expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sebulan Yang Panjang #1



Sepasang kekasih, yang belum menikah berbaring di sisi berlawanan di ranjang kingsize Uchiha, menatap apapun selain satu sama lain, berusaha mati-matian memikirkan hal lain selain orang disebelahnya, tapi keduanya gagal melakukannya.
Sakura menghela nafas panjang. "Sasuke-kun?" tanyanya.
"Apa?" Muncul jawaban yang jelas-jelas ada nada stres dalam suaranya.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Sakura seraya memutar helai rambutnya.
Sasuke mengeluarkan suara frustasi... atau suara semacam geraman? "Kau pasti tidak ingin tahu." jawab Sasuke.
Sakura menghela nafas lagi.
"Kenapa kita harus mendengarkan dokter sialan itu?" tanya Sasuke, sebagian besar pada dirinya sendiri.
Sakura menopang dirinya dengan satu siku. "Karena, Tsunade-sama yang memerintahkan kita semua! Dan kita harus melakukan apa yang menurut dokter akan membantu kita."
Sasuke mengerutkan alisnya. "Kita tidak butuh bantuan." ucapnya.
"Yeah, tapi Dr. Hikaru berpikir kita membutuhkannya! Tapi siapa tahu, mungkin itu akan membantu." ucap Sakura dengan suara positif, menatap langit-langit kamar.
Sasuke mendengus mendengarnya. "Dokter sialan itu tidak tahu apa yang terbaik, hubungan kita baik-baik saja, dan bagaimanapun juga kita tidak melakukan 'itu' terlalu sering."
Sakura menoleh ke arah kekasihnya, melempar tatapan 'Apa kau bercanda?'
Sasuke yang melihat itu mencoba untuk mengabaikannya, tapi gagal.
"Oke, mungkin kita melakukan 'itu' sering. Tapi itu tidak pernah menimbulkan masalah sebelumnya." jawab Sasuke dengan simpel.
Sakura menghela nafas lagi. Ini memang akan menjadi bulan yang panjang.
Sekarang kalian semua mungkin bertanya-tanya tentang apa yang terjadi sebenarnya...
***
Satu minggu dua hari lalu
"Ne ne, Sakura-chan, Sasuke-teme! Kalian di sini karena perintah Tsunade-baachan untuk semua pasangan Konoha itu, kan?" tanya Naruto, menyeruput ramennya.
Sakura memukul kepala Naruto. "Tentu saja, tapi itu sangat bodoh! Kenapa kita semua harus membutuhkan konseling?" Sakura merengek.
Sasuke duduk di sana, diam seperti biasa, tapi memikirkan pertanyaan yang sama di kepalanya.
"Aku tidak tahu! Kudengar itu sesuatu tentang agar 'kita bisa bekerja lebih baik' atau semacam itu! Tapi aku tidak perlu khawatir! Hubunganku dan Hinata-chan baik-baik saja!" ucap Naruto dengan gembira. "Ne, kapan sesi pertama kalian?" tanya Naruto, ia sudah mulai menyeruput mangkuk ramen yang ketiga.
Sakura menghela nafas sebelum menjawab. "Jam tiga." ucapnya singkat.
"Beruntung! Aku jam dua belas!" Naruto merengek.
"Hn, bagus." ucap Sasuke.
"Apanya?"
"Ini sudah jam dua belas, bodoh!" ucap Sakura dengan memutar matanya.
"Ah, sial!" Naruto menjerit, ia berdiri dan berlari keluar.
Sakura terkikik sedikit lalu menoleh pada kekasihnya. "Ne Sasuke-kun, kau tahu kita harus melakukan apa yang disarankan Dokter, itu perintah dari Tsunade-sama." ucap Sakura. Sasuke memandang gadis itu dari sudut matanya.
"Itu mungkin akan menjadi sesuatu yang bodoh seperti 'membicarakan perasaan kita' atau omong kosong yang tidak berguna seperti itu." jawab Sasuke.
"Aku lega kau berpikir seperti itu." Sakura bergumam pada dirinya sendiri.
***
Sesi pertama
"Ini sama sekali tidak ada gunanya." Sasuke bergumam, duduk di sebelah Sakura di sofa kulit cokelat sederhana, mereka berdua menunggu kedatangan Dr. Hikaru.
