expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jealousy #1


Seorang pengusaha muda tengah berada di sebuah pesta perusahaan yang diadakan di mansion-nya sendiri. Tuhan tahu betapa ia sangat membenci hal ini. Ia berhasil lolos dari semua orang. Ia berjalan keluar menuju gazebo. Ia memandang langit dan meletakkan tangannya di kayu gazebo. Bibirnya terbuka seolah ia mencoba mengatakan sesuatu tapi tampaknya tak ada yang keluar. Ia menghela napas dan menunduk. Pikirannya dipenuhi tentang dirinya dan gadis pink-nya.
'Kenapa aku harus terjebak di sini? Aku seharusnya bersamanya. Ini anniversary satu tahun kami. Aku seharusnya melamarnya hari ini,' pikir Uchiha Sasuke dalam hati. Namun pikirannya segera terinterupsi oleh sebuah suara. Suara yang ia kenal dengan sangat baik.
"Sasuke, buddy," panggil suara itu. Sasuke menoleh dan melihat ketiga temannya. Ia tersenyum sedikit dan mengangguk.
"Hei," sapa Sasuke.
Naruto hanya melambai mencoba untuk tetap menutup mulutnya rapat-rapat. Suigetsu memandang teman berambut pirangnya itu dengan seringai. Sasuke berkedip dan memandang bingung pada Suigetsu; pria dengan rambut biru keabu-abuan, dan Juugo; pria berambut oranye.
"Kami membuat taruhan bahwa Naruto tidak akan bisa menutup mulutnya untuk sepanjang malam ini," ucap Juugo setelah melihat kebingungan di wajah Sasuke.
Naruto membuka mulutnya untuk memprotes, tapi dengan tatapan tajam dari Suigetsu, ia akhirnya tetap diam. Sasuke tertawa kecil ketika ia menyaksikan teman berambut pirangnya itu.
"Jadi kalian berdua akhirnya menemukan cara untuk membungkam si pirang berisik ini, mengesankan," ucap Sasuke dan mendapat tatapan tajam dari Naruto. Sedangkan dua pria lainnya mengangguk bangga.
"Jadi, kenapa kau masih berdiri di sini?" tanya Suigetsu. "Bukankah seharusnya kau bersama Sakura-chan?"
Sasuke menghela napas, ia menoleh ke pintu ballroom.
"Jangan khawatirkan mereka; kami bisa mengatasinya, bukan begitu, Naruto?" Juugo menyeringai saat menoleh pada teman pirangnya itu.
Naruto sekali lagi membuka mulutnya tapi kemudian menutupnya dengan cepat seraya melotot pada Juugo dengan jijik. Mereka semua tertawa, kecuali Naruto tentu saja.
Sasuke tersenyum ketika ia segera menyadari bahwa ketiga temannya sekarang menatapnya lagi. Ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa meninggalkan tamunya begitu saja pada teman-temannya. Itu tidak benar, bukan?
"Kau tidak ingin pergi?! Ya ampun, sudah kami katakan bahwa kami yang akan mengurusnya, bukan?!" suara Naruto tiba-tiba terdengar, keras dan kesal. Membuatnya menerima tatapan mengejutkan dari teman-temannya.
Suigetsu menghela napas sambil menyeringai dan memandang Sasuke. "Dia benar, kau tahu," ucapnya, dan Juugo mengangguk setuju.
Sasuke memandang mereka dan akhirnya mengangguk. Juugo melemparkan kunci mobil ke arah temannya itu. Sasuke menangkapnya dan segera bergegas menuju pintu keluar. Ia berhenti sejenak dan menoleh kembali ke arah teman-temannya. "Arigatou," ​​ucapnya dan melanjutkan langkahnya menuju mobil.
Setelah Sasuke pergi, Naruto menerima tatapan dari Suigetsu dan Juugo. Ia memalingkan muka kesal dan kemudian kembali menatap mereka. "Apa?" ketusnya, memecah kesunyian di gazebo.
Suigetsu menyeringai dan melingkarkan lengannya di leher Naruto. Naruto mencoba melepaskan lengan Suigetsu tapi gagal. "Lepaskan aku!" protesnya dengan keras.
"Tidak. Sekarang kau harus bayar!"
"Apa?! Apa kau bercanda? Aku tadi membantu kalian membujuk Sasuke-teme. Sesuatu yang kalian berdua tidak bisa lakukan," protes Naruto dan merasakan tangan seseorang masuk ke sakunya untuk mengambil dompetnya. "Juugooo! Kembalikan dompetku!" Ia memprotes seraya mencoba meraih Juugo.
Juugo mengabaikan Naruto dan berjalan sedikit menjauh membawa dompet si pirang itu. "Hm, dia hanya punya 15.000 yen..." gumamnya.
Suigetsu berkedip dan melepaskan Naruto. Naruto mengambil kesempatan itu untuk mengambil dompetnya kembali.
"Kembalikan!" protes Naruto sambil meraih dompetnya. Ia mengambilnya tepat saat Juugo selesai mengeluarkan uang dari dalam dompet itu.
"Kurasa masing-masing dari kita 7.500 yen," ucap Suigetsu. Juugo mengangguk dan memberi Suigetsu setengah dari uang yang di pegangnya.
'Kurasa aku harus membatalkan kencanku besok jika aku tidak segera mendapat uang lagi hari ini,' pikir Naruto dalam hati. 'Ya ampun, aku seharusnya memenangkan uang, bukan kehilangan uang...' Ia menghela napas sambil melihat dompet kosongnya. 'Lain kali aku tidak akan membantu mereka...'
