
"Aku tidak percaya kita
mengadakan pesta malam ini untuk merayakan Shion yang berhasil masuk ke dalam
tim cheerleaders," ucap Ino, duduk di tempat tidur Sakura dan
menyilangkan lengannya dengan frustrasi, "Ini tidak adil."
Sakura duduk di sisi Ino, mengusap-usap
lengan sahabatnya itu, "Kau tahu aku sebenarnya tidak senang mengadakan
pesta dengan dia, tapi semua gadis yang berhasil masuk tim berhak mendapatkan
pesta."
Ino cemberut, "Aku yang
seharusnya masuk ke timmu. Aku temanmu!"
Hinata memutar matanya dan berhenti
berkutat dengan ponselnya, "Aku ada di sana Ino-chan, kau tidak
bisa menari, aku mengakuinya."
Ino berdiri, "Aku bisa,"
Ia menari sedikit, "Lihat itu?"
Sakura tertawa, "Maksud Hinata-chan
kau tidak bisa melakukan gerakan cheerleaders."
Ino berbaring, "Ini tidak adil
sama sekali."
Sakura tersenyum, "Maaf Pig,
tapi jika kau mau, kami bisa memberikan penghargaan untukmu juga di
pesta."
Mata Ino berkedip,
"Sungguh?"
Sakura mengangkat bahu, "Tentu
saja."
Naruto berlari ke dalam kamar Sakura
dan duduk di sebelah Hinata, hampir terengah-engah, "Aku sudah berbicara
dengan teman dari temanku," Ia mengangkat alisnya, "Dan dia bilang
minuman sudah dalam perjalanan!"
Ketiga gadis itu menjerit dan
bertepuk tangan, "Ini yang kusukai dari pacar imutku," puji Hinata
dan Naruto tersenyum lebar, bangga.
"Aku melakukan semuanya
untukmu, tuan putri." ucap Naruto membuat Hinata tersipu.
Sakura dan Ino memutar mata mereka,
"Cari kamar sana!"
Sasuke berdiri di ambang pintu kamar
Sakura, tampak canggung, "Um, Dobe, bisa aku bicara denganmu
sebentar?"
"Kau bergabung ke pesta malam
ini, kan?" tanya Ino pada Sasuke, "Aku memberitahu Sai bahwa kau akan
ada di pesta."
Sasuke tertawa dan mengangkat bahu.
"Seperti aku punya tempat lain untuk pergi." Ia tersenyum kecil,
"Aku tinggal di sini, Ino."
Ino menyeringai dan Naruto memutar
matanya. "Baiklah," Naruto mengecup bibir Hinata dan berdiri,
"Ayo kita pergi, Teme."
Sasuke mengucapkan sampai jumpa pada
para gadis dan berjalan ke kamarnya sendiri. Sasuke menunggu sampai Naruto
melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. "Aku membutuhkan
bantuanmu." ucap Sasuke sesaat setelah Naruto masuk ke kamarnya.
Naruto menggelengkan kepalanya,
"Ti-dak, selalu saja 'Aku butuh bantuanmu' dan kemudian ketika semuanya
berubah menjadi berantakan itu selalu salah Uzumaki Naruto."
"Dobe, santai, ini tidak
akan berantakan," Sasuke memulai, "Setidaknya jika kau membantuku,
ini tidak akan berantakan."
Naruto terus menggelengkan
kepalanya, "Tidak, Teme, jangan mengandalkan aku."
"Dobe, ayolah,"
Sasuke memohon, "Kita bersahabat, kan!"
Naruto menghela napas dan memutar
matanya, "Cepat katakan padaku sebelum aku berubah pikiran."
Sasuke menyeringai, "Kau yang
terbaik, Dobe."
"Ya, ya," ucap Naruto
dengan sarkatis, "Kau ingin aku melakukan apa?"