"Jangan berpikir seperti itu, Sasuke-kun! Ini mungkin menarik!" ucap Sakura sambil tersenyum.
Sedikit yang mereka tahu, bahwa mereka akan segera membenci dokter ini dengan segenap jiwa mereka... tapi itu nanti.
Pintu terbuka, menyela pembicaraan kecil Sasuke dan Sakura, seorang pria dengan rambut cokelat gelap klimis dikuncir kuda berjalan masuk. Pria itu tampak berusia sekitar empat puluhan.
"Selamat sore, namaku Dr. Hikaru." Pria itu memperkenalkan dirinya dan menjabat tangan Sasuke dan Sakura sebelum duduk.
"Sekarang, mari kita langsung ke intinya. Setiap sesi akan berlangsung satu jam, tiga kali seminggu selama sebulan." ucap Dr. Hikaru seolah-olah ia telah menghafal kalimat itu dan mengatakannya begitu sering.
"Sekarang mari kita mulai." Dr. Hikaru berhenti sebentar untuk mendorong kacamatanya ke atas di hidungnya yang sedikit bengkok. "Bagaimana pendapat kalian tentang hubungan kalian-" Ia memandang kertasnya, "Apakah... Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke, benar?"
"Er... yeah, hubungan kami baik, kurasa." ucap Sakura dengan ragu. Ia belum pernah ke konselor sebelumnya.
Dr. Hikaru mengangguk dan menulis sesuatu di selembar kertas di clipboard-nya; Sasuke menyipitkan matanya karena hal itu. "Bagaimana menurutmu, Uchiha-san?"
"Baik-baik saja." jawab Sasuke dengan singkat.
"Dan apa pendapatmu tentang jawaban itu, Haruno-san?" Dr. Hikaru mengalihkan perhatiannya kembali ke gadis berambut merah muda itu.
"Eh, tapi... maksudku bukankah aku memberikan jawaban yang sama?" tanya Sakura, sekarang ia benar-benar bingung.
"Hm... aku mengerti..." Dr. Hikaru menggumamkan sesuatu yang tidak jelas dan menuliskan sesuatu yang lain di atas kertas. Sakura mencoba mengintip isi kertas itu.
"Um... jika kau tidak keberatan, apa kau mau memberitahu kami apa yang kau tulis di sana?" tanya Sakura.
"Tidak. Sekarang mari kita beralih ke topik lain. Bagaimana kehidupan seks kalian?"
Sakura tersedak ludahnya sendiri sementara Sasuke mengeluarkan suara yang terdengar mirip seperti batuk sekaligus tersedak.
"Apa!" seru Sasuke.
Pertanyaan macam apa itu?
"Um... er... a-apa maksudmu, Dokter?" Sakura tergagap.
"Yeah, apakah kehidupan seks kalian aktif? Misalnya." Dokter itu menyatakan dengan jelas.
"Che. Oh, itu aktif. "Sasuke bergumam pada dirinya sendiri. Menghasilkan pukulan kecil dari Sakura.
"Sasuke-kun!" Sakura mendesis.
Dr. Hikaru mengangkat alis. "Berapa kali seminggu?" tanyanya lagi seolah-olah itu bukan sesuatu yang aneh.
"T-Tapi Dokter, kurasa ini agak sedikit pribadi, bukan?" sela Sakura dengan suara terburu-buru, sedangkan Sasuke lagi-lagi tampak seperti sedang tersedak.
"Ini pertanyaan profesional, sekarang bisakah kalian menjawabnya dengan baik." ucap Dr. Hikaru sedikit tegas.
Sakura menarik kerah bajunya dengan gugup. "Y-Yeah… bisa dibilang lebih dari pasangan biasa." Apakah hanya ia atau memang rasanya semakin panas di ruangan ini.
"Ini pertanyaan bodoh." komentar Sasuke.
"Tolong, jawab saja pertanyaannya." ucap Dr. Hikaru dengan tegas.
"Um... jadi... setiap minggu... itu... mungkin sekitar... d-dua kali sehari." ucap Sakura dengan gugup. Sementara Sasuke menyeringai, oh ia tampak sangat bangga pada dirinya sendiri.
