expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Leads to You #13


Chapter 13 - From Where You Are

Kembali ke Sapporo setelah seminggu pergi adalah pengalaman nyata bagi Sasuke. Hanya beberapa minggu sebelumnya, ia memiliki tunangan yang sangat seksi dan sahabat terbaik, dua gadis luar biasa yang menyelesaikan hidupnya. Dan kemudian, seperti yang berhasil ia lakukan dengan semua hal penting bagi sebagian besar hidupnya, ia telah mengacaukan semuanya. Dan sekarang ia harus menghadapinya... benar-benar sendirian.

Seperti yang ia duga, apartemennya seperti terkena bencana ketika ia akhirnya berhasil kembali dari bandara. Ia diam ketika melangkah masuk ke dalam, beban rasa bersalah yang telah dikenalnya yang selalu menjadi pendampingnya menyelimutinya ketika aroma Miyuki, kombinasi sabun, bunga, dan lemon, berputar-putar di sekelilingnya. Mereka menyebut apartemen ini rumah... ia senang bersama gadis itu. Bukan begitu? Tapi kemudian ia selingkuh dan kemudian ia mencampakkan gadis itu satu jam sebelum gadis itu seharusnya menjadi istrinya. Dude, Uchiha, ketika kau mengacaukannya, setidaknya kau melakukannya dengan benar...

Masih dengan sakit kepala yang berdenyut-denyut karena mabuk terburuk dalam hidupnya, ia tidak begitu memperhatikan kekacauan dan bahkan kurang memperhatikan kotak kecil yang tergeletak di dekat pintu. Ia mendorong kotak itu ke dalam, mengunci pintu, melemparkan tasnya, dan jatuh ke tempat tidur. Ia akan berurusan dengan semuanya nanti...

Ketika Sasuke bangun berjam-jam kemudian, kepalanya terasa sedikit lebih jernih. Sambil memakai celana pendek, ia berjalan kembali ke ruang tamu dan melihat karpet yang seharusnya menjadi alas sofa. Ia harus membeli sofa baru. Ketika Miyuki pindah ke apartemennya, sebagian besar perabotan bekasnya dijual atau diberikan ke orang lain untuk memberi ruang bagi perabotan gadis itu yang jauh lebih bagus. Dan sekarang gadis itu sudah pergi, begitu pula sofa gadis itu.

Setidaknya bayiku masih di sini. Sasuke melirik TV kesayangannya.

Berjalan ke dapur, matanya tertarik pada selembar kertas yang ditempelkan di kulkas, berkibar ditiup angin yang dihasilkan oleh kipas di langit-langit. Mendekati kulkas, matanya termenung saat membaca;

Sasuke,

Setelah kau selesai menjadi bajingan, hubungi aku. Kita TIDAK akan melakukan pembicaraan tentang apa yang terjadi. Jangan mengira kau akan lari dengan mudah. Dan perempuan pelacur itu sebaiknya tidak berada di sini ketika aku datang.

Miyuki.

Sasuke menyentak secarik kertas itu dari kulkas, meremasnya, dan melemparkannya ke tempat sampah. Sakura bukan pelacur. Dan ia tahu ia mungkin harus menemui Miyuki karena mereka memiliki beberapa masalah keuangan untuk diselesaikan tapi sekarang? Tidak. Terlalu cepat.

Ia melirik tumpukan surat yang menunggunya dengan mata menghina. Miyuki jelas telah datang ke apartemennya lebih dari satu kali karena semua surat untuk gadis itu sebelum beberapa hari yang lalu hilang. Melirik ke tumpukan, ia menyingkirkan edisi terbaru Men's Health ke samping, berniat membacanya nanti. Kemudian mengumpulkan sisanya, ia berjalan ke tempat sampah untuk membuangnya. Ketika ia akan membuang tumpukan itu, sebuah amplop kecil berwarna krem ​​menyelinap keluar di antara surat tagihan TV satelit dan surat edaran perabotan gudang dan jatuh ke lantai. Menyadari itu sebagai undangan dari pernikahan, rasa bersalah melonjak melalui ususnya. Setelah memeriksa cap pos, ia menyadari bahwa itu dikirim pada hari pernikahan.

Aneh.

Keingintahuannya terusik, ia membalik amplop itu dan membukanya. Rasa bersalah yang menggerogoti dirinya berubah secara instan menjadi penyesalan yang dalam ketika matanya membaca nama di sana. Nama Sakura. Di sana juga ada coretan 'X' besar berwarna hitam. Matanya tertuju pada nama Sakura dan hanya menatap nama itu.

Dia mengirimkan ini pada hari pernikahan.

