expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Brotherly Love #23

 

Sakura mengabaikan ketukan yang terus-menerus di pintunya, menyembunyikan wajahnya di bawah bantal dan mengerang. Ia sudah kembali ke Jepang selama seminggu dan Ino, yang sekarang menjadi teman seapartemennya, sudah sangat mengganggunya. Baru tujuh hari dan ia berharap ia kembali ke Spanyol saja dan jauh dari Ino, meskipun ia sangat menyayangi temannya itu.

"Sakuraaa!" Suara tinggi Ino terdengar di seluruh apartemen dan itu membuat Sakura memutar matanya. "Aku memintamu untuk tidak mengunci pintu hari ini."

"UGH!" Sakura menendang selimut dari tubuhnya dan berdiri, berjalan ke pintu dan membukanya, "Astaga, Ino."

"Selamat pagi!" pekik Ino dan lari ke arah Sakura, membuat Sakura jatuh kembali ke tempat tidurnya, "Selamat ulang tahun!"

"Pig, tenanglah," Sakura mendorong bahu Ino, "Kau akan membunuhku suatu hari nanti, serius."

Ino cemberut. "Jangan kejam. Aku masih merindukanmu!"

Sakura terkikik. "Aku di sini sudah seminggu sekarang dan kau masih merindukanku?"

"Jelas," Ino memutar matanya dan duduk di tempat tidur Sakura, bermain dengan helai rambut pirangnya, "Jadi, siap untuk pestamu?"

Sakura mengangkat bahu, "Aku tidak tahu apakah aku menginginkan pesta. Maksudku, aku baru kembali dari Spanyol seminggu yang lalu, aku masih sangat lelah."

"Tapi hari ini kau 20 tahun!" Ino menjawab dengan nada tidak terima, "Kita perlu merayakannya!"

"Tapi..."

"Tidak ada 'tapi', aku sudah menelepon teman-teman yang lain dan mereka akan datang."

"Semuanya?" Sakura terdengar penuh harap dan Ino tersenyum padanya dengan simpatik.

"Hanya akan menjadi kita berlima."

"Ah," Sakura tersenyum palsu dan duduk di tempat tidurnya lagi, "Hinata akan datang?"

"Jelas," Ino mengangguk, "Naruto akan datang juga dan Pumpkin-ku berkata dia akan membuatkanmu kue."

"Ah, manis sekali," Sakura tertawa, "Ingatkan aku untuk berterima kasih pada Sai-mu nanti."

"Oke" Ino berdiri, "Aku membelikanmu gaun super seksi untuk malam ini. Ini hadiah ulang tahun dariku."

Sakura mengangkat jempolnya dan menyeringai, "Terima kasih, kau memang yang terbaik."

"Mandi sana," ucap Ino dengan nada seperti seorang ibu galak, "Sarapan akan siap jam 10."

Sakura menggelengkan kepalanya dan berjalan perlahan ke kamar mandi, masih terkantuk. Ia mendengar Ino bernyanyi keras di dapur dan tertawa. Astaga, banyak hal telah berubah dalam setahun. Seminggu yang lalu ketika ia tiba di Jepang lagi, Sai memberitahunya bagaimana pemuda itu memutuskan untuk mengajari Ino cara memasak karena gadis pirang itu takut akan bangkrut hanya untuk makan setiap hari disaat Sakura pergi. Sekarang, satu tahun kemudian, Sakura kembali lagi dan Ino hampir menjadi koki profesional, gadis pirang itu tahu cara memasak telur, pasta, ayam, dan bahkan crème brûlée, spesialisasi Sai. Pemuda itu memiliki restoran yang bagus di 5th avenue dan Ino berhenti dari karir berakting dan memutuskan untuk membantu kekasihnya itu.

Hinata dan Naruto telah hidup bersama selama enam bulan sekarang, Hinata pindah ke Aichi untuk tinggal bersama Naruto karena pemuda itu bermain untuk tim basket di sana. Hinata menjadi seorang guru bahasa Inggris paruh waktu, dan di sisa harinya, ia menikmati keuntungan menjadi ibu rumah tangga, sebutan untuk dirinya sendiri karena mengurus Naruto yang kadang masih bertingkah seperti anak berusia 5 tahun.

