"Terapi pornografi?"
Sakura mengangguk dengan cepat dan memasang ekspresi 'Aku lebih pintar dari kalian karena aku seorang dokter, meskipun kalian tidak akan mengerti apa pun yang kukatakan, kalian masih harus mendengarkanku!' semacam itu.
"Kalian tahu, kuperhatikan bahwa setiap kali Kakashi-sensei berada di rumah sakit dengan cedera serius dan kami mencoba memberinya obat penghilang rasa sakit, dia selalu mendapat semacam reaksi yang menyebabkan dia mengalami koma singkat." ucap Sakura.
Kakashi berkedip, "Aku tidak ingat pernah koma..."
Sakura mengangguk, "Ya, Kakashi-sensei, karena kau sedang koma." Ia tersenyum dengan cara yang biasa dilakukan dokter. "Aku baru saja membohongimu tentang kencan setelah kau siuman."
Kakashi mengerutkan kening pada Sakura dan menatap pangkuannya. "Oh..."
Sakura menyerahkan dua buku pada Naruto dan Sasuke. "Karena Kakashi-sensei adalah salah satu shinobi penting kita, sangat perlu untuk segera menyembuhkan luka-lukanya dengan cepat tanpa masalah dalam proses pemulihan. Tsunade-sama telah memutuskan bahwa kalian berdua akan membantu menguji eksperimenku tentang terapi pornografi pada Kakashi-sensei."
Naruto menggelengkan kepalanya dengan liar, memandang Sakura tak percaya. "Apa kau menyuruhku dan Sasuke-teme membacakan cerita mesum untuk Kakashi-sensei agar dia merasa rileks?!"
Sakura mengangguk.
"Kau pasti bercanda, Sakura-chan!"
***
Sasuke berkedut ketika giliran Naruto membaca bukunya tanpa nada dalam suaranya dan berhenti di tengah-tengah kalimat karena si pirang itu tampak agak bingung.
"Dia mengerang nyaring ketika pria itu menggoda—" Naruto cemberut. "Oi, Sasuke-teme, Kakashi-sensei, apa itu klitor—"
Sasuke melempar bukunya ke Naruto dan kemudian membakar kedua buku mesum itu, tanpa sengaja mengenai tangan Naruto dalam prosesnya.
Mata Kakashi melebar ketika ia melihat buku mesum yang begitu berharga itu menjadi tidak ada artinya. "Sasuke, tidak!"
Ketiga lelaki itu menyaksikan abu dari kedua buku jatuh ke lantai.
Tepat saat itu Sakura masuk ke dalam ruangan, memutuskan untuk memeriksa eksperimennya.
"Hai, aku membawa makan siang!" Sakura berseru dengan gembira.
Ia memegang empat cup ramen di satu tangan, dengan hati-hati menyeimbangkan beratnya, tapi ia masih tampak mudah memegang makanan panas itu dengan kekuatan supernya. Tangannya yang lain memegang clipboard yang kemungkinan besar akan diisi catatan tentang kemajuan terapi pornografi Kakashi. Ia berkedip ketika ia melihat Sasuke dan Naruto hanya duduk di kursi mereka. Sasuke tampak sedikit puas dan Naruto mengeluh tangannya sakit, sementara Kakashi tampak cemas.
"Kemana buku terapi untuk Kakashi-sensei?"
"Sasuke membakarnya!" Kakashi memberitahu, terdengar agak gelisah.
Sakura hampir menjatuhkan ramen, tapi saat itulah Naruto memutuskan untuk melakukan penyelamatan ramen dan menangkap makanan berharga itu sebelum jatuh.
Sakura menginjak kaki Sasuke dan memukul pemuda itu dengan clipboard. "Apa yang salah denganmu, Sasuke-kun?!"
"Hn."
"Aku susah payah membeli buku itu, kau tahu!" Sakura memekik. Ia mulai berjalan mondar-mandir. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?! Aku tidak bisa memberi Kakashi-sensei morfin lagi atau obat-obatan semacam itu atau itu mungkin bisa membunuhnya. Dan aku menolak untuk kembali ke sana dan membeli lagi buku seperti itu. Kau tidak akan percaya bagaimana pandangan yang diberikan penjaga buku mesum itu padaku."
Sakura meraih kerah baju Sasuke dengan kasar.