***
Rumah Sasuke dan Sakura penuh sesak
karena setiap siswa di Konoha High yang mendengar pesta akan diadakan di rumah
mereka pasti datang. Begitu besar pengaruh mereka karena menjadi populer di
sekolah!
Awalnya Sakura khawatir untuk
mengadakan pesta di sana, tapi karena orang tuanya baru akan pulang dua hari
setelahnya, ia akan punya banyak waktu untuk membereskan semuanya lagi. Dan
Naruto, pemuda itu tidak main-main ketika mengatakan bahwa ia memesan minuman,
berjanji akan ada banyak jenis minuman di pesta itu.
Sakura naik ke sofa dan meminta
perhatian semua orang sejenak, "Jadi, teman-teman," Sakura memulai,
"Boleh aku minta perhatian kalian satu atau dua menit?"
"Kau sangat seksi,
Sakura," seseorang berteriak. "Ya!" Sakura mendengar suara lain
setuju dengan suara pemuda pertama.
Sakura tertawa, "Terima kasih.
Tapi, mari kita langsung ke intinya. Seperti yang kalian sudah dengar bahwa
pesta ini adalah untuk memperkenalkan pada kalian semua anggota cheerleaders
baru kami. Tapi sebelum itu, aku ingin gadis-gadisku berkumpul di sini
untuk mengumumkan aturan menjadi cheerleaders!"
Anggota tim bergegas ke arah Sakura,
tapi tidak memanjat di sofa, mereka berdiri di lantai di depan Sakura.
"Apa aturannya,
gadis-gadis?" ucap Sakura dan gadis-gadis mulai menari dan bernyanyi pada
saat yang sama.
"Selalu tersenyum, paham
lompatanmu, percaya diri dan menjadi panutan!"
Orang-orang bersorak, "Luar
biasa."
Sakura terkikik dan mulai
memperkenalkan Shion, "Berikan tepuk tangan untuk..." Ia berhenti
sejenak dan memandang Shion yang tersenyum lebar padanya, "...temanku
Miroku Shion, anggota cheerleaders baru di Konoha High School."
Semua orang berteriak keras dan
bertepuk tangan saat Shion melambaikan tangan seperti seorang putri dari
Disneyland pada siswa-siswa yang hadir. Sakura memutar matanya dan tertawa.
"Selamat menikmati, pesta ini
milikmu." ucap Sakura. Ia melompat dari sofa dan bergabung dengan
teman-temannya di meja. Shion berlari ke arah Sakura dan memeluk Sakura
erat-erat, membuat minuman terlepas dari tangan Sakura dan jatuh ke lantai,
"Wow, tenang, Shion," ucap Sakura, "Ada apa?"
Mata Shion berkaca-kaca,
"Terima kasih banyak telah mengijinkanku menjadi temanmu dan berada di
timmu."
Sakura mengangkat bahu. "Tidak
masalah, kau pantas mendapatkan posisi itu," Ia tersenyum,
"Bersenang-senanglah, ini pestamu, kan?"
Shion mencium pipi Sakura dan
menghilang ke tengah kerumunan. Hinata menggelengkan kepalanya dan memberi
Sakura minuman lagi, "Oke, siapa lagi yang menganggap pemandangan barusan
cukup aneh?"
Naruto, Sai, dan Ino mengangkat
tangan, tapi Sasuke hanya memberi Sakura senyum kecil. Setelah itu mereka mulai
minum dan berbicara tentang hal-hal konyol yang akan membuat mereka semua
tertawa sampai mereka meneteskan air mata. Ino hampir tercekik ketika ia
melihat kembarannya, Deidara, bermesraan dengan Shion di atas meja ruang tamu.
"Apa?! Itu pengkhianatan!"
Ino berseru dan akan menghampiri Deidara, tapi Sai menariknya.
"Tenanglah, Ino, biarkan
Deidara bersenang-senang, lagipula Shion sangat imut."
Mata Ino melebar dan mulutnya
menganga, "Apa yang baru saja kau katakan?"
