintu.
"KAMI KELUAR! Sialan!" teriak Sakura ketika ia membuka pintu dan berjalan melewati dokter dengan kesal.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)