"Oow! Apa-apaan ini?!" tanya Naruto sambil menggosok rahangnya yang sekarang terasa nyeri.
Sakura, yang entah muncul dari mana, datang dengan tangan kanan mengepal. "Maaf, Naruto." ucap Sakura, memelototi Kakashi. "Sebenarnya aku ingin memukul Kakashi-sensei!"
Naruto hendak bertanya pada Sakura apa yang sedang terjadi tapi gadis itu sudah berjalan pergi dengan cepat. Naruto menatap Kakashi dengan pandangan bertanya. "Mau menjelaskan?!"
Nada suara Naruto terdengarkan sangat menuntut. Kakashi menghela napas sedikit. "Sebenarnya ada sebuah kecelakaan."
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Naruto.
Kakashi, sedikit tersipu di balik topengnya, menjawab. "Tidak sengaja melihatnya di sumber air panas."
Naruto, yang pernah merasakan berada di posisi Kakashi, merasa sedikit kasihan pada mantan sensei mereka itu. Sakura mungkin tidak akan berbicara dengan Kakashi selama berminggu-minggu. Itu yang gadis itu lakukan pada Naruto sebelumnya.
Naruto terkesiap dari pikirannya oleh tubuh Kakashi yang terlempar ke arahnya. "Apa lagi ini?!" teriak Naruto.
Mata biru Naruto bertemu dengan dua mata Sharingan yang tampak mengamuk saat ia membantu Kakashi berdiri kembali.
"Tanyakan saja padanya!" bentak Sasuke menunjuk pada Kakashi, lalu berbalik dan bergegas pergi.
"Kakashi-sensei?" tanya Naruto ketika ia melihat Sasuke sudah menghilang di sudut jalan.
"Tidak sengaja melihatnya di kamar mandi." ucap Kakashi.
Naruto menjauh dari mantan sensei-nya. "Itu bukan tidak sengaja, itu kebiasaan burukmu, sensei!"
Naruto kemudian meninggalkan Kakashi, berniat menemukan teman-temannya, ya, setidaknya Sakura, karena ia benar-benar tidak mau menghadapi Sasuke lagi sampai pemuda itu tenang.
Naruto menangkap sekilas warna merah muda yang menghilang di sisi jalan dan ia dengan cepat mengikuti, tapi berhenti mendadak pada apa yang ia lihat di depannya. Naruto dengan cepat menutupi chakranya dan mengeluarkan jutsu untuk membuat dirinya tidak terlihat.
"Ini semua salahmu!" bentak Sakura.
"Salahku?!" Sasuke balas membentak. "Bagaimana bisa ini salahku?!"
Sementara mereka berbicara, Sasuke telah menghimpit Sakura ke dinding gang tempat mereka berada. Naruto berjongkok, siap untuk bergegas membantu Sakura, tapi, Sakura tampak jauh dari kata marah. Bahkan, gadis itu malah tampak hampir senang dengan posisi mereka. Sakura bahkan menyeringai pada Sasuke saat ia menjawab.
"Jika kau mau belajar untuk menyimpannya tetap di celanamu, kita tidak akan berada dalam kekacauan ini."
Mata Naruto melebar dan rahangnya ternganga ketika sebuah kebenaran mulai menyadarinya. Kemudian respon Sasuke membuat gambar-gambar yang tidak diinginkan muncul di pikirannya yang sudah terlalu aktif.
"Bagaimana tepatnya aku bisa 'menyimpannya tetap di celanaku', ketika kau terus mencabutnya setiap ada kesempatan? Selain itu, aku mungkin sudah memulainya di sumber air panas, tapi, kau yang mengikutiku pulang!"
Sakura bermain dengan kancing di baju Sasuke sekarang, senyum malu-malu melekat di wajahnya dan ada sedikit kikikan di suaranya. "Apa kau melihat wajah Kakashi-sensei ketika dia menyadari apa yang kita lakukan?"
Sasuke terkekeh sedikit. Naruto terkejut melihat betapa dalam dan kuatnya suara sahabatnya itu terdengar.
"Untung saja dia tidak ikut bermain bersama kita." Sasuke menyeringai.
Wajah Sakura berubah menjadi merah padam. Sasuke menundukkan kepalanya dan menyentuh leher Sakura. Apapun yang dibisikkan Sasuke pada Sakura hanya membuat wajah gadis itu semakin memerah. Tangan Sakura mencengkeram baju Sasuke dengan lebih erat, menariknya lebih dekat ketika Sasuke memanjakan leher, bahu, dan tulang selangkanya dengan ciuman lembut dan seringan bulu.
"...atau di pantai." ucap Sasuke dengan nada berbisik.
Sasuke menarik diri kembali, tapi onyx-nya tetap terkunci dengan emerald Sakura. Seringai muncul di wajah Sasuke yang sedikit memerah dan ia memajukan lagi wajahnya ke arah Sakura sampai hanya helai rambut mereka yang terpisah. Tangan Sakura mencengkeram bagian belakang leher Sasuke.
"Menggoda." Sakura berbisik, suaranya parau karena gairah, kemudian ia menutup celah dan menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang berapi-api.