Sasuke berpikir kembali ke malam itu, tiga minggu yang lalu, ketika Sakura mengatakan padanya bahwa gadis itu sudah mendapatkan undangan. Lalu gadis itu mengirimkan kembali undangan ini. Ini hanya menegaskan baginya betapa kesal Sakura selama ini, menonton pertunangannya dari luar. Kenapa aku tidak tahu? Kenapa aku tidak melihat? Aku mengenalnya lebih baik daripada siapa pun. Fakta bahwa ia ternyata sangat merasakan Sakura, tapi ia melewatkan gadis itu masih membuatnya marah. Ia sudah terbiasa dengan gadis-gadis yang jatuh cinta padanya. Ia sudah berurusan dengan hal itu sejak ia berusia 12 tahun dan pubertas mulai mengubahnya menjadi pejantan seksi. Bagaimana ia tidak menyadarinya? Tapi bahkan jika ia menyadari itu, apa yang akan ia lakukan?

Membalik amplop itu kembali, Sasuke membaca cap pos lagi. Itu dikirim secara lokal. Jantungnya bergemuruh di dadanya, ia bertanya-tanya apakah Sakura masih di suatu tempat di dalam kota ini.

Ya Tuhan, ia berharap begitu. Ibu Sakura mengatakan padanya bahwa Sakura telah pergi, tapi mungkin saja itu hanya gertakan? Merasa harus melindungi putrinya.

Sasuke mendapati dirinya tersentak pada gagasan bahwa Sakura membutuhkan perlindungan darinya. Ia menghabiskan empat tahun terakhir untuk memastikan Sakura baik-baik saja. Ia menyukai kenyataan bahwa ia harus menjaga Sakura. Gadis itu jelas selalu mandiri tapi mereka saling mengandalkan. Dan sekarang? Tidak ada.

Melemparkan undangan itu ke atas meja, Sasuke duduk dan menekankan jari-jarinya ke pelipisnya. Ia berusaha untuk tidak memikirkannya, tentang Sakura, setelah ia meninggalkan Meksiko. Ia tahu ia harus menemukan Sakura, tapi ia belum tahu bagaimana ia akan melakukan itu. Sejujurnya, sulit untuk berpikir dengan rasa sakit yang ia rasakan karena kehilangan Sakura seolah menembus nadinya. Semakin diperburuk karena ia yang menyebabkan ini. Andai saja aku tidak pergi malam itu...

Sasuke berdiri, tahu bahwa 'seandainya' tidak ada gunanya, dan melirik ke sekeliling apartemen. Berantakan sekali. Dengan merengut, ia mulai mengambil majalah, buku, dan sampah lain yang tampaknya Miyuki dan keluarganya anggap tidak penting. Ia melakukan evakuasi cepat dan melemparkan semuanya ke tumpukan besar. Berjalan ke pintu, ia meraih kotak kecil yang sebelumnya tergeletak di luar. Begitu ia mengambilnya, ia mengenali tulisan tangan Sakura lagi. Jantungnya berdebar, ia bergegas ke meja dan duduk. Merobek kotak itu, ia membukanya dengan cepat dan mengintip ke dalam.

Apa?

Ia buru-buru meraih dan mulai menarik keluar, melemparkannya ke atas meja. CD? Foto-foto? Kaos? Boneka beruang? Kaus kaki?

What the fuck?

Meraih kaos itu, ia membuka lipatannya. Itu adalah kaos abu-abunya tanpa lengan. Ia sudah mengenakannya selama bertahun-tahun. Ia meminjamkannya pada Sakura suatu malam ketika gadis itu menginap dan tampaknya kaos itu tidak pernah kembali padanya. Sampai saat ini.

Menjatuhkan kaos itu dengan tangan yang sedikit goyah, ia mengambil salah satu foto dan menyingkirkan kertas tisu yang membungkusnya. Senyum Sakura bersinar ke arahnya dari foto berbingkai dan ia secara refleks tersenyum pada bayangan gadis itu. Di dalam foto itu, ia menyeringai pada Sakura sementara gadis itu tersenyum ke arah fotografer. Itu adalah snapshot dari beberapa acara di kampus. Ia benar-benar tidak ingat mengapa foto itu diambil... tapi di sanalah. Dan di sana mereka bersama-sama... sama seperti dulu.

Saat menarik foto berikutnya, ia menyadari itu adalah foto mereka berdua saat makan malam Thanksgiving di rumahnya di tahun kedua kuliahnya. Lengannya melingkar santai di bahu Sakura dan gadis itu cemberut ke arahnya. Ia tersenyum, mengingat hari Thanksgiving itu dengan sangat baik. Itu adalah pertama kalinya mereka menghabiskan waktu bersama. Ibunya mengundang keluarga Haruno dan mereka menghabiskan waktu berjam-jam tertawa sebelum ia akhirnya pingsan karena kalkun dalam jumlah besar yang ia telan. Ketika ia membuka matanya, ia mendapati Sakura meringkuk di sampingnya, mabuk dari dua gelas anggur di hari Thanksgiving saat itu. Gadis itu sangat mudah mabuk. Tidak pernah bisa mengatasi minuman keras.