***
Sasuke sampai di depan rumah Haruno Sakura. Ia mengamati rumah itu dan memastikan apakah masih ada lampu yang menyala. Ia mendapati secercah cahaya berasal dari TV. Ia bergegas keluar dari mobil dan menuju pintu rumah gadis itu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Apa ia gugup? Mengapa? Mereka sudah berpacaran selama satu tahun sekarang.
Ia mengetuk pintu dan kemudian memasukkan tangannya di sakunya. Ia sedang memandang sekeliling di halaman rumah itu ketika ia segera mendengar pintu terbuka. Ia melihat kembali ke arah pintu dan tersenyum. Disana, berdiri gadis berambut pink dengan mata berbinar. Namun kemudian seorang remaja berambut coklat muncul dari belakangnya.
Sasuke mengerutkan kening saat ia melihat bocah itu. Benar; bocah itu sering menghabiskan waktu bersama Sakura saat ia tidak bisa bersama gadis itu. Ia tak memahaminya, kenapa ia kesal hanya karena Sakura menghabiskan waktu bersama seorang teman?
Sakura melihat kerutan di wajah Sasuke dan mengangkat alis kebingungan. "Sasuke-kun, ada apa?" tanyanya.
Sasuke mengerjapkan mata dan memandang Sakura. Ia menggelengkan kepalanya saat ia memaksakan untuk tersenyum. Sakura membalas senyuman Sasuke, ia tak mau repot-repot memaksakan pertanyaannya lebih jauh.
"Sakura-nee, ini sudah larut. Aku harus pulang. Aku tidak ingin ayahku mengkhawatirkanku," ucap Konohamaru seraya mendongak ke arah Sakura sambil tersenyum. Sakura memandangnya dan mengangguk.
"Baiklah, sampai jumpa, Konohamaru," ucap Sakura sambil tersenyum. Konohamaru mengangguk dan meninggalkan pasangan itu. Sasuke terus mengawasi kepergian Konohamaru hingga sebuah suara kesal menarik perhatiannya.
"Sasuke-kun!" panggil Sakura. Sasuke segera memandang gadis itu dengan tatapan bertanya. "Kau akan masuk atau kau akan tetap di luar sana sepanjang malam?"
"A-uh, kau benar," ucap Sasuke seraya berjalan masuk ke dalam rumah. Ia melihat sekeliling rumah. Sunyi, sama seperti terakhir kali ia ke sana. Sakura hanya tinggal sendiri disana sejak kedua orangtuanya meninggal beberapa tahun lalu. Sedangkan Yamanaka Ino; teman Sakura yang hampir setiap hari menginap disana telah pindah rumah setelah menikah dengan Shimura Sai beberapa bulan lalu. Dan itu membuat Sakura sering sendirian di rumah itu.
Sasuke kembali melihat ke arah Sakura saat gadis itu menutup pintu. Ia tersenyum saat Sakura meraih tangannya dan membawanya ke sofa hitam. Mereka duduk dan saling memandang.
"Happy anniversaryCherry," ucap Sasuke dan mendapat kecupan dari gadis berambut pink panjang di hadapannya. Sakura menarik diri dan tersenyum. Sasuke balas tersenyum lebar.
"Happy anniversary, Sasuke-kun."
Sasuke mengangguk dan mencium Sakura dengan penuh gairah seraya menarik gadis itu lebih dekat.
***
Konohamaru sedang berjalan menuju rumahnya saat ia tak sengaja menabrak seorang gadis yang lebih tua darinya. Ia mengerjap saat gadis itu menatapnya. Gadis itu memandanginya dan berkedip saat memperhatikannya.
"Konohamaru!" seru gadis yang lebih tua itu.
"Hinata-nee!" seru Konohamaru pada saat yang sama.
Mereka berdua tersenyum. Tapi senyum Konohamaru memudar secepat bagaimana senyum itu tadi muncul. Hinata memperhatikan hal itu dan bertanya-tanya.
"Ada masalah?" tanya Hinata. Konohamaru menggelengkan kepalanya.
"T-Tidak," jawab Konohamaru. Hinata menggelengkan kepalanya, karena ia tahu ada yang tidak beres.
"Apa tentang Sakura-chan lagi?" tanya Hinata dan mendapat ekspresi terkejut dari Konohamaru. Bagaimana Hinata-nee tahu tentang Sakura-nee? Ia tak pernah memberitahu siapapun kecuali Hanabi.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Konohamaru. Hinata tersenyum lebar.
"Aku menganggap itu sebagai ya," ucap Hinata. "Hanabi-chan yang memberitahuku. Ngomong-ngomong, bukankah Sakura-chan terlalu tua untukmu?"
Konohamaru memalingkan wajah ketika pertanyaan itu muncul. "Umur hanya angka... aku bisa memberikan yang lebih baik daripada pria itu."
"Oh, apakah seseorang sedang cemburu sekarang?" ucap Hinata menggoda. Dan Konohamaru melotot padanya.
"Aku tidak cemburu!" Konohamaru memekik pada Hinata. Ia menghela napas dan menunduk. Ia tahu ia cemburu pada Uchiha Sasuke. Pria itu memiliki gadis yang ia inginkan, satu-satunya gadis yang ia inginkan. "Apa yang harus kulakukan? Aku benci merasa seperti ini... aku ingin memberitahunya tapi..."
"Kalau begitu beritahu dia. Seharusnya kau tidak menunggu lama untuk ini. Lain kali mungkin jika kau bertemu dengannya, dia mungkin sudah bertunangan dengan Sasuke-san," ucap Hinata sambil tersenyum tipis. Konohamaru mengangkat kepalanya sedikit ketika bayangan Sakura menikah dengan Sasuke melintas di kepalanya.
"Kau benar, aku akan memberitahunya besok," ucap Konohamaru seraya memaksakan untuk tersenyum dan menatap ke arah Hinata. "Arigatou, Hinata-nee..."
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)