"Kau idiot! Sial, Sasuke-kun, apa yang akan kita lakukan sekarang?!"
"Aku tidak peduli."
Kakashi merasa harus turun tangan dalam pertengkaran mereka, "Kalian bisa bercerita padaku."
Sakura berkedip.
Sasuke merengut.
Naruto telah menghabiskan semua ramen.
"M-Maksudmu seperti... mengarang cerita kita sendiri?" Sakura mengonfirmasi dengan lambat, wajahnya mulai merona hampir seperti warna rambutnya.
Kakashi mengangguk dengan senyum lebar di wajahnya.
Sakura menelan ludah dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini adalah eksperimennya! Ia bergerak untuk duduk di kursi yang tadi diduduki Naruto, melangkah sedikit lebar menghindari sepatunya menginjak abu dari buku yang dibakar Sasuke. Sakura menghela napas kecil. "O-Oke."
Kakashi bertepuk tangan. "Bagus, siapa yang akan bercerita lebih dulu?"
Itu pertanyaan yang bagus.
"Sasuke-kun."
"Sasuke-teme."
"Pergi saja kalian ke neraka."
Ketiganya menatap Sasuke menyipit, serentak meneriakinya. "KAU YANG MEMBAKAR BUKU ITU!"
Ya mereka benar...
Sasuke menghela napas setelah menggumamkan serangkaian umpatan.
"Baik." Sasuke menyilangkan tangan di dadanya dan menutup matanya dengan serius. "Ya, jadi ada gadis-gadis..."
"Uh huh..." desak Kakashi, seringai perlahan terbentuk di pipinya. "Seperti apa mereka?"
"Seperti gadis-gadis."
Sakura menarik rambutnya dengan kesal. "Sasuke-kun, kau payah dalam hal ini!" Ia berdeham. "Biar aku yang bercerita lebih dulu."
Ketiga lelaki di ruangan itu tiba-tiba merasa tak nyaman dengan senyum mencurigakan yang mereka lihat di bibir Sakura.
"Suatu ketika ada seorang gadis muda yang tinggal sendirian di hutan. Dia memiliki rambut pirang panjang yang sering dikuncir ekor kuda dan mempunyai mata biru yang mempesona."
Untuk sesaat, ketiga lelaki di ruangan itu mengira Sakura sedang mendeskripsikan sosok Ino.
Tapi tidak.
"Dia memiliki tubuh montok dengan pinggul berbentuk seperti buah pir dan payudara yang penuh dan kencang. Nama gadis ini adalah Naruto... Naruko... ya, Naruko—"
"TIDAK!" Naruto menunjuk ke arah Sakura dengan menuduh. "Kau tidak bisa menjadikanku karakter utama ceritamu, Sakura-chan!" Ia menggelengkan kepalanya dengan keras. "Itu kesalahan!"
Sakura mengabaikan Naruto. "Suatu hari, dia pergi ke mata air panas yang tidak jauh dari pondoknya untuk mandi air hangat yang menyenangkan. Perlahan-lahan, dia menjatuhkan handuk putih yang meliliti tubuhnya yang lezat dan melangkah ke mata air hangat yang beruap. Ia mulai masuk ke dalam air dari pergelangan kakinya yang halus, ke pahanya yang lembut, ke kewanitaannya, ke puncak payudaranya yang besar, sampai akhirnya, berakhir tepat di bawah pundaknya."
"Aku suka alurnya," komentar Kakashi, mengangguk setuju.
"Pada hari yang sama, seorang shinobi yang tampak lelah mendekati mata air panas itu. Dia sangat tampan dengan mata onyx yang gelap dan misterius. Dia memiliki wajah pucat yang dibingkai oleh rambut hitam, tubuhnya berotot dan indah."
Mata Sasuke membelalak.
"Namanya Sasuke—"
"Tidak."
"Baik, namanya Itachi."
Hm, cerita di mana Itachi dipermalukan.
Sasuke tidak bisa mengeluh.
"Itachi mendekati mata air panas tempat Naruko mandi, terlalu lelah akibat perjalanan misinya yang penuh tekanan hingga tidak memperhatikan ada seorang gadis yang mandi di sana."
Naruto menutupi telinganya dan menggelengkan kepalanya dengan keras. "La, la, la! Aku tidak mendengarmu!"
Kakashi hanya diam mendengarkan.