"ASTAGA! Tujuh hari dalam seminggu!" Dr. Hikaru tiba-tiba berteriak, membuat Sakura dan Sasuke berjengit mundur dengan cepat. "YA TUHAN, itu sekitar 14 kali seminggu! Ehem... maksudku... itu cukup banyak dalam sebuah hubungan." Ia mengatakan bagian terakhir dengan suara setengah tenang.
Sedangkan Sakura dan Sasuke... masih tampak kaget karena teriakan tiba-tiba itu dan melempar tatapan aneh pada Dr. Hikaru.
"Aku tidak melihat ada yang salah dengan itu." ucap Sasuke mengangkat bahu.
"Oh, kau berpikir begitu?" ucap Sakura dengan sarkastis.
"Cih. Lagipula kau juga tidak mengeluh." Sakura tersipu mendengarnya dan Sasuke menyeringai.
"Ehem..." Dr. Hikaru menyela untuk mendapatkan perhatian keduanya lagi. "Jadi... jenis seks apa biasanya? Bisa kalian sebutkan... kasar atau lembut?"
"APA? P-Pertanyaan macam apa itu?" Sakura menjerit panik.
"Ini sudah sering digunakan dalam terapi seks, ini pertanyaan umum." ucap Dr. Hikaru dengan tenang.
"Apa yang dipikirkan Tsunade-sama?" Sasuke bergumam dengan keras, sementara Sakura mulai berkeringat di sebelahnya.
"Ehem... sekarang, bisa kalian sebutkan?"
"Um… lembut?" ucap Sakura dengan ragu-ragu, yang mendapatkan dengusan dari Uchiha di sebelahnya.
"Serius, Sakura? Lembut, seperti tidak melakukan apa-apa?"
"Ehehe... mungkin tidak begitu? Um... kurasa bisa dibilang... lebih banyak sisi kasarnya?" ucap Sakura, jelas malu. Sementara Sasuke menyeringai, lebih kepada dirinya sendiri.
Mata Dr. Hikaru sekali lagi melebar. "Bagaimana kau masih bisa berjalan, Nona?!" Sasuke dan Sakura sekali lagi berjengit mundur dengan cepat karena teriakan Dokter. "Maksudku... oh begitu ya?"
"Oke, dengar, Mister! Hanya karena kami suka berhubungan seksual — bukan berarti hanya itu yang ada dalam hubungan kami!" ucap Sakura, menunjukkan lebih banyak sisi menyeramkan dalam dirinya sekarang.
"Aku tidak pernah berkata begitu." ucap Dr. Hikaru... apa kau mendengar ada sedikit ketakutan dalam suaranya?
"Jadi apa masalahnya?" Sasuke bergumam, ia tidak melihat ada yang salah dengan seks mereka, itu baik-baik saja. Lagipula itu tidak mengubah fakta bahwa ia mencintai Sakura.
"Hm..." Dokter menulis sesuatu yang lain di clipboard. Sasuke memejamkan matanya; ini mulai mengganggunya.
"Dan apa yang terus kau tulis di clipboard sialan itu?" ucap Sasuke dengan nada kesal.
"Analisis penting. Nah sekarang, karena kita hanya punya waktu sekitar lima menit lagi, aku akan memberi kalian PR, yang harus kalian patuhi selama sebulan penuh, karena sepertinya hubungan kalian perlu lebih banyak kontak, dan bukan berarti kontak fisik."
"Hei! Kami berkomunikasi dengan baik!" protes Sakura.
"Seperti yang kukatakan, PR kalian selama sebulan di mulai hari ini yaitu tidak ada sesi hubungan intim selama sebulan penuh."
"APA?" teriak Sakura, dan secara mengejutkan, Sasuke berteriak di saat bersamaan.
"Sebulan penuh? Kau pasti bercanda!" ucap Sasuke dengan marah.
"Itu bodoh!" tambah Sakura dengan marah.
"Banyak pemuda mendekatinya sepanjang waktu! Bagaimana kau tahu dia tidak akan goyah dan pergi melakukannya dengan mereka?" ucap Sasuke dengan marah.
"Permisi! Kenapa kau berpikir begitu?" Sakura balas berteriak, jelas marah. "Dan bagaimana denganmu! Banyak kunoichi yang selalu berusaha menggodamu!"
"Cih. Aku tidak akan merendahkan diriku sejauh itu untuk pergi bersama salah satu dari pelacur itu."