Dan Sasuke... Sakura tidak pernah bertemu secara langsung selama empat tahun sekarang, tapi mereka tetap berhubungan melalui email dan telepon setidaknya sebulan sekali. Segera setelah Sasuke menyelesaikan sekolahnya di Hokkaido, pemuda itu bergabung menjadi relawan dan berada di Irak. Sasuke memberitahu Sakura bahwa pemuda itu akan kembali menemuinya setidaknya dua kali setahun, tapi setiap tahun Sasuke memiliki alasan yang berbeda untuk tidak menepati janjinya.

Sakura menggelengkan kepalanya lagi dan mendesah, setidaknya tahun depan Sasuke akan kembali ke Jepang untuk selamanya.

Sakura sering berpikir tentang terakhir kali ia melihat Sasuke, ia baru berusia 16 dan Sasuke 17 tahun. Sekarang, mereka masing-masing telah berusia 20 dan 21 tahun, dan ia bertanya-tanya bagaimana tampang Sasuke sekarang. Koharu biasa mengirim foto Sasuke saat pemuda itu masih tinggal bersamanya, tapi begitu Sasuke pergi ke Irak, neneknya itu jarang berkomunikasi dengan Sasuke. Dan sekarang, sudah empat bulan lamanya tanpa adanya panggilan telepon atau email dari Sasuke. Astaga, betapa Sakura sangat merindukannya!

Sakura mengabaikan pikirannya tentang Sasuke yang tidak pernah berakhir saat ia melepaskan pakaiannya, membiarkan air panas menghangatkan tubuhnya dan menenangkan pikirannya. Setiap tahun pada hari ulang tahunnya, ia akan sangat merindukan keluarganya. Sebenarnya, ia akan lebih merindukan Fugaku daripada ibunya sendiri karena ia tidak pernah berhubungan lagi dengan Fugaku, ia tidak tahu apa-apa tentang Fugaku sekarang. Ibunya kini menikah dengan orang lain bernama Jiro dan cukup bahagia. Yah, setidaknya seperti itu yang terlihat. Ia tidak memiliki hubungan yang baik dengan ibunya pada awalnya, tapi ketika Mebuki dan Jiro mengadopsi Mikio, hatinya meleleh. Adik laki-lakinya sekarang berusia 3 tahun dan dia adalah salah satu cinta dalam hidup Sakura. Meskipun dia masih bayi pada saat itu, Mikio menginspirasi Sakura untuk bertindak menuju rekonsiliasi dengan ibunya.

Mebuki tidak pernah berbicara tentang Sasuke, tapi Sakura tahu ibunya merindukan Sasuke seperti seorang ibu yang merindukan putranya. Ketika Mikio masuk menjadi anggota keluarga, Sakura tidak sengaja pernah mendengar Mebuki menceritakan tentang sosok kakak laki-laki. Sekarang Sakura telah menjadi seorang gadis dewasa, ia tidak bisa mengabaikan bahwa ia kadang merasa bersalah karena hubungannya dengan Sasuke menghancurkan keluarga mereka, tapi apa pun hal yang terjadi di masa lalu, hatinya akan selalu menjadi milik Sasuke dan ia tahu itu.

Sakura keluar dari kamar mandi saat ia mendengar ponselnya berdering. Ia mengeringkan tubuhnya secepat mungkin dan membungkus tubuh mungilnya dengan handuk. Ia berlari kembali ke kamarnya dan melompat ke tempat tidur, mencari ponselnya di dalam tasnya.

"Halo?"

"Haiii! Kau tahu siapa ini?"

Sakura tersenyum saat mendengar suara adik laki-lakinya. "Hmm pasti adik kecilku yang lucu."

Bocah laki-laki itu terkikik dan Sakura bisa membayangkan adiknya itu mrnyengir. "Iya, ini aku," ucap Mikio bersemangat, "Kaasan bilang hari ini adalah hari ulang tahunmu."

Sakura juga terkikik. "Yup, dia benar."

"Berapa usiamu sekarang?"

"Umurku 20, Mikio-chan."

"Eww" ucap Mikio, "Kau sudah tua, Saku-nee."

Sakura berpura-pura sedih, "Itu bukan hal yang baik untuk dikatakan, Mr. Mikio."

Mikio terkikik, "Maaf, neechan. Tapi kau masih menjadi kakak favoritku di dunia."

Sakura menyeringai, adiknya terlalu manis. "Aku satu-satunya saudara perempuanmu."

"Oh, kau benar," Mikio terdengar kecewa tapi cepat mengangkat bahu, "Oh, Kaasan bilang dia menyayangimu dan Tousan bilang dia juga menyayangimu."