"Tidak ada," gumam Sai dan
melangkah mundur untuk menyesap minumannya dan berpura-pura tidak ada yang
terjadi.
"Oh, kau benar-benar kacau,
Sai," Naruto tertawa dan Hinata menampar bagian belakang kepalanya,
"Aduh, kenapa lagi, Hinata-chan?" tanyanya merengut, memijat
bagian di mana Hinata menamparnya.
Hinata memperingatkan, "Jangan
ikut campur urusan orang lain."
Naruto mengangguk-angguk, "Ya
ya, Hinata-chan."
Sakura menertawakan teman-temannya
dan menyesap minumannya lagi. Sasuke berdiri di belakang gadis itu dan
berbisik, "Tidakkah menurutmu kau sudah terlalu banyak minum?"
tanyanya dengan pelan, "Kau tidak terbiasa minum."
Sakura bergidik, tapi tidak berbalik
untuk menatap Sasuke, "Tidak, tapi terima kasih sudah mencemaskanku."
Sakura meraih tangan Ino dan Hinata,
menarik mereka ke halaman belakang tempat beberapa orang mengobrol di tepi
kolam renang. Ino membawa sebotol tequila dan ketiga gadis itu mulai tertawa
seperti sekelompok anak-anak.
"Ayo kita habiskan
semuanya," bisik Ino pada dua sahabatnya seperti sebuah rahasia.
Hinata mengangguk, "Kita perlu
caballito."
Sakura bingung, "Apa?"
Ino tertawa dan Hinata memutar matanya,
"Begitulah mereka menyebut gelas tequila di Meksiko."
"Oh," Sakura mengangguk,
"Oke, apa kau punya caballito?"
"Tidak, tidak di sini,"
ucap Hinata dan kemudian berdiri, "Tapi kurasa teman Naruto membawa
beberapa."
Lima menit kemudian Hinata kembali
dengan tiga caballito. Ia duduk di rumput bersama teman-temannya dan meletakkan
gelas berjejer.
"Yay, caballito!" Sakura
bertepuk tangan penuh semangat ketika Hinata membuka botol tequila.
Ino tertawa, "Kau sudah mabuk, Forehead."
Sakura pura-pura terluka, "Tidak,
aku belum mabuk."
"Terserah," jawab Ino,
melihat Hinata mengisi gelas dengan tequila, "Kita harus bersulang, tapi
untuk apa kira-kira?" tanya Ino.
Hinata menjawab, "Untuk
cinta!"
"Hebat," Sakura menghela
napas, "Kalian punya cinta sedangkan aku lajang seperti biarawati."
Hinata tertawa keras, "Kau juga
punya cinta, kau tahu itu."
Sakura terkikik dan menutup mulut
Hinata dengan tangannya, "Ssst!"
Ino cemberut, "Apa yang kalian
sembunyikan dariku?"
"Tidak ada," jawab Sakura
dan Hinata bersama, dan mulai tertawa lagi.
"Ayolah!"
"Akan kukatakan padamu,"
bisik Sakura keras, "Tapi kau harus berjanji padaku kau tidak akan
memberitahu siapa pun."
Ino mengangguk, "Setuju."
Sakura mencondongkan tubuhnya pada
Ino dan memberitahu si pirang itu. Mata Ino melebar begitu ia duduk tegak lagi,
"Tutup mulut." Sakura mengingatkan dan Hinata mengangguk setuju.
"Itu luar biasa," Ino
berseru dan memukul pelan lengan Hinata, "Kita harus bersulang untuk
itu!"
Sambil terkikik, ketiga gadis yang
telah mabuk itu mengangkat caballito mereka di udara, cairan minuman mengalir
di tangan mereka ketika mereka mencoba bersulang dengan benar.
"Bersulang untuk Forehead
dan Sas—" Ino memulai tapi disela oleh Hinata.