"Aku juga seorang kunoichi, secara teknis kau baru saja menyebutku begitu!"
"EHEM!" Dokter berdeham agak keras. Keduanya menghentikan pertengkaran mereka dan mengalihkan perhatian mereka kembali ke dokter. "Sekarang kalian tahu apa yang kalian berdua bisa kerjakan? Bagian berkomunikasi."
"TIDAK! Ini hanya frustrasi seksual! HANYA ITU!" teriak Sakura histeris. Lalu ia mengerang, "Ini hanya akan menjadi lebih buruk!"
Sasuke mengalihkan perhatiannya dari kekasihnya yang sekarang meratap dan kembali ke dokter. "Dr. Hikaru, teorimu ini hanya omong kosong." ucap Sasuke dengan tenang. Dan Sakura mengangguk setuju.
"Maaf jika kalian berpikir begitu, tapi apa yang kukatakan harus kalian lakukan. Ada kamera di setiap ruangan di rumah kalian untuk memastikan tidak ada yang terjadi."
"Apa?" ucap Sasuke dengan marah.
"Bukankah itu ilegal?" tambah Sakura dengan keras.
"Tidak jika Hokage berkata begitu. Jadi, aku akan bertemu kalian berdua pada hari Selasa untuk sesi berikutnya." ucap Dr. Hikaru ketika ia bangkit dari duduknya. "Kuharap sesi ini membantu, sampai jumpa." Ia kemudian melangkah ke pintu.
Yap... memang akan menjadi bulan yang panjang.
***
Sembilan jam setelah sesi pertama
"Ugh! Ini menyebalkan, bagaimana ini bisa membantu?" Sakura berteriak untuk kelima kalinya hari itu. Ia sedang memilih pakaian di lemari untuk dikenakan, dan kemudian akan berganti pakaian di kamar mandi untuk menghindari... yeah kau tahu.
"Hn." Kekasihnya yang berambut hitam merespon singkat, ia sudah berada di atas ranjang dengan sepasang celana pendek sederhana.
"Maksudku serius! Apa orang ini bahkan punya gelar! Aku yakin dia tidak punya! Dan sejak kapan diizinkan untuk memasang kamera di rumah pribadi orang lain?" Ocehan Sakura terus berlanjut dan Sasuke mulai mengabaikannya sekali lagi. Sial, gadis itu bisa berbicara selama satu jam tanpa henti! Tapi itu adalah salah satu alasan mengapa Uchiha memilihnya.
Ocehan Sakura mereda ketika ia memasuki kamar mandi untuk berganti pakaian dan Sasuke akhirnya mendapatkan kedamaian dan ketenangan, sampai terdengar teriakan menusuk yang datang dari ninja berambut merah muda itu sendiri. Meraih kunai yang Sasuke selalu simpan di laci untuk keadaan darurat seperti ini, ia dengan cepat meraih kenop pintu kamar mandi dan menerobos masuk, siap untuk menendang pantat siapapun yang menyebabkan Sakura berteriak.
"Sakura!" panggil Sasuke dengan suara khawatir ketika ia masuk ke kamar mandi. Sakura sekarang sudah selesai dengan teriakannya, gadis itu sekarang memaki-maki tak senonoh pada sesuatu di sudut langit-langit.
Sasuke membiarkan tangannya yang memegang kunai jatuh di sampingnya. "Sakura... apa yang kau lakukan?" ucapnya dengan nada kesal.
"K-Kau mesum! Beraninya kau!" Sakura terus memaki pada sudut langit-langit, tidak melirik Uchiha bahkan sekilas saja.
"Sakura!"
"Eh?" Suara Sasuke menarik perhatiannya. Sakura berbalik dan melihat Sasuke melempar tatapan bingung bercampur jengkel. Sakura dengan cepat meraih lengan Sasuke dan menyeret Uchiha yang tidak rela itu ke sudut kamar mandi.
"Lihat! Bisakah kau percaya bahwa mereka memasang kamera di kamar mandi! Kamar mandi demi Tuhan!" Sakura berseru dengan marah, menunjuk kamera.
Sasuke menghela nafas lelah. "Itu saja?"
"Apa maksudmu itu saja? Ini pelanggaran privasi!"