Sakura tidak bisa menahan seringainya ketika ia melihat Naruto menahan air mata dan Sasuke yang tampak siap untuk mengeluarkan jutsunya. "Shinobi seksi itu, Itachi, akhirnya menyadari ada seorang gadis di mata air panas itu ketika ia berada di tepian. Dalam waktu singkat, mata biru bertemu dengan mata onyx dan keduanya terpikat satu sama lain—"
"Oke, giliranku sekarang!" sela Naruto berteriak. "Sakura-chan, giliranmu sudah berakhir!"
Kakashi mengerutkan kening pada Naruto, mengalihkan pandangannya dari satu-satunya perempuan di ruangan itu. "Tapi Itachi dan Naruko bahkan belum berhubungan seks—"
Naruto berdeham keras dan melemparkan sesuatu ke Sasuke untuk mengalihkan perhatian pemuda itu dari segel tangan yang dibuatnya.
"Aku akan bercerita tentang... Sakura-chan—"
Wajah Sakura pucat.
"Dan... Sasuke-teme."
Sakura dan Sasuke saling melirik dan segera memalingkan muka, wajah mereka merona.
Naruto menyeringai. "Jadi, sudah waktunya pemeriksaan untuk Sasuke-teme, dan Tsunade-baachan menugaskan Dokter Haruno untuk merawatnya. Dokter Haruno dikenal sebagai dokter yang sangat nakal dan suka memberi pasiennya sesuatu, dan tidak, itu bukan lolipop."
Oh betapa senangnya Naruto karena shinobi tidak diizinkan membunuh teman-teman mereka.
"Dokter Haruno memerintahkan Sasuke-teme untuk melepas bajunya dan dia melakukannya, sangat bersemangat."
"Ceritamu payah," gumam Sakura.
Naruto menyeringai. "Tidak payah, sejak kau akan menjadi pria di dalam ceritaku ini. Karena kita semua tahu Teme pengecut."
Sasuke melemparkan vas pada Naruto.
"Kemudian, mereka telanjang—"
Kakashi mengerutkan kening. "Naruto, Jiraiya-sama bilang kau pandai menulis cerita porno. Kenapa ini alurnya terburu-buru?"
Naruto mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Baik, tidak masalah..." Ia menghela napas, mengingat ini semua untuk kesehatan Kakashi. "Oke, baiklah, aku akan mencoba membuatnya terdengar lebih baik. Jadi, Sakura-chan mendorong Sasuke-teme dengan kasar ke tempat tidur pemeriksaan. Dia mengeluarkan sepasang borgol dari bawah kasur dan menggunakannya untuk mengikat Teme. 'D-Darimana borgol itu berasal?' ucap Teme tergagap, terdengar agak ketakutan—"
"Tunggu sebentar." Sasuke terdengar sedikit kesal. "Kenapa aku seperti seorang gadis?"
"Karena aku menjadi seorang gadis di cerita sebelumnya!" balas Naruto mendesis. "Jadi Sakura-chan menggerakkan tangannya dengan lembut ke dada Teme, perlahan dan menggoda sampai akhirnya tangannya mencapai bagian dimana membuat napas Teme terengah-engah—"
"Waktumu habis Naruto!" Sakura menjerit, berdiri dari kursinya. "Kembali ke ceritaku."
"Tidak! Tidak ada yang peduli tentang Naruko dan Itachi!"
"Siapa juga yang ingin mendengar tentang Sakura dan Sasuke!"
Kakashi berdeham keras untuk mendapatkan perhatian mereka. "Sebenarnya, aku ingin mendengar cerita..."
"TIDAK!" Sakura dan Naruto berteriak bersama.
"Aku punya saran," Kakashi mengumumkan. "Kenapa tidak Sasuke saja yang bercerita?"
Sakura mempertimbangkan hal ini, demikian juga Naruto. "Ya, Sasuke-kun yang membakar buku itu..."
"Dan dia masih belum mendapat giliran bercerita!"
"Persetan kalian semua."
Sakura memelototi Sasuke, "Sasuke-kun, ayo cerita!"
"Diamlah, kau menyebalkan."
"Sasuke, lanjutkan cerita Naruto," perintah Kakashi. Ia menatap pemuda berambut hitam itu dengan tegas. "Lakukan, atau aku akan memberitahu Tsunade bahwa kau gagal dalam misimu untuk membantuku sembuh karena kau menolak menceritakan cerita porno, yang perlahan membunuhku. Sudah cukup buruk kau membakar buku-buku itu tadi."