"Ssstt, ini rahasia... tidak
boleh ada yang tahu."
Mulut Ino membentuk huruf 'O' dan
mengangguk, "Aku lupa," Ia terkikik, "Bersulang untuk Sakura dan
Ssstt..."
Mereka terkikik sedikit sebelum
meneguk minuman mereka. Mereka minum hingga beberapa botol kosong dan berbaring
di rumput halaman belakang, menertawakan sesuatu yang terjadi di langit.
Setidaknya itulah yang mereka pikirkan.
Ketika pesta selesai dan semua orang
telah pulang, hanya tersisa Naruto, Sai, Hinata dan Ino di rumah Sasuke dan
Sakura.
Sai, Naruto, dan Sasuke ada di dalam
rumah bermain videogame, sementara para gadis, yeah, mereka masih di luar,
masih dalam keadaam mabuk. Akhirnya, ketika Sai, Naruto dan Sasuke merasa bosan
bermain, mereka memutuskan pergi ke halaman belakang juga, mulut mereka
ternganga ketika melihat pemandangan di depan mata mereka.
"Ya Tuhan, tepat di
belakangmu," teriak Sakura dan Hinata mulai berlari-lari dari sesuatu yang
tidak bisa dilihat orang-orang.
"Di mana itu, di mana
itu?" Hinata melihat sekeliling, mencari entah apa itu.
Sedangkan Ino duduk di rumput,
memegangi perutnya dan tertawa keras, "Ahh kalian sangat mabuk," Ia
berdiri dan berjalan untuk membantu Hinata, tapi ia menubruk Sakura dan jatuh
di atas sahabatnya itu, "Aduh."
Sakura tertawa, "Aw, kau bisa
membunuhku seperti ini, Piiiig."
"Maafkan aku, Fored,"
ucapnya dan mereka mulai tertawa lagi, "Fohed, Forehead."
Mata Sai membelalak, "Ya ampun,
mereka gila."
Sasuke menggelengkan kepalanya,
menatap botol-botol kosong di rumput, "Tidak, mereka mabuk."
Naruto, yang juga masih mabuk,
berlari ke arah para gadis dan mulai mengejar mereka, gadis-gadis itu tertawa
lebih keras dan mulai berlari menjauhi Naruto. Sasuke menghela napas dan dengan
bantuan Sai mengumpulkan botol-botol kosong dan meletakkannya di atas meja
taman.
"Aku akan menangkapmu, Sakura-chan,"
ucap Naruto dan berlari mengejar Sakura. Sakura menjerit dan berusaha
bersembunyi di belakang Hinata, tapi itu tidak berhasil. Naruto dengan mudah
menangkap Sakura dan melemparkannya ke kolam renang, menertawakan Sakura yang
basah. Botol-botol jatuh dari tangan Sasuke ketika ia berlari ke arah Sakura,
kekhawatirannya memuncak karena mengingat bahwa Sakura hanya menggunakan atasan
ketat dan rok mini, dan sekarang cuaca sangat dingin dan berangin di malam
hari.
Naruto menarik kemeja Sasuke, "Teme,
biarkan Sakura-chan bersenang-senang."
Sasuke mendorong Naruto menjauh,
"Dia bisa membeku."
Sasuke melepas sepatunya dan melepas
kemejanya sebelum menyelam ke kolam renang. Begitu tubuhnya mengenai air
dingin, ia merasa seperti pisau tajam mengiris otot-ototnya di dalam tubuhnya,
tapi ia berenang secepat yang ia bisa ke arah Sakura.
"Saku?" Sasuke
menyingkirkan rambut Sakura yang basah dari mata gadis itu dan memandangi sosok
adiknya yang gemetaran, "Kau baik-baik saja?"
Sakura menggelengkan kepalanya,
"Dingin."
Sasuke membawa Sakura lebih dekat ke
tubuhnya dan mengusap punggung gadis itu, "Aku sudah di sini."