Foto berikutnya mirip dengan foto-foto yang lain; mereka berdua bersama, biasanya dengan lengannya di sekeliling Sakura, tersenyum satu sama lain atau ke arah kamera. Ketika ia meletakkan foto-foto itu berdampingan, ia merasa seperti sedang melakukan tur persahabatan mereka melalui foto-foto yang diambil secara acak yang tidak memiliki makna nyata pada saat itu. Tapi ketika ia menatap foto-foto itu sekarang, ia sadar bahwa Sakura telah dengan hati-hati mengemas barang-barang dari masa lalu mereka untuk dikirim kembali padanya, untuk mengeluarkan semua kenangan dari kehidupan gadis itu, dan itu membuatnya merasa mual.

Ya Tuhan, Sakura... Kau tidak bisa mendorongku keluar dari hidupmu seperti ini.

Mengambil foto terakhir, perut Sasuke mengencang saat ia membuka bungkusnya. Itu adalah gambar yang sama yang ia punya di rak buku, foto dari mereka berdua saat kelulusannya. Ia memiliki kedua salinan foto itu sekarang.

Dan Sakura tidak punya.

Fuck.

Sakura telah mengumpulkan beberapa bagian kenangan mereka bersama dan memasukkannya ke dalam sebuah kotak. Dan sekarang semua itu hanya berbentuk ingatan karena gadis itu tidak menginginkannya lagi.

Sepertinya Sakura mencoba menghapus fakta bahwa kami pernah berbagi segalanya.

Tiba-tiba, otak Sasuke berseliweran dengan pemikiran bahwa mungkin Sakura menyelipkan surat di sana. Mungkin, di suatu tempat di tengah barang-barang ini, mungkin gadis itu meninggalkan pesan untuknya. Bahkan jika semua yang dikatakan gadis itu hanyalah 'fuck you', setidaknya ia akan memiliki sesuatu dari gadis itu.

Sambil membuka CD case pertama, ia tidak menemukan apa pun. Yang kedua pun sama. Yang ketiga menarik perhatiannya karena itu bukan CD Nirvana. Case itu berisi CD dengan tanggal yang tertulis di atasnya dengan tulisan tangannya. Menariknya, ia menatap CD itu, mencoba mengingat untuk apa itu.

Ia berjalan cepat ke stereo-nya dan memasukkannya. Ketika nada pertama masuk melalui speaker, ia langsung ingat; Sakura harus merekam lagu untuk mengikuti KKM musik di tahun pertamanya. Gadis itu meminta Sasuke untuk mengiringinya menggunakan gitar. Mereka merekamnya setelah berjam-jam latihan karena, tentu saja, Sakura menginginkan yang sempurna. Pada saat mereka selesai dan Sakura akhirnya bahagia dengan hasilnya, Sasuke ingin mencekik gadis itu dengan tali gitar dan menyembunyikan tubuh gadis itu. Tapi kemudian Sakura mengajaknya makan malam dan membiarkannya memesan steak besar yang lezat dan ia benar-benar memaafkan gadis itu.

Ketika CD itu mulai memperdengarkan suara Sakura, bersamaan dengan suara gitar Sasuke, meraung melalui speaker Sasuke. Suara Sakura begitu jernih dan kuat bahkan pada rekaman berkualitas rendah itu, hal itu membuat bulu kuduk Sasuke merinding. Ia lupa liriknya, tapi begitu ia mendengarnya lagi, itu hanya membuatnya merasa lebih buruk tentang seluruh situasi mereka sekarang.

"I love you in silence, I sing for you quietly, move through your heart,

Softly give you some laughter, a tear,

I'm with you in silence, whatever the year, whatever the year, forever.

I love you in darkness wherever you go, I seek you invisibly, search for your soul,

Blindly show you my joy and my fear,

I'm with you in darkness, whatever the year, whatever the year, forever."

Kemarahan yang tak terduga mengalir ke seluruh tubuh Sasuke ketika nada terakhir lagu Sakura terdengar melalui speaker. Dengan tinjunya yang mengepal dan wajahnya yang tegas, ia berdiri dan berjalan ke stereo, memacet tombol power sehingga stereo itu mati. Ruang tamunya tiba-tiba menjadi sunyi.

"Kau tidak bisa lari dariku semudah itu, Sakura. Pasti ada seseorang yang tahu di mana kau berada dan aku akan mencari tahu siapa itu."