Reaksi Sasuke sangat instan.
Sasuke segera menekankan tubuhnya pada tubuh Sakura, memeluk Sakura erat-erat saat ia memperdalam ciuman itu. Tangannya bergerak cepat membuka kancing pakaian Sakura, tanpa benar-benar menelanjangi Sakura di gang sempit itu.
Naruto mencoba beberapa kali untuk memalingkan muka, tapi ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari adegan panas di depannya. Ia merasakan panas mulai menguar di pipinya dan selangkangannya, ketika ia melihat Sasuke dan Sakura bergerak menggoda secara sederhana.
Bagi siapa pun yang lewat, itu hanya akan terlihat seperti percakapan pribadi. Namun Naruto, ia tahu itu berbeda.
Kepala Sasuke yang tertunduk menempel ke payudara kiri Sakura sementara tangan kirinya membelai puting kanan Sakura yang mengeras. Sakura menggigit bibir bawahnya agar tidak mengerang. Setelah beberapa saat, Sasuke beralih, memberikan setiap payudara Sakura perhatian yang sama. Sementara itu, tangan Sakura terkubur di balik pakaian Sasuke, hanya satu tangan sebetulnya.
Naruto membungkan mulutnya dengan tangannya untuk menahan napas ketika ia melihat celana Sasuke tiba-tiba sedikit turun, meskipun Sasuke masih sibuk dengan payudara Sakura.
Saat itulah Naruto menyadari celana pendek Sakura juga telah turun hingga selutut gadis itu.
Sakura dan Sasuke hampir tidak bergerak. Sakura tampak berjengit sedikit dan yang dilakukan Sasuke hanyalah seperti bergeser, sedikit ke depan, sedikit maju. Naruto memastikan ia tidak sedang berada di bawah ilusi apapun. Sasuke dan Sakura jelas-jelas sudah terlatih untuk menyembunyikan apa yang sebenarnya mereka lakukan.
Tarikan napas Sakura yang tiba-tiba tajam dan memburu, adalah satu-satunya petunjuk untuk Naruto tentang apa yang terjadi.
Tangan kiri Sasuke mencengkeram paha kanan Sakura yang sedikit terangkat saat pemuda itu mulai bergerak di dalam diri Sakura. Tangan kiri Sakura terlihat mencengkeram punggung Sasuke di balik pakaian pemuda itu. Tangan kanan Sakura muncul kembali entah dari mana, Naruto tidak ingin tahu, dan mencengkeram leher Sasuke, menarik pemuda itu kedalam ciuman panas lagi.
Naruto mulai merasa pening dan akhirnya berhasil memalingkan muka. Bukan berarti itu menghentikan apa yang sedang terjadi karena erangan dan rintihan pelan masih mencapai telinganya yang tersiksa.
"Sasu… Sasuke-kun!" Sakura mengerang.
"Saku..." Sasuke meggeram pada saat yang sama.
Kepala Naruto tersentak kembali ke adegan yang begitu cepat itu, ia hampir ingin menampar dirinya sendiri.
Sasuke sedikit merosot di atas tubuh Sakura yang goyah. Sakura terkikik ketika tangannya yang gemetaran berusaha memperbaiki pakaian Sasuke. "Kurasa kita bisa memasukkan 'gang sempit' ke daftar kita."
Sasuke terkekeh sambil memberikan ciuman lembut di kening Sakura yang berkeringat. "Tidak bisakah kau lupakan daftar sialan itu?"
Sakura cemberut dan mengecup Sasuke. "Tapi aku menyukai itu."
Sasuke menyeringai. "Aku mencintaimu."
Naruto menahan napas, menunggu ekspresi terkejut dari Sakura ketika gadis itu menyadari apa yang dikatakan Sasuke. Tapi sebaliknya...
"Aku tidak pernah bosan mendengar itu!" ucap Sakura sambil mencium lembut pipi Sasuke.
Mereka perlahan-lahan menjauh satu sama lain dan, seolah-olah menggunakan sihir, pakaian mereka kembali rapi ke kondisi semula. Naruto kemudian dikejutkan dengan rasa kecemburuan. Dua temannya yang paling dekat, rekan satu timnya, memiliki hubungan rahasia, dengan momen duniawi yang lebih panas daripada yang bisa ia pikirkan. Dan mereka bisa bertingkah seolah-olah tidak terjadi apa-apa setelahnya. Sial, du rekannya bisa membuat hal panas seperti ini tampak tidak lebih dari sekedar percakapan pribadi.
Sasuke berbalik dan bersandar ke dinding di sebelah Sakura, dan gadis itu meringkuk padanya. Sasuke memeluk Sakura dan menariknya lebih dekat, tangan Sakura naik dan beristirahat di dada Sasuke. Sakura menatap mata Sasuke, ekspresi kebahagiaan murni terlihat di kedua wajah mereka.
Sakura tiba-tiba terkikik dan berusaha menjauh dari Sasuke tapi pelukan pemuda itu semakin erat, menolak untuk melepaskan Sakura. Naruto menegang, berpikir Sasuke akan menyakiti Sakura, tapi ia menunggu beberapa saat, sejauh dari pengetahuan barunya tentang dua rekannya itu, Sasuke tidak akan dengan sengaja menyakiti Sakura.
