"Sasuke-kun, kumohon!" Gadis berambut merah muda di depan Sasuke memohon dengan bibir bawahnya sedikit maju dibanding bibir atasnya.
Alis Sasuke berkedut sedikit. Ini semua kesalahan Naruto. Ini adalah ide Naruto yang menyarankan Sasuke untuk pergi ke sini dan menjemput Sakura ke pesta Naruto karena si dobe itu terlalu sibuk untuk memberitahu Sakura.
"Tidak! Sakura, kau gila?" ucap Sasuke dengan tatapan diarahkan pada gadis berambut merah muda itu. Sakura cemberut sambil menyilangkan tangannya.
"Tapi Sasuke-kun! Aku tidak bisa melakukannya!" Sakura merengek sambil mengibaskan tangannya ke udara.
"Dan apa yang membuatmu berpikir aku bisa melakukannya?"
"Karena kau bisa melakukan apa saja!" Sakura bersikeras.
"Sakura, aku menolak membantumu menggunakan tampon untuk pertama kalinya!" Sasuke berteriak pada Sakura, wajahnya mengerut memikirkan itu. Sedangkan Sakura mengerutkan kening ketika ia menatap Uchiha di depannya.
"Apa kau, Uchiha Sasuke yang perkasa yang mengalahkan Orochimaru sang sannin legendaris dan Uchiha Itachi anggota dari akatsuki yang kuat, baru saja memberitahuku bahwa kau tidak bisa hanya memasukkan sesuatu ke dalam lubang kecil!" Sakura memekik pemuda di depannya.
Tatapan Sasuke hanya semakin gelap ketika ia menatap gadis di depannya. Tentu ia mencintai Sakura sampai mati, tapi kadang-kadang gadis itu benar-benar menyebalkan!
"Apa kau, Haruno Sakura yang telah berlatih di bawah bimbingan Tsunade sang sannin legendaris dan merupakan salah satu medic-nin terbaik, baru saja memberitahuku bahwa kau tidak bisa hanya memasukkan sesuatu ke dalam lubang kecil tanpa bantuan dari Uchiha Sasuke yang perkasa?" balas Sasuke, menyeringai pada Sakura.
Sakura mendengus. "Aku takut! Ayo lakukan untukku!" mohonnya dengan cemberut.
"Jika kau takut, jangan lakukan itu!" balas Sasuke. Meskipun Sakura adalah kekasihnya selama dua tahun ini, ia tetap menolak untuk menerima perintah dari gadis itu.
"Pacar macam apa kau, Sasuke-kun?!" Sakura berteriak sambil menarik rambut merah mudanya.
"Pacar normal!" Sasuke balas berteriak seolah itu adalah hal yang paling jelas di dunia.
"Kau sepertinya tidak punya masalah jika memasukkan penismu padaku sepanjang waktu!"
"Penisku? Aku tidak mendengarmu mengeluh ketika kau menggeliat di bawahku dan meminta lebih!"
"Aku meminta lebih karena milikmu tidak cukup, Uchiha!" desis Sakura jengkel. Ia tidak menyadari apa yang baru saja ia katakan sampai ia melihat wajah Sasuke menggelap dengan cepat, tapi ia menolak untuk terlihat ketakutan. Ia telah menyenggol harga diri Sasuke dan kau tidak perlu melakukan itu kecuali kau ingin mati.
Beberapa saat hanya ada keheningan, mereka hanya saling memelototi.
"Aku tidak akan melakukannya, Sakura, dan ini keputusan final," ucap Sasuke kasar dengan suara rendah. Gadis di depannya hanya terus memelototinya.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Sakura dengan frustasi.
"Pakai saja pembalut biasa."
"Tapi kalau begitu aku akan berbau seperti ikan mati!" ucap Sakura.
Sasuke menggertakkan giginya. "Kalau begitu, masukkan saja tampon itu! Mungkin itu lebih memuaskan daripada penisku." balas Sasuke, ada sarkasme dalam suaranya.
Sakura terdiam sesaat, berpikir.
"Kau benar, tapi mungkin akan sakit! Aku belum pernah memasukkan sesuatu yang besar! Ini menakutkan!" Sakura cemberut, melihat kemarahan Sasuke tampak tumbuh. Sebagian dari dirinya menikmati bagaimana kemarahan pemuda itu meningkat, itu lucu. Mereka berdua tahu penis Sasuke jauh lebih besar daripada tampon, tapi permainan yang ia mainkan ini terlalu lucu untuk dihentikan.
"Apa yang membuatmu tetap ingin menggunakannya?" Sasuke menggeram, mengabaikan pernyataan Sakura.
Sakura mengangkat bahu. "Ino bilang ini lebih baik."
"Apa kau selalu mendengarkan apa yang dikatakan Ino?"
"Tidak selalu. Dulu ya. Tapi setelah dia memberitahuku bahwa mencabut bulu hidungmu saat kau tidur akan membuatmu berhenti mendengkur, aku memutuskan bahwa dia tidak secerdas yang kupikirkan karena yang terjadi hanyalah membuatmu bangun dan berteriak padaku. Kau masih mendengkur keesokan harinya." Sakura menghela napas sambil menggelengkan kepalanya.
Mata Sasuke berkedut mengingat hal itu. Tidak ada yang lebih buruk daripada seseorang memasukkan pinset ke hidungmu dan mencabut rambut-rambut kecil yang sensitif di dalamnya.
"Setelah semua yang kau lakukan, aku tidak tahu kenapa aku masih di sini." Sasuke menghela napas, semua amarahnya hilang untuk saat ini. Ia melangkah mendekati gadis depannya, menarik gadis itu ke dalam pelukannya.
Sakura terkikik, "Karena kau mencintaiku sama seperti aku mencintaimu." Ia berbisik sambil berjinjit, mencium dagu Sasuke.
Sasuke terkekeh kecil. "Kurasa begitu." ucapnya, dan Sakura tersenyum lebar padanya.
"Jadi... kau akan membantuku memasukkan tampon itu, karena kau mencintaiku, kan?" tanya Sakura pada Sasuke, menatap dengan mata memohon.
Sasuke menghela napas. Tidak peduli apapun yang terjadi, Sakura tidak akan berhenti jika tidak dituruti, ia tahu itu.
"Berbaringlah." ucap Sasuke dalam kekalahan.
"Yay!"
***
The End.
The End.