"Baiklah, aku akan mengingatnya."

"Sakuraaaa!" Ino berteriak dari dapur dan Sakura memutar matanya.

"Hei Mikio, aku harus pergi. Bisa aku meneleponmu nanti?"

"Oke, kita akan bertemu minggu depan," jawab Mikio, "Aku akan menonton SpongeBob sekarang tapi Kaasan dan aku harus membelikanmu hadiah."

Sakura tertawa, "Hadiah apa?"

"Sebuah gaun," jawab Mikio puas tapi krmudian Sakura mendengar adiknya itu terkesiap.

"Ada apa, Mikio?"

"Itu adalah kejutan!" jawab Mikio dengan sedih. "Jangan beri tahu Kaasan kalau aku sudah memberitahumu tentang itu."

Ya Tuhan. Sakura sangat merindukan Mikio. "Baiklah," Ia terkikik. "Aku tidak akan memberitahunya, tapi aku harus segera pergi. Bye."

"Bye neechan, selamat ulang tahun!"

Sakura menutup telepon dan meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidurnya. Ia dengan cepat memakai celana pendek jeans dan kaos. Ia keluar dari kamarnya, dan hidungnya menghirup wangi kopi di udara. Sesampainya di dapur, Ino sudah duduk di dekat meja dan mengangkat satu tangan ke udara, dengan jarinya menunjuk pada Sakura untuk bergabung dengannya.

"Apa yang membuatmu begitu lama?"

Sakura duduk. "Mikio menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun."

"Oh, oke kalau begitu," Ino memiringkan kepalanya ke samping, "Sasuke sudah menelepon?"

Sakura menggelengkan kepalanya, memutuskan untuk tidak terlihat kecewa, "Tidak."

"Aneh, dia selalu yang pertama menelepon di hari ulang tahunmu," Ino mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya, "Ayo makan. Aku akan membawamu ke toko kecantikan nanti. Kita perlu melakukan sesuatu yang berbeda dengan rambutmu."

Sakura mengerutkan hidungnya dan menatap temannya dengan rasa ingin tahu. "Ada apa dengan rambutku?"

"Menurutku, itu terlalu panjang."

"Aku tidak akan memotongnya," Sakura menggigit croissantnya, "Aku suka rambut panjangku."

"Tapi kau sudah terlalu lama dengan rambut panjang" Ino menghela napas, "Kau sekarang 20 tahun, saatnya untuk berubah."

Sakura juga menghela napas. "Oke, Pig, oke."

Ino bertepuk tangan dengan penuh semangat, "Oke," Ia tersenyum, "Sekarang makan."

***


Sakura sudah siap untuk pergi tapi Ino masih berpakaian. Ia menggigit kukunya kesal saat temannya sudah mencoba dress untuk ketiga kalinya.

"Pig, ayolah."

"Tunggu sebentar," Ino berteriak dari kamarnya dan Sakura memutar matanya.

"Astaga."

Sakura mendengar ketukan di pintu, dan tanpa melihat siapa orang itu, ia membuka pintu depan. "Hei Pumpkin," canda Sakura saat Sai mencium pipinya dan melangkah masuk, berbicara dengan seseorang di telepon.

Sai menutup telepon dengan tangannya. "Selamat ulang tahun," Ia mengangkat alisnya, "Kau siap untuk pergi?"

"Kau ikut dengan kami?"

Sai mengangguk, "Ya. Aku perlu membeli beberapa barang untuk restoran," Ia mengusap keningnya sedikit, "Oh, aku hampir lupa," Ia menyerahkan ponselnya, "Ini Sasori."

Sakura tersenyum dan menjadi gelisah, "Hai."

"Selamat ulang tahun! Bagaimana perasaanmu?"

Sakura terkikik, "Baik. Kupikir kau akan melupakan hari ulang tahunku."

"Ha!" Sasori terkekeh ringan, "Itu tidak mungkin, kan?"

"Hmm," Sakura tersenyum, "Kau berencana untuk mengunjungiku dalam waktu dekat?"

"Tentu saja, mungkin di akhir bulan."

"Luar biasa, Sasori. Dan bagaimana kabar pacarmu?"

"Baik. Semuanya baik-baik saja di sana?"

Sakura mengangguk. "Yup, semuanya baik-baik saja."

"Bagus. Aku harus pergi, Sakura. Aku akan bicara denganmu nanti. Selamat ulang tahun."