Sasuke mengusap pelipisnya, ya Tuhan Sakura berteriak semakin menyebalkan... lagi. Biasanya ia hanya akan mencium Sakura untuk membuat gadis itu diam, yang biasanya selalu berhasil, tapi dengan 'aturan' baru ini ia tahu itu mungkin akan menyebabkan... lebih banyak yang terjadi.
Dengan Sakura yang masih mengoceh, Sasuke berjalan mengambil handuk dan melemparkannya menutupi kamera.
"Jika kalian bisa mendengarku, yang aku yakin bisa. Kalian melihat kekasihku membuka pakaian dan aku akan membunuhmu." Setelah mengatakan itu, Sasuke mulai berjalan keluar dari kamar mandi, bergumam pada Sakura untuk bergegas.
Sakura tersenyum penuh kemenangan, itu sebabnya ia mencintai pemuda ini! "Itu benar! Dan jika kalian tidak mendengarkan, dia akan menendang pantat kalian!" teriak Sakura di kamar mandi.
Lima menit kemudian Sakura yang setengah tenang keluar dari kamar mandi, masih menggerutu sendiri, dan naik ke ranjang menyelinap ke balik selimut. Ia memeluk kekasihnya, seperti yang ia lakukan setiap malam.
Tubuh Sasuke menjadi kaku. Sial! Apa yang Sakura lakukan?
"Mmm... selamat malam Sasuke-kun." Sakura berbisik, dengan nada yang menurut Sasuke seksi. Sakura mencondongkan tubuhnya dan memberikan ciuman selamat malam di bibir Sasuke.
Sasuke menarik diri. "Sakura, apa yang kau lakukan?"
"Uh... Memberimu ciuman selamat malam?" ucap Sakura seolah-olah itu adalah jawaban yang paling jelas di dunia. "Apa? Kita bahkan tidak diizinkan berciuman sekarang?"
Sasuke menghela nafas. "Ya, tapi kau tahu apa yang biasanya terjadi setelah itu."
Sakura cemberut, yang menurut Sasuke selalu lucu. "Uh, jangan konyol, Sasuke-kun! Aku yakin kita punya kendali diri yang besar!" Ia terkikik.
'Hn, kurasa tidak buruk juga, aku seorang Uchiha, sialan! Aku bisa mengatasi ini!' pikir Sasuke ketika Sakura menempelkan bibirnya. Sasuke membalas ciuman itu, yang sepertinya mulai berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
Menarik napas sesaat, Sakura mencium Sasuke sekali lagi.
Oke, mungkin ini sedikit lebih lama dari ciuman selamat malam normal, Sasuke bisa menerimanya. Itulah yang ia pikirkan sampai ia mendengar erangan lembut datang dari Sakura.
'Persetan.' pikir Sasuke ketika ia memperdalam ciuman itu, berguling di atas Sakura. Sakura secara otomatis memeluknya, pikiran tentang apa yang disebut 'PR' sekarang terlupakan. Tepat ketika Sasuke hendak menyelipkan salah satu tangannya di bawah baju Sakura, alarm yang sangat keras berbunyi, menyebabkan lidah keduanya saling tergigit saat ciuman intim mereka, entah itu lidah milik sendiri atau yang lain.
"Ah! Lidahku!" Sasuke berteriak ia menutup mulutnya dengan tangannya.
"APA ITU!" Sakura menjerit dan ia melompat dari tempat tidur, mengangkat bantal dalam mode pertahanan.
Satu kamera di ruangan itu sepertinya fokus ke arah mereka, karena alarmnya masih belum berhenti. Keduanya menyadari ini adalah semacam peringatan, membuat mereka menjadi sangat kesal.
"OKE OKE! KAMI MENGERTI!" Sakura berteriak ke arah kamera, Sasuke masih sibuk dengan lidahnya yang sakit.
Alarm masih tidak berhenti.
"SUDAH CUKUP! Demi Tuhan!" Sakura berteriak lagi tepat ketika alarm berhenti. Sakura menghela nafas. "Hh, sekarang kita tahu apa yang terjadi ketika mereka memergoki kita, kan?"
Sasuke hanya menatap Sakura.
"Um... hanya ada satu solusi untuk masalah ini!"
"Dan apa itu?" tanya Sasuke dengan alis terangkat, lidahnya akhirnya sembuh dan cukup bisa untuk berbicara.