***

Sehari setelah Sasuke kembali, ia berakhir di sebuah toko perabotan dan akhirnya membeli sofa murah. Yang mungkin akan hancur dalam enam bulan tapi untuk sementara waktu, sofa itu akan mengisi setidaknya satu lubang menganga dalam apartemennya. Lagipula setidaknya ia bisa tertidur menonton ESPN lagi jika ia mau. Benda itu sangat penting keberadaannya.

Kembali ke rutinitas tanpa Miyuki ternyata lebih mudah daripada yang ia kira. Ia tidak harus menunggu gadis itu untuk bersiap-siap pergi ke tempat-tempat atau berurusan dengan jadwal gila. Ia bisa makan sereal untuk makan malam lagi tanpa diprotes juga. Ia mendapati dirinya tersenyum pada keheningan di apartemennya suatu malam dan kemudian merasa seperti sampah segera setelah itu karena sedikit merasa senang bahwa Miyuki sudah tidak di sana. Ia mencintai gadis itu, kan... ia melakukannya! Ia tidak akan meminta gadis itu untuk menikah dengannya jika ia benar-benar tidak jatuh cinta pada gadis itu. Tapi kemudian ia pergi dan meniduri Sakura dan segalanya tampak berubah tepat di depan matanya. Miyuki bukan lagi Miyuki. Gadis itu menjelma menjadi gadis bermata Sakura dan memiliki bibir Sakura, benar-benar mirip.

Ini sangat rumit hingga Sasuke hanya menghabiskan sebagian besar hari-hari pertamanya di rumah dengan merasa semua sangat kacau dan tidak yakin apa yang harus dilakukan. Jadi, alih-alih melakukan banyak hal, ia kini hanya makan banyak pizza, terjebak menonton acara TV, dan berpikir sendirian bahwa ada hal yang sedikit lebih baik dalam hidup daripada tidur siang hingga sore di apartemennya yang sunyi. Dan yang luar biasa bahwa keheningan itu, juga membunuhnya. Ia merindukan cara Sakura yang dulu menelepon dan mulai mengoceh tentang beberapa film bodoh sampai ia benar-benar membuat ide dengan menopang ponsel ke telinganya sehingga ia sekaligus bisa meledakkan para bajingan dalam permainan video gamenya sementara Sakura mengoceh terus dan ia pura-pura mendengarkan. Ia juga benci bahwa email pendek 'hanya mengecekmu hari ini' dari Sakura tidak lagi membakar ponselnya. Ia merasakan sedikit kesedihan setiap kali ia melewati Applebee's karena ia tidak bisa membawa Sakura ke sana untuk menyiksa gadis itu lagi. Keheningan tidak adanya Miyuki mungkin melegakan, tapi keheningan dari tidak adanya Sakura membuatnya jengkel. Ia sangat ingin menemukan Sakura... tapi bagaimana dan dimana?

Karena frustrasi, tanpa harapan akan jalan keluar yang sebenarnya, Sasuke mulai lebih sering pergi ke gym; memperpanjang olahraganya, meningkatkan jumlah repetisi yang ia lakukan, membuatnya berlari lebih lama. Ketika darah memompa begitu keras di telinganya hingga ia tidak bisa berpikir, ia merasa lebih baik daripada dirinya dalam beberapa minggu ini. Jika bukan karena lubang kosong besar yang sepertinya mengikutinya ke mana pun ia pergi, ia hampir merasa normal lagi.

Pada Rabu malam, ia sangat bosan dan mengira tulang belikatnya akan menembus punggungnya. Meskipun ia hanya mengambil cuti dua dari empat minggu yang dijadwalkan untuk bulan madunya, tidak, ia memutuskan untuk kembali bekerja minggu depan. Ia bosan dengan pikirannya saat di rumah dan selalu bisa membuatnya tak nyaman. Selain itu, jika ia bekerja, pikirannya akan sibuk dan mungkin ia tidak akan merasa begitu kehilangan sepanjang waktu.

Kamis pagi, Sasuke bangun dengan berkeringat. Sakura telah berada di mimpinya lagi. Mereka mengemudi ke suatu tempat dan gadis itu terus berbicara tapi ia tidak bisa mendengarnya. Ia terus meminta Sakura untuk berbicara lebih keras tapi ia masih tidak bisa mengerti kata-katanya. Dan kemudian gadis itu menghilang dan ia terbangun.

Bangkit dari tempat tidur, ia berjalan ke dapur dan menarik bir keluar dari kulkas. Jadi yeah, saat itu jam 3 pagi dan ia benar-benar minum bir tapi ia tidak peduli. Siapa yang tahu? Ia hanya sendirian. Ia perlu menumpulkan otaknya sehingga ia bisa kembali tidur.