"Sekali lagi terima kasih telah menelepon. Bye."

"Jadi," Sai memulai, "20 tahun, eh," Ia memeluk Sakura dan gadis itu balas memeluknya erat, "Kau terlihat lebih tua hari ini, Nona."

Sakura terkikik keras, "Uh, terima kasih, Sai."

Ino berjalan ke ruang tamu dan mengecup bibir Sai, "Hai Pumpkin!"

"Hei, Cantik," Sai melingkarkan lengannya di pundak Ino, "Kalian siap?"

"Ya," jawab mereka bersama dan Sai menyeringai, "Baiklah, ayo."

Tokyo tampak mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor minggu itu dan Sakura berharap bisa kembali ke pantai Spanyol. Sopir mereka menjelaskan bahwa AC tidak berfungsi dengan baik sehingga mereka harus menurunkan jendela mobil dan menikmati angin sepoi-sepoi, tapi mereka yakin tidak ada angin di sana. Setelah mengeluh selama lima menit yang terasa lama bagi Sai dan Sakura, Ino mendadak diam.

"Tenang Pig, style rambutmu bisa mengatasi sedikit keringat," Sakura melambaikan tangannya di depan wajahnya, "Aku sangat lega kau meyakinkanku untuk menggunakan make up tahan air."

"Tuhan, aku merasa seperti berada di padang pasir," Ino menggelengkan kepalanya dan membuka beberapa kancing kemeja Sai, "Pumpkin, kau bisa menggoreng di dalam bajumu."

Sai mengangguk, "Kupikir hari ini lebih panas dari 100 derajat," Ia menyeringai pada wajah terkejut Sakura dan Ino, "Cuma bercanda."

"Oh," seru Ino dan mencari cermin di dalam tasnya, "Setidaknya kita akan pergi ke pesta ber-AC."

Taksi berhenti di depan Ritmo Loco, klub malam Meksiko yang mereka pilih untuk merayakan ulang tahun ke-20 Sakura. Saat Sai, Ino, dan Sakura keluar dari taksi, terdengar musik keras menggelegar dari klub malam dan lampu dengan cepat terlihat berubah warna yang menunjukkan pada mereka bahwa pesta di dalam sudah dimulai. Mereka berjalan ke pintu depan dan Ino memberitahu penjaga nama mereka. Penjaga melihat daftar di tangannya dan menganggukkan kepalanya, melangkah ke samping untuk membiarkan mereka melewatinya.

Sai memeluk Ino dan menggenggam tangan Sakura saat mereka memasuki klub. Musik di dalam bahkan terdengar lebih keras, tapi mereka harus mengakui bahwa tempat itu sebenarnya cukup nyaman. Klub itu tidak terlalu besar dan dindingnya dicat dengan warna merah dan hijau, dengan sombreros dan matahari menutupi semuanya, yang membuat klub terlihat lebih kecil dari aslinya, tapi orang-orang di sana tetap menari dengan semangat sementara para bartender terus membuat minuman dan beberapa pelayan membagikannya pada orang-orang yang menari.

Sakura tersenyum begitu mereka memasuki ruang VIP dan melihat Naruto dan Hinata sudah ada di sana. Hinata menjerit dan berlari ke arah Sakura, melingkarkan lengannya di leher Sakura, "Ya Tuhan!"

Mereka saling berpelukan selama beberapa menit dan kemudian Naruto menarik Hinata menjauh dari Sakura, "Hei, giliranku," Ia menyengir dan memeluk Sakura, mengangkatnya dari lantai, "Kau tampak hebat!"

"Terima kasih," Sakura menggigit bibirnya dengan perasaan terlalu emosional, "Aw kalian, aku sangat merindukanmu!"

"Kami juga merindukanmu!" Hinata tersenyum dan memeluk Sakura lagi, "Oh, kau perlu menceritakan padaku segalanya tentang Spanyol."

"Tentu," ucap Sakura meyakinkan, "Kita punya waktu semalaman."

Dua jam kemudian mereka sudah menari-nari di lantai dansa. Sakura memberitahu teman-temannya bahwa ia akan mengambil minum dan berjalan ke bar sendirian. Rambutnya basah oleh keringat, sehingga mustahil untuk melihat gaya baru rambut pendek yang melewati sedikit bahunya sekarang. Meskipun potongan rambut Sakura selalu sama; panjang dengan ikal, namun malam ini ia menikmati memiliki rambut pendek dan lurus. Saat ia berjalan, menerobos kerumunan, rambutnya menempel di lehernya dan gaun hitamnya lebih melekat di tubuhnya.