"Sederhana! Kau hanya perlu tidur di sofa." ucap Sakura.
"Che. Kenapa aku? Kenapa tidak kau?" tanya Sasuke kesal.
Sakura menatap tajam. "Karena aku seorang gadis! Kau tidak boleh membuat gadis tidur di sofa, Sasuke-kun! Itu tidak benar."
Sasuke tampak bingung akan hal ini. Kenapa tidak? "Aku tidak mengerti, ini rumahku."
Wajah Sakura memerah karena marah sebelum ia membuka mulutnya. "Kau akan tidur di sofa, karena jika tidak, maka kau tidak akan pernah berhubungan seks denganku atau orang lain lagi setelah bulan ini." ucapnya dengan nada tenang.
Mata Sasuke terbelalak karena hal ini, oh betapa hebat ancaman itu. Ia merengut; Sakura sangat menyebalkan hari ini, entah karena PR satu bulan ini atau karena kejadian barusan, entah, tapi ini mulai menyebalkan.
"Hn." Sasuke menjawab singkat ketika ia mengambil selimut dan bantal.
"Kya! Terima kasih, Sasuke-kun!" Sakura menjerit dan memeluk Uchiha terakhir itu, memberikan kecupan di pipi. "Aku mencintaimu! Selamat malam, Sayang!" seru Sakura dengan senang ketika Sasuke berjalan keluar dari kamar, bingung seperti biasanya.
***
Keesokan harinya
Sakura berjalan menuruni tangga rumah Uchiha, senyum puas menghiasi wajahnya seperti anak kecil. Ia tidur nyenyak semalam dan sekarang merasa lebih baik dari sebelumnya setelah mandi. Ia berjalan ke ruang tamu dan menemukan Sasuke yang sedang tidur, terlihat tidak nyaman.
"Selamat pagi, Sasuke-kun!"
Sasuke tersentak bangun pada suara nada tinggi dari kekasihnya, tapi tidak sebelum ia menggeliat dan rasa sakit di punggungnya muncul. Semalaman ini adalah neraka.
"Hn." responnya tidak terlalu bahagia, sementara Sakura melangkah ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sarapan berjalan cepat seperti biasa, keduanya makan dalam diam, hanya dengan obrolan kecil sesekali dari Sakura yang menghasilkan 'Hn' atau hanya anggukan sederhana dari Uchiha sebagai jawabannya. Jelas mereka tidak mendengarkan nasihat yang diberikan dokter tentang berkomunikasi dalam hubungan mereka.
Sarapan berakhir dengan cepat ketika Sasuke naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian dan Sakura dengan cekatan mencuci piring.
Sasuke turun dengan mengenakan seragam ANBU, ia hendak pergi ketika Sakura menghentikannya.
"Ne Sasuke-kun, kau tidak marah tidur di sofa, kan?" tanya Sakura, Sasuke hendak menjawabnya dalam kalimat yang mirip dengan 'Sial. Aku merasa tidak nyaman seperti di neraka kemarin malam'. Tapi ia menahan diri untuk mengatakan itu karena mata Sakura yang bulat tampak berair, menatapnya dengan sorot minta maaf.
Sasuke menghela nafas. "Tidak apa-apa, mungkin itu bisa sedikit membuat kondisi ini lebih baik." Ia menjawab sebaliknya, yang memang benar.
Sakura tersenyum cerah pada Sasuke. "Terima kasih, Sasuke-kun!" Ia menjawab dengan gembira.
Sasuke mengucapkan perpisahan pada Sakura, memberikan ciuman ke kepala berambut merah muda itu dan melangkah pergi untuk melakukan misi yang ia miliki hari itu.
"Sasuke-kun! Ingat kita memiliki sesi lain besok! Jadi jangan menjadwalkan misi apapun!" Sakura berteriak keluar pintu pada Sasuke, yang membalas dengan lambaian tangan, menandakan bahwa pemuda itu mendengarnya.
Sakura tersenyum, ia sendiri harus bersiap pergi bekerja ke rumah sakit.
***
Sesi kedua
Pasangan itu duduk terpisah di ujung sofa kecil di ruangan Dr. Hikaru, kaki Sasuke dengan tidak sabar mengetuk lantai sedangkan Sakura dengan konstan mengetukkan jari-jarinya di kursi. Keduanya tidak terlihat bahagia.