Begitu birnya habis, Sasuke merangkak kembali ke tempat tidur. Menatap langit-langit, ia memutuskan bahwa ketika ia bangun nanti, ia akan bangkit dari pantatnya yang menyedihkan dan mulai mencoba menemukan Sakura. Gadis itu pasti meninggalkan jejak remah roti di suatu tempat. Ia akan menjelajahi setiap jalan di kota ini. Mereka berdua masuk ke kekacauan sialan ini di awal dan ia tidak yakin ada yang akan merasa normal diantara mereka, lagi, jika mereka berdua tidak memperbaikinya, bersama-sama. Yang ia butuhkan adalah lima menit untuk berbicara dengan gadis itu...

Hanya lima menit.

***

Sasuke menunggu di luar klinik selama berjam-jam. Ia tahu ia harus mulai mencari petunjuk ke suatu tempat dan mengambil petunjuk apa pun. Bersandar di dinding, ia menatap gores di sepatunya. Ia tahu, bahkan ketika ia menunggu, bahwa ini mungkin tidak ada gunanya tapi ia harus mencoba. Sekitar jam 7 malam, pintu karyawan terbuka dan orang-orang mulai keluar. Sasuke mengamati wajah masing-masing pria ketika mereka berjalan keluar, mencari wajah yang ia cari.

"Gaara," panggil Sasuke dengan suara rendah saat akhirnya menemukan orang yang ia tuju.

Gaara menoleh, matanya melebar ketika ia melihat Sasuke beberapa meter darinya.

Tanpa sepatah kata pun, tapi dengan mata penuh amarah, Gaara berjalan mendekati Sasuke, menarik tinjunya ke belakang dan memukul Sasuke di sisi rahangnya. Sasuke terhuyung mundur dan berteriak, "Fuck, apa yang kau lakukan?" Tangannya mengusap rahangnya.

"Itu untuk Sakura, brengsek," ucap Gaara, suaranya yang bimbang mengkhianati sikapnya yang keras. Kedua pria itu saling melotot. "Apa yang kau inginkan, Sasuke?"

"Apa kau bicara dengan Sakura?" tanya Sasuke, melangkah lebih dekat ke pemuda berambut merah itu.

Gaara menyipit. "Maksudmu sejak dia mencampakkanku karena dirimu dan kemudian pergi meninggalkan kota? Tidak, aku belum bicara dengannya."

"Apa yang dia katakan padamu?" Beritahu aku sesuatu. Apa pun!

"Bukan urusanmu, brengsek. Kau jelas tidak menginginkannya ketika dia ada di sini jadi sepertinya kau tidak perlu khawatir tentang dia sekarang." Gaara sangat marah karena Sasuke bahkan berani bertanya tentang Sakura.

"Ayolah, dude... kau tidak tahu apa-apa? Dia tidak memberitahumu kemana dia pergi? Tidak ada?"

"Tidak, Sasuke, sudah kubilang. Dia mencampakkanku, tiga hari sebelum pernikahanmu, dia bilang dia harus pergi darimu, dan dia pergi begitu saja." Tatapan Gaara melembut, ingatannya memutar kembali tentang betapa sedih dan lelahnya Sakura ketika hari terakhir ia melihatnya. Mengalihkan pandangannya untuk bertemu mata Sasuke lagi, matanya mengeras lagi. "Aku tidak tahu apa yang kau lakukan padanya, tapi sepertinya kau menyedot kehidupan darinya."

Pandangan Sasuke jatuh membayangkan ekspresi Sakura yang patah hati yang ditinggalkannya setelah malam itu. Berdeham, ia berbicara, "Dengar, aku minta maaf telah mengganggumu. Aku hanya... aku harus menemukannya. Jika kau mendengar kabar darinya, bisakah kau memberitahunya bahwa aku ingin dia menghubungiku? Tolong?"

Gaara mengangguk, sebenarnya merasa sedih untuk bajingan itu karena tampak begitu menyedihkan berdiri di sana. "Kurasa aku tidak akan mendengar kabar darinya. Dia sepertinya ingin pergi. Dan kurasa dia tidak ingin ditemukan..."

Sasuke diam-diam setuju dan mengangguk. Ia berbalik untuk pergi tapi Gaara berbicara lagi.

"Kau benar-benar mengacaukannya, Sasuke. Kenapa kau melakukannya? Dan dua minggu sebelum kau seharusnya menikah? Itu menyebalkan."

"Kau pikir aku tahu itu?" Sasuke melenturkan rahangnya yang sakit. Ia tidak perlu diingatkan bahwa ia telah menghancurkan Sakura dan apa yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun ketika ia berbalik dan berjalan keluar dari pintu apartemen Sakura malam itu.