"Hei, Sayang, apa yang bisa kubantu?" bartender itu bertanya dengan nada genit dan Sakura tersenyum padanya.

"Rum dan Coke," jawab Sakura sederhana.

Bartender itu menyeringai dan menambahkan dengan aksen lucu, "Cuba Libre."

Sakura terkikik, "Ya, baru saja tiba dari Spanyol. Aku agak kecanduan."

"Pilihan bagus," Bartender mengedipkan mata pada Sakura sebelum berbalik untuk mulai membuat minumannya. Sakura juga berbalik, menyandarkan punggungnya ke bar. Ia merasakan sebuah tangan di bahunya dan melihat kembali ke bartender. "Ini, Cantik."

Sakura tersenyum dan mengambil minuman dari tangan bartender, "Terima kasih," Ia berdiri dengan posisi yang sama, punggung bersandar di bar, matanya menatap kerumunan yang menggeliat menari diterangi oleh lampu warna-warni. Ia menyesap minumannya dan memiringkan kepalanya ke samping, mengamati seorang pemuda tinggi berambut hitam yang baru saja memasuki klub dengan seorang pemuda berambut pirang. Pemuda berambut hitam itu melihat sekelilingnya sebentar, membisikkan sesuatu di telinga temannya. Kemudian pemuda berambut pirang tertawa dan pemuda berambut hitam itu menyeringai, pemuda berambut hitam melihat sekelilingnya lagi dan matanya bertemu dengan tatapan Sakura, membuat jantung Sakura berdebar kencang.

Sakura mengalihkan pandangannya dari intensitas mata pemuda itu, tiba-tiba merasa malu. Ia menyesap minumannya lagi dan saat ia mengangkat kepalanya untuk menatap pemuda itu lagi, pemuda itu sudah tidak ada.

"Di mana dia?" Sakura bergumam pada dirinya sendiri tapi kemudian menggelengkan kepalanya. Sakura menghabiskan minumannya, tapi ia masih merasa sangat panas. Ia tidak tahu apakah AC rusak atau mereka mencoba meniru cuaca dari Meksiko, tapi sungguh di sana sangat panas. Ia merasa panas itu sudah cukup untuk memasak otaknya menjadi bubur, sungguh. Ia kemufian berbalik dan meminta minuman lagi.

"Kau yakin?" Bartender itu mengangkat alisnya, "Bukankah kau minum terlalu cepat?"

Sakura menggelengkan kepalanya. "Terlalu panas di sini."

Bartender itu melihat Sakura dan menyeringai, "Aku heran kenapa."

Sakura memutar matanya dan mendengar suara laki-laki berdehem di belakangnya, "Mau menari?"

Sakura perlahan berbalik dan menyeringai pada pemuda berambut hitam di depannya. "Tentu."

"Bagus," Pemuda itu menyeringai dan meraih tangan Sakura. Mereka mencoba berjalan di tengah kerumunan, tapi beberapa pria terus memegang tangan Sakura yang bebas, mencoba untuk berbicara manis pada gadis itu. Sakura mengerang dan pemuda berambut hitam itu berbalik, tampak bingung. "Ada apa?"

"Mereka... tidak membiarkanku berjalan," protes Sakura dan ia melihat kembali pada dua orang yang sedang menatap tubuhnya dengan mata mereka. Ia tidak bisa menyalahkan para pria itu karena merasa tertarik padanya, gaun hitamnya menempel di lekuk tubuhnya dengan sempurna, membuatnya lebih menonjol dan kakinya lebih jenjang. Dan rambut merah mudanya yang basah jatuh ke bahunya.

Pemuda berambut hitam itu menarik Sakura ke depannya dan melingkarkan salah satu lengannya di pinggang gadis itu. Sakura menyandarkan punggungnya ke dada berotot pemuda itu dan mengeluarkan erangan lembut saat pemuda itu membungkuk ke telinganya dan memberitahu langkah selanjutnya dengan suara serak dan seksi, "Aku akan melindungimu."

"Oke," jawab Sakura dengan berbisik dan pemuda itu menyeringai karena ia bisa merasakan tubuh Sakura bergidik. Mereka mulai berjalan ke lantai dansa, melewati Sai dan kemudian Ino yang memandang mereka dengan rasa ingin tahu di matanya.