Sasuke merasa stres karena pekerjaan, dan 'aturan' bodoh ini sangat tidak membantu. Sementara Sakura tampak kesal dengan segala yang ada di sekitarnya.
"Berhenti mengetuk mengetukkan kakimu!" Sakura mendesis pada Sasuke yang kakinya tidak berhenti mengetuk lantai.
"Aku akan berhenti jika kau berhenti mengetukkan jarimu!" balas Sasuke.
"Ugh! Kau sangat menyebalkan!" Sakura menggerutu pada dirinya sendiri ketika ia duduk bersandar, menyilangkan tangan di depan dadanya dan cemberut.
"Setidaknya aku tidak berbicara 24/7 dengan suara bernada tinggi yang menyebalkan." ucap Sasuke kembali.
"Setidaknya aku bukan manusia es batu!"
"Cih. Menyebalkan." Sasuke bergumam pada dirinya sendiri, kembali mengetukkan kakinya. Sakura melempar tatapan tajam yang diabaikan Sasuke.
Akhirnya, setelah terasa berjam-jam, pintu terbuka dan Dr. Hikaru berjalan masuk dengan clipboard-nya yang sangat menjengkelkan.
"Selamat pagi kalian, hari yang menyenangkan, bukan?" ucap Hikaru dengan jelas, Sakura dan Sasuke hanya menatap tajam dokter itu. "Baiklah, mari kita mulai? Bagaimana kalian berdua bertahan, tidak ada masalah kukira."
"Tidak, tidak ada sama sekali. Kecuali untuk kamera terkutuk di setiap ruangan di rumah!" bentak Sakura. Sementara Sasuke diam-diam setuju.
"Hmm... mm." Dokter itu bergumam menuliskan sesuatu di clipboard-nya. "Apa kalian berdua berkomunikasi seperti yang kusarankan."
Sebelum Sakura bisa membuka mulutnya, Sasuke memotong. "Jika seseorang tidak memaksaku untuk tidur di sofa selama sebulan mungkin kami bisa." Sasuke mendesis. Sementara Sakura terlihat terkejut.
"Aku tidak memaksamu, Uchiha!" balas Sakura.
"Apa maksudmu kau tidak memaksaku? Kau mengancamku tidak akan bisa berhubungan seks selama sisa hidupku jika aku tidak setuju!"
"..." Sakura diam.
"Apa kalian berdua benar-benar bergantung pada seks?" Dokter menyela.
Sasuke mendengus. "Tidak. Tapi ketika kau mungkin memiliki kesempatan untuk tidak mendapatkannya selama sisa hidupmu, maka ya." ucap Sasuke.
"Hmm...." Dr. Hikaru bergumam pada dirinya sendiri sekali lagi, menuliskan sesuatu di clipboard-nya, sementara mata Sakura berkedut.
"Apa kau sudah mencoba berkomunikasi, Sakura?" Dokter mengalihkan perhatiannya ke gadis berambut merah muda itu.
"Tentu saja! Aku mencoba setiap pagi saat sarapan tapi dia tidak mendengarkan! Dia tidak pernah mendengarkan apa yang kukatakan!" Sakura menggumamkan bagian terakhir pada dirinya sendiri.
"Aku mendengarkan apa yang kau katakan, untuk sementara,  sampai kau mulai mengoceh tentang apa saja!" ucap Sasuke dengan kesal.
"Setidaknya aku mencoba memulai percakapan, tidak seperti dirimu! Manusia es batu!"
Dokter mengangguk pada dirinya sendiri sebelum berbicara. "PR kalian untuk beberapa hari kedepan sebelum sesi berikutnya adalah menulis di selembar kertas sepuluh hal yang tidak kau sukai satu sama lain. Kurasa kita membuat banyak kemajuan hari ini." Ia bohong. "Sampai jumpa di sesi berikutnya." Dokter dengan cepat mengucapkan perpisahan dan berjalan keluar.
Sakura dan Sasuke bangkit dan berjalan keluar juga.
"Ini mudah dilakukan." Sasuke bergumam pelan.
"Ha! Terlalu mudah, aku bisa menemukan lima puluh hal yang aku tidak suka tentangmu!" Sakura mendesis.
Tiga hari berlalu sejauh ini. Tinggal dua puluh tujuh hari lagi.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)