"Kau kacau, Sasuke. Selama aku berkencan dengannya, aku tahu aku hanyalah penggantimu tapi aku terus berusaha untuk memenangkannya. Jadi terima kasih untuk semua, kawan." Gaara mengibaskan tangannya pada Sasuke. "Pergilah dari sini. Kau perlu khawatir tentang istrimu, bukan Sakura."

Apa semua orang tahu bahwa Sakura mencintaiku, kecuali aku? Apa yang salah denganku?

"Aku belum menikah," Sasuke menggeram dan kemudian berjalan menuju mobilnya.

Sialan, buang-buang waktu.

"Oh... maaf aku sudah memukulmu," teriak Gaara.

Sasuke mengibaskan tangannya. "Terserahlah."

Gaara memperhatikan Sasuke pergi. Dia tidak jadi menikah. Meskipun ia membenci Sasuke karena mengacaukan hidup Sakura, ia sedikit merasa kasihan pada si brengsek yang malang itu. Sakura sudah pergi, Sasuke sendirian, Miyuki tampaknya ditolak cintanya oleh Sasuke, dan Gaara sendiri telah dicampakkan.

Berantakan sekali.

***

Jumat sore, Sasuke setengah tertidur di sofa dengan perasaan tertekan lagi saat menonton TV, tepat saat itu ia mendengar ketukan di pintu apartemennya. Berguling dari sofa, ia menyeret kakinya ke pintu dan menarik pintu dengan santai. Namun, tubuhnya langsung menegang ketika mata mengantuknya bertemu dengan tatapan hijau dingin.

"Sasuke," sapa Miyuki.

Sasuke memperhatikan bahwa mata gadis itu tampak lelah dan bengkak. Karena aku, brengsek. "Uh... hei, Miyuki."

"Boleh aku masuk?"

Tanpa sepatah kata pun, Sasuke mendorong pintu terbuka lebih lebar dan memberi isyarat bagi gadis itu untuk masuk.

"Sepertinya kau punya sofa baru," ucap Miyuki dengan angkuh begitu ia berada di dalam apartemen dan Sasuke menutup pintu.

"Tidak punya pilihan," adalah satu-satunya jawaban Sasuke.

Mereka saling menatap sesaat, keduanya memikirkan semua yang telah terjadi, yang membawa mereka ke titik ini.

Akhirnya, Miyuki berdeham. "Jadi... kemana kau pergi?"

"Meksiko."

"Apa kau membawa Sakura?"

Sasuke mengumpat. "Fuck, Miyuki, tidak, aku tidak membawa Sakura. Aku bahkan belum melihatnya atau berbicara dengannya hampir sebulan. Fuck... sudah selama itu?

Miyuki tampak terkejut. "Benarkah? Kupikir kalian akan bersama akhirnya."

Sasuke mengusap kepalanya, jelas merasa jengkel. "Apa maksudmu, 'akhirnya'?"

"Astaga, Sasuke," Miyuki menyalak. "Kau serius? Kalian berdua selalu lengket satu sama lain sepanjang waktu kita bersama. Aku benar-benar ingin tahu, berapa kali kau menidurinya selain yang kau katakan padaku?"

Mata Sasuke menatap mata Miyuki, amarahnya meningkat. "Sudah kubilang. Satu kali. Hanya waktu itu."

Miyuki mendorong melewati Sasuke dan berjalan menuju kamar. "Aku tidak tahu apa yang kupikirkan hingga setuju untuk menikah denganmu." Miyuki menyentak membuka pintu lemari, ia mencari sesuatu. "Aku seharusnya tahu ada sesuatu yang terjadi begitu aku melihat Sakura untuk pertama kalinya dan menyadari bahwa kami sangat mirip."

Sasuke menatap punggung Miyuki. Goddammit. Miyuki bahkan melihat kemiripan itu? Apa Sakura juga? Rupanya semua orang kecuali aku sudah menyadari itu sejak awal. "Sesuatu tidak pernah terjadi, Miyuki. Aku berkencan denganmu karena aku memang serius. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku bersumpah."

Miyuki meraih ke bagian belakang lemari dan mulai mengeluarkan kotak-kotak. "Aku merasa sulit untuk mempercayai itu bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi antara kau dengan Sakura. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di sekitar kita seolah dia ingin mencungkil mataku dan merobek pakaianmu. Aku mencoba mengabaikannya karena kupikir kau mencintaiku."

Miyuki menyentak membuka kotak untuk memastikan barang-barang yang ada di dalamnya adalah miliknya. Merasa puas dengan apa yang ia butuhkan, ia menatap Sasuke dengan mata yang penuh luka dan diwarnai kemarahan.

"Aku memang mencintaimu, Miyuki." Sasuke merasa tidak berdaya. Apa yang gadis ini ingin aku katakan? Aku sudah kacau. Aku tidak bisa menarik semuanya kembali.

"Tapi kau lebih mencintai Sakura," ucap Miyuki dengan lembut, matanya berair.