Begitu mereka berhenti di tengah lantai dansa, Sakura berbalik dan menatap mata hitam tajam yang menjadi pasangan menarinya itu. Ia tahu ia sedang mempelajari ekspresi, tubuh, dan segalanya tentang pemuda itu. Ia tidak punya pilihan selain mengamati dan terus mengamati, matanya hampir menelanjangi pakaian pemuda itu dan ia menggigit bibirnya untuk menghindari erangan lain pada intensitas tatapan pemuda itu. Pemuda itu juga balas memandangnya, rambut pendek pemuda itu sedikit tidak rapi, mungkin baru saja tumbuh setelah dicukur, tapi entah bagaimana pemuda itu berhasil memperbaikinya dengan gel dan terlihat sangat seksi. Mata hitamnya menjadi lebih kelam karena hasrat saat melangkah mendekati Sakura, tangan besarnya bertumpu pada pinggul gadis itu. Pemuda itu menjilat bibir bawahnya saat Sakura memeluk lehernya, mendekatkan tubuh gadis itu ke tubuhnya.

Orang-orang di sekitar mereka sibuk dalam gerakan mereka sendiri, erangan, tubuh saling bersentuhan, bau alkohol, semuanya memabukkan. Sakura menelan ludah dan ia merasakan jantungnya berdebar kencang saat ia mulai menggerakkan pinggulnya, tubuhnya yang berkeringat sudah menempel di kemeja biru tua pemuda itu. Ia menggigit sudut bibir bawahnya saat ujung jari pemuda itu bergerak ke pinggulnya, menekan tubuhnya ke arahnya, bergerak bersama dengan kecepatan yang sama, seksi, pelan... sangat erotis.

Pinggul mereka saling bertabrakan saat mereka dengan semangat saling berpelukan. Sakura memejamkan mata, memiringkan kepalanya ke belakang saat pemuda itu memeluk pinggulnya erat-erat. Pemuda itu membenamkan kepalanya di leher Sakura, bernapas di atas kulit gadis ity yang berkeringat, membuat perut Sakura mengencang.

"Kau sangat seksi," bisik pemuda itu di telinga Sakura, dengan lembut mencium daun telinga gadis itu. Ia menelusuri garis pipi dan rahang Sakura dengan bibirnya, menikmati rasa asin di mulutnya dan menghirup aroma gadis itu. Sakura tersentak, merasakan ujung jari pemuda itu bergerak dari pinggul ke punggungnya, menelusuri ke atas dan ke bawah tulang punggungnya.

Sakura mengusap rambut pemuda itu dengan tangannya, mencium parfum pemuda itu, dan merasakan kakinya selemah jelly. Pemuda itu membenturkan bibirnya ke bibir Sakura, giginya menangkap bibir bawah Sakura sesaat sebelum menghisapnya, memohon untuk masuk. Sakura dengan cepat membuka mulutnya dan membiarkan lidah pemuda itu melakukan semua gerakan, mengerang ke dalam ciuman itu saat tangan pemuda itu memeluknya begitu erat hingga ia hampir tidak bisa bergerak. Lidah keduanya mengamuk di dalam mulut mereka saat tubuh mereka bergerak di lantai dansa. Jantung mereka berdegup kencang, semuanya sepertinya berada dalam ritme yang sama sekarang.

Pemuda itu menarik diri untuk menghirup udara, bibirnya masih menempel pada bibir Sakura, lengannya masih erat dan posesif di sekeliling Sakura sehingga tidak mungkin untuk Sakura melepaskan diri. Sakura menelan ludah dan menatap mata pemuda itu sebelum membelai pipinya, "Kupikir kau tidak akan menemukan jalan kembali."

Sasuke menyeringai dan menghisap leher Sakura dengan keras, mencoba meninggalkan bekas, "Aku butuh waktu untuk membaca emailmu," Ia terkekeh pelan di kulit Sakura dan menyibakkan rambut gadis itu dari matanya, "Tapi akhirnya aku di sini."

Sakura tidak bisa menahan senyum, "Ya."

"Kau terlihat sempurna malam ini," ucap Sasuke serak di telinga Sakura dan kemudian menggerakkan mulutnya ke tenggorokan gadis itu, "Selamat ulang tahun, Cherry."

Sakura memejamkan mata dan meleleh dalam sentuhan Sasuke, "Terima kasih, Boo."

***
To be Continued


1 komentar:

Berkomentarlah dengan sopan :)