"Tidak."
"Sasuke-teme!"
"Tidak."
"Sasuke-kun!"
"Tidak."
"SASUKE!" Mereka semua berteriak.
Yang membuat telinga Sasuke sakit.
"Baik," bentak Sasuke. "Sampai di mana cerita Naruto?" tanyanya dengan getir.
"Sakura-chan menyentuhmu di mana tidak pernah ada wanita yang menyentuhmu sebelumnya karena kau masih perjaka."
Sasuke tampak menahan kekesalannya. "Baik. Jadi, Sasuke membebaskan diri dari kurungan Sakura secara diam-diam saat Sakura sibuk bersenang-senang dengan tubuh Sasuke." Rasanya agak aneh bercerita tentang dirinya yang berhubungan seks dengan Sakura pada orang lain. "Dengan cepat, dia membalik posisi mereka sehingga Sakura berada di bawahnya dan kemudian dengan cepat memborgol—"
"Hei, kenapa aku menjadi seorang gadis sekarang?!" Sakura merengek.
Ketiga lelaki di ruangan itu menatap Sakura dengan datar.
"Kau memang seorang gadis…"
Sakura mencibir. "Apa di antara kalian tidak pernah mendengar tentang dominatrix?"
Sasuke mengabaikan komentar Sakura. "Sakura tersentak kaget ketika dia mendapati dirinya terborgol dan menelan ludah dengan gugup. Sasuke menyeringai pada Sakura, menikmati pemandangan Sakura yang tak berdaya. Sasuke mendekatkan wajahnya ke wajah Sakura untuk mempertemukan bibir mereka dalam ciuman panas."
Sungguh mengherankan bagaimana cerita masih berjalan dengan baik meskipun faktanya Sasuke berbicara secara monoton.
"Sasuke menggigit bibir bawah Sakura untuk bisa masuk ke mulut Sakura. Saat mereka terus berciuman, tangan Sasuke meraba-raba tubuh Sakura—"
Wajah Sakura kini merona melebihi warna rambutnya.
Sasuke memutar matanya pada Sakura. "—Menyambar payudara Sakura dengan lembut tapi tegas. Ketika Sakura membuka mulutnya untuk mengerang, Sasuke mengambil kesempatan untuk memasukkan lidahnya. Lidah mereka bertarung dalam pertarungan yang keras dan nikmat tapi tentu saja, Sasuke menang."
"Cih, jangan sombong, Teme!"
"Sasuke merobek pakaian Sakura dengan kasar, menyebabkan kancing-kancingnya tercecer di sekitar ruangan. Sakura merengut pada Sasuke, menggumamkan 'Ini seragamku, Sasuke-kun', yang dibalas Sasuke dengan seringai dan berkata 'Aku tidak peduli'."
Sasuke menghela napas, bosan.
"Bibir Sasuke bergerak melintasi kulit Sakura yang merona..."
Sementara itu, Jiraiya dan Tsunade berdiri di luar ruangan, menguping kisah yang diceritakan Tim Tujuh. Penulis seri novel Icha Icha itu saat ini sedang mencari seseorang untuk dipilih sebagai penggantinya dalam bisnis penulisan cerita mesum.
Ia membutuhkan seseorang yang sempurna sehingga Tsunade merekomendasikan kelompok nakal ini.
Pria berambut putih itu menghela napas pada Tsunade. "Jelas, Naruto tidak cocok karena dia terlalu terburu-buru."
"Benar."
"Dan gadis yang memiliki rambut aneh—"
"Dia punya nama, bodoh!"
"—Ya, dia benar-benar bagus tapi kurasa dia tidak akan tertarik."
"Kau benar."
Jiraiya mengangguk dengan bijak. "Tapi Uchiha itu..." Ia menghela napas, terdengar agak terkejut. "Dia memiliki bakat nyata di sana. Bayangkan apa yang dia bisa deskripsikan saat cerita sampai dimana dia mulai berhubungan seks dengan si rambut aneh."
Tsunade mengangkat bahu, tersipu ketika cerita terus berlanjut (dimana sampai pada bagian seks dimulai).
Keduanya menempelkan telinga ke pintu dan terus mendengarkan.
Dasar mesum.
***
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)