Sasuke melirik ke lantai. "Aku... aku tidak tahu bagaimana perasaanku tentang Sakura saat ini."

Ketika Sasuke menatap Miyuki lagi, gadis itu menyeka air mata dari matanya. "Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan menangis di depanmu jadi aku tidak akan... aku... aku akan pergi sekarang. Maukah kau membantuku membawa kotak-kotak ini ke mobil?"

Sasuke mengangguk dalam diam, mengambil kotak-kotak itu dan berjalan di belakang Miyuki. Mereka tanpa kata berjalan ke mobil dan Miyuki membuka bagasi sehingga Sasuke bisa memasukkan kotak-kotak itu.

Menutup bagasi, Miyuki menoleh ke arah Sasuke saat ia mengusap air mata lagi. Sasuke bergerak ke arah gadis itu, meraih lengan gadis itu untuk mencoba memeluknya, rasa bersalah membebaninya. Tapi Miyuki menghentikannya. "Aku tidak ingin belas kasihanmu, Sasuke. Apa yang kau lakukan adalah hal yang paling memalukan yang pernah kualami dalam hidupku. Aku tidak pernah bisa memaafkanmu untuk itu. Tapi... kau akan butuh waktu untuk memahami semuanya."

Sasuke melirik ke tanah, tidak yakin apa yang harus ia katakan pada mantan tunangannya. Ia merasa mengerikan tentang apa yang terjadi. Tapi... Tidak ada protokol untuk omong kosong semacam ini.

"Aku minta maaf, Miyuki. Aku tahu ini bukan penghiburan setelah apa yang terjadi tapi aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk semua omong kosong ini terjadi..."

Miyuki mengangguk, membuka pintu mobil. Kembali menoleh pada Sasuke, ia berkata, "Kuharap kau bisa menyelesaikan masalahmu, Sasuke."

Sasuke mengangguk. Aku berharap begitu juga. Sasuke tidak mengatakan sepatah kata pun, dan Miyuki masuk ke dalam mobil. Memundurkan mobil kemudian melaju ke depan, gadis itu memberi Sasuke pandangan melalui kaca spion. Sasuke bisa melihat air mata di mata gadis itu lagi.

Shit.

Sasuke berjalan kembali ke apartemen dan membanting pintu.

"Kurasa ini bisa lebih buruk," ucap Sasuke pada apartemennya. "Dia seharusnya menendang bolaku..."

Mengeluarkan raungan frustrasi, Sasuke menjatuhkan dirinya ke sofa murah dan meraih remote, mematikan televisi. Kepalanya jatuh ke belakang dan ia menatap langit-langit, memikirkan apa yang dikatakan Miyuki.

Aku dan Sakura selalu lengket satu sama lain? Wajah tersenyum Sakura muncul dan Sasuke mengerang, menyingkirkan bayangan itu.

Miyuki. Apa yang membuatku jatuh cinta padanya?

Sasuke memikirkan gadis yang terluka yang baru saja meninggalkan apartemennya. Gadis itu persis seperti tipe wanita yang membuatnya liar dan terangsang. Dua hal itu sempurna satu sama lain. Gadis itu cantik, tentu saja, dan memiliki tubuh yang seksi. Gadis itu cerdas dan bersemangat tentang cita-citanya, bahkan jika cita-cita itu benar-benar membosankan ketika gadis itu membicarakannya. Gadis itu peduli pada orang lain dan selalu berusaha menghibur atau membantu orang-orang di sekitarnya. Dan gadis itu mencintai kehidupan dan mengejar semua yang diinginkan dengan semangat. Ya, itu pasti gadis yang luar biasa seperti Miyuki.

Dan kemudian Sasuke menyadari, dan mengumpat keras, bahwa ia juga baru saja menggambarkan tentang Sakura.

Fuck. Fuck. FUCK.

Mengerang dengan frustrasi, Sasuke meraih ponsel dan kunci mobilnya dengan tangan gemetar. Waktunya untuk pergi menendang pantatnya sendiri di gym...

***

Ketika Sasuke menghubungi nomor seseorang, ia tahu itu mungkin hal yang sama sekali tidak berguna untuk dilakukan. Tapi ia akan mencoba sekali lagi sebelum ia menghapusnya dari kontak untuk selamanya.

"Basan?" ucap Sasuke ketika ia mendengar seseorang menjawab di ujung telepon.

"Sasuke," ucap Mebuki, wanita itu sedang bersandar di kursinya di Hakodate. "Kurasa aku sudah bilang untuk tidak menelepon ke sini lagi."

Sasuke menghela napas dan menutup matanya. "Aku tahu, Basan. Dan aku minta maaf karena menelepon lagi, tapi aku... aku hanya berharap kau sudah mendengar kabar dari Sakura."