"Hentikan... hahaha... Sasu!"
Sasuke menggerakkan tangannya menjauh dari sisi Sakura dan melingkarkan keduanya di pinggang gadis itu, menarik Sakura lebih dekat dan menenggelamkan wajahnya ke sisi leher Sakura. Sakura mengerang pelan dan tangannya mencengkeram pakaian Sasuke.
"Tempat tidurku." ucap Sakura.
"Sofa ruang tamuku." balas Sasuke.
"Meja dapurku." ucap Sakura.
"Dan meja dapurku juga." Sasuke menyeringai.
"Kolam renangmu." Sakura memerah.
"Pintu depan rumahmu." Sasuke menyeringai bangga.
"Di sudut lapangan Konoha." Sakura terkikik.
"Kamar mandi Ino." Sasuke menyeringai.
Wajah Sakura merah padam saat Sasuke terus melanjutkan. Naruto merasakan wajahnya sendiri juga semakin merah ketika ia mendengar berapa kali teman-temannya itu 'bermain bersama'.
"Tempat latihan, kamar di rumah sakit, pohon kedua puluh lima dari gerbang desa, lorong rumah Tenten..."
Sakura terkikik dan dengan main-main memukul dada Sasuke. "Yang itu salahmu."
Sasuke menyeringai dan mengangguk. "Tapi kau juga tidak protes pada saat itu."
Sakura mengusap dada Sasuke dengan ujung jarinya, membuat pola acak di sana. "Kau beruntung karena saat itu pestanya sangat keras."
Sasuke menyeringai lagi. "Kau sendiri tidak bisa benar-benar diam."
"Di sumber air panas juga menyenangkan." Sakura tersenyum malu-malu. "Dan di kamar mandimu."
"Sampai Kakashi-sensei memergoki kita." tambah Sasuke.
"Aku tak sengaja memukul Naruto karena itu." Sakura menghela napas. Sasuke mengangkat alis saat ia menatap Sakura. Gadis itu tersenyum lemah. "Aku akan memukul Kakashi-sensei tapi meleset."
"Jangan khawatirkan tentang itu." ucap Sasuke, memeluk Sakura sedikit lebih erat dan menarik gadis itu lebih dekat sekali lagi. "Kita harus pergi dari sini." ucap Sasuke setelah beberapa saat, sambil mencium kening Sakura sekali lagi.
Sakura mengerutkan kening dan cemberut sedikit sebelum mengangguk perlahan tapi kemudian ia berhenti. "Kau tahu, Sasuke-kun," ucapnya memulai. "Naruto pasti tidak akan pernah memaafkan kita jika dia tahu."
Naruto mengerutkan kening. Ia tidak bisa mengerti mengapa Sakura berpikir seperti itu. Setelah ia bisa mengatasi rasa keterkejutannya, ia benar-benar senang bahwa dua temannya telah menemukan cinta mereka. Sakura bahagia dengan pemuda yang dicintainya sejak kecil.
Ia juga sangat senang bahwa Sasuke akhirnya membuang seluruh topeng manusia esnya, bahkan jika itu hanya dengan satu orang. Ia sangat senang bahwa ada seseorang, bahkan jika itu bukan dirinya, akhirnya berhasil membawa Sasuke dan membantu sahabatnya itu untuk kembali menjadi manusia 'normal'.
Dan yang terpenting diatas semua itu, mereka telah melalui banyak hal bersama, sebagai sebuah tim. Mereka telah melakukan hal-hal yang menyebabkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, saling menyakiti atau membuat kesal dan kini semuanya telah termaafkan dan terlupakan.
Naruto tidak tahu mengapa Sakura berpikir seperti itu.
Sementara Naruto tenggelam dalam pikirannya, Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura lagi dan berjalan mundur ke arah dinding di seberang gang. Mulutnya terkunci dengan mulut Sakura dan lidahnya mengamuk di dalam mulut gadis itu.
Erangan Sakura dan teriakan nama Sasuke yang tiba-tiba, membawa Naruto kembali ke kenyataan. Sekali lagi, ia dibuat terkejut. Sementara ia terjebak dalam pikirannya sendiri, dua temannya telah melakukan hal yang sulit dipercaya.
Kurang dari dua puluh menit setelah mereka melakukan hubungan seks, mereka kini melakukannya lagi!
Mereka tampak terburu-buru kali ini. Naruto mengerti bahwa mereka mungkin mengambil resiko lebih besar dari biasanya, berhubungan seks, dua kali, di tempat yang sama. Itu adalah hal rentan untuk tertangkap basah.
Pikiran Naruto masih berusaha mencari tahu apa maksud dari komentar Sakura sebelumnya, ketika ia melihat dua temannya mulai berjalan menuju ujung gang, menikmati satu pelukan terakhir sebelum kembali ke peran mereka saat di depan 'publik'.
"Tenang, Sakura." Sasuke terkekeh. "Aku yakin Naruto-dobe sudah mengganti seprai kamarnya sekarang."
***
The End.