Mebuki melepas kacamata bacanya dan mengusap matanya dengan frustrasi. Apa yang harus ia katakan pada Sasuke? "Aku sudah mendengar kabar darinya, ya."

Jantung Sasuke berdegup kencang di dadanya. "Kau... kau sudah? Apa dia baik-baik saja? Di mana dia?"

Mebuki menghela napas. "Dia patah hati... tapi dia baik-baik saja."

Sasuke menghembuskan napas yang telah ditahannya. Sakura patah hati? Fuck. Rasanya seperti pisau menembus dadanya. Ia tahu selama ini bahwa ia telah menyakiti Sakura dalam-dalam, tapi mendengarnya dari ibu Sakura membuatnya tampak... mengerikan.

Tapi setidaknya Sakura baik-baik saja.

"Dimana dia?" Sasuke praktis menyilangkan jari untuk mengantisipasi jawaban Mebuki.

Mebuki berdiri di ruang tamunya, berjalan menuju jendela untuk melihat keluar. Sasuke terdengar putus asa di ujung sana. "Sakura tidak ingin aku memberitahu siapa pun di mana dia berada, Sasuke. Kau harus menghargai keputusannya."

Jantung Sasuke mencelos. Aku harus menemukannya. Menghembuskan napas dengan keras, ia berkata, "Baik. Aku mengerti. Dia tidak ingin ada hubungannya denganku dan kurasa aku tidak akan menyalahkannya. Tapi aku perlu berbicara dengannya, Basan. Tolong..."

Mebuki berdeham. "Sasuke... Jika kau ingin menitip pesan, aku akan menyampaikannya padanya. Tapi aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Aku harus melihat dulu bagaimana perasaannya saat aku berbicara dengannya lagi nanti."

Sasuke mengangguk. "Terima kasih, Basan. Katakan saja padanya... Tolong katakan padanya... bahwa aku belum menikah. Dan bahwa aku perlu bicara dengannya. Dan tolong minta dia untuk menghubungiku."

Sasuke tidak menikah? Oh Sakura... Hati Mebuki sakit untuk putrinya dan untuk pemuda di ujung telepon.

Mebuki berdeham lagi, "Seperti yang kukatakan, aku tidak bisa menjanjikan apa pun."

Merasa ada harapan daripada yang ia rasakan selama berhari-hari, Sasuke berkata, "Aku mengerti. Tapi Basan? Terima kasih..."

"Sampai jumpa, Sasuke."

Mebuki mematikan telepon, berjalan kembali ke kursinya dan duduk lagi. Apa aku harus memberitahu Sakura? Dia benar-benar perlu mengetahui sesuatu yang penting ini...

Merasa sedikit lebih baik setelah berbicara dengan ibu Sakura, Sasuke mondar mandir di apartemennya. Ia tidak tahu apakah ibu Sakura akan benar-benar menyampaikan pesannya pada Sakura tapi ia harus mencoba. Tetap saja... harus ada cara lain agar aku bisa menghubunginya. Aku tidak bisa hanya mengandalkan ibunya.

Sasuke menyalakan laptopnya dan baru saja duduk di sofa ketika tiba-tiba terpikir olehnya; Facebook. Dengan cepat menavigasi ke situs jejaring sosial itu, ia mengklik daftar 'Teman' dan menggulir ke bawah di mana  seharusnya nama Sakura berada dalam alfabet, dan serius, ia perlu membersihkan daftar teman-temannya. Ia tidak mengenal setengah orang sialan ini. Teman-temannya beralih dari Sasha ke Ryan. Tidak ada Sakura dalam daftar. Dia tidak ada di sana. Dia bahkan menghapusku sebagai teman! Dengan marah, Sasuke mencari di situs itu sampai ia menemukan profil 'Sakura Haruno' dengan foto gadis itu. Mengkliknya, wajah Sasuke menjadi merah karena marah ketika ia menyadari bahwa Sakura telah mengubah pengaturan privasinya sehingga tidak ada informasi pribadi yang terlihat tentangnya sama sekali. Hanya ada 'Kirim Pesan' di sana.

Haruskah aku? Dia hanya akan mengabaikannya.

Dengan rasa terbakar di dadanya, Sasuke mengklik kotak 'Kirim Pesan'. Menempatkan senyum penuh harapan, ia mulai mengetik.

Mungkin, mungkin saja, Sakura benar-benar membacanya dan merespon...

Aku harus mencoba... Shit, ini tidak bisa terus seperti ini.

Kita tidak bisa terus seperti ini.

Aku merindukanmu, Sakura.

***
To be continued

1 komentar:

  1. Anonim8:39 PM

    Selalu..dan selalu...ketidak pekaan Sasuke....

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan sopan :)