"Aku ingin keluar, Sasu, ini
terlalu dingin."
"Kau tidak bisa, tidak
sekarang. Kau akan sakit jika keluar seperti ini."
Sakura terus gemetar dan giginya
mulai bergemeletuk. Sasuke menatap Sakura dan gadis itu tampak sangat
kedinginan hingga tampak sulit untuk bernapas.
"Sai, ambilkan handuk untuk
kami." teriak Sasuke.
Sai mengangguk dan berlari ke dalam
rumah, sementara Naruto, Ino dan Hinata masih tertawa keras seolah tidak ada
yang terjadi.
"Dingin sekali, Boo,"
gumam Sakura dengan suara lemah dan Sasuke merasa jantungnya berdebar mendengar
nama panggilan lamanya.
"Aku tahu," Sasuke meraih
tangan Sakura dan menggosokkannya di dadanya, "Lihat, kulit dengan kulit,
kau akan cepat merasa panas."
Sakura mengangguk perlahan,
menyandar di dada Sasuke. Sasuke mencium bagian atas kepala Sakura, menikmati
detik demi detik memeluk gadis itu.
Sakura mendongak, "Aku
merindukanmu," bisiknya pada Sasuke dan menggigit bibir bawahnya,
"Sangat."
Sasuke tersenyum kecil pada Sakura,
"Aku juga sangat merindukanmu, Cherry."
"Aku merindukanmu, aku
merindukanmu," ulang Sakura ketika ia menarik wajah Sasuke lebih dekat
padanya, membawa bibir pemuda itu untuk menempel pada bibirnya. Ia menghisap
bibir bawah Sasuke selama beberapa detik, mengusap rambut hitam pemuda itu.
"Aku juga merindukan lidahmu,
Saku," canda Sasuke di bibir Sakura dan gadis itu terkikik, membuka
mulutnya dan membiarkan lidahnya bertemu dengan lidah Sasuke dalam ciuman yang
sangat mereka rindukan. Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dan
memeluknya lebih dekat, ia mendorong Sakura hingga ke tepi kolam. Sasuke
kemudian menarik diri dan menjilat bibir bawahnya dengan lidahnya sendiri, menyimpan
rasa Sakura di mulutnya. Tangan Sakura membelai dada Sasuke dan kemudian
perlahan-lahan bergerak ke perutnya dan menyelinap ke dalam celana jeans pemuda
itu.
"Sial," Sasuke bergumam
sesaat sebelum menyerang bibir Sakura yang bengkak lagi. Sakura tersenyum dalam
ciuman itu dan terus membelai kejantanan Sasuke dengan lembut seraya mencium
pemuda itu dengan seluruh cintanya. Ketika udara mulai menipis lagi, Sasuke
menarik bibirnya dari bibir Sakura dan menghisap leher gadis itu, meninggalkan
tanda kemerahan di sana.
"Ohh Sasuke-kun,"
erang Sakura sambil melemparkan kepalanya ke belakang dan menutup matanya,
"Aku suka bibirmu di kulitku."
Sasuke menyeringai, "Aku juga
suka bibirku di kulitmu."
Mereka mendengar tawa dan
menghentikan kegiatan mereka, tapi Sakura tetap menyimpan tangannya di dalam
celana jeans Sasuke, merasakan ereksi pemuda itu yang mengeras di tangannya dan
ia sendiri menjadi lebih basah karenanya. "Bisakah kalian meninggalkan
kami?" ucap Sakura dengan suara tinggi, sementara Sasuke memejamkan
matanya sesaat ketika Sakura menekan ujung kejantanannya, "Ada pesta
pribadi di sini." tambah Sakura.
Naruto, Ino dan Hinata tertawa lebih
keras dan melangkah lebih dekat ke kolam, "Boleh kita menontonnya?"
tanya Naruto dengan seringai bodoh di wajahnya, "Aku suka adegan
ini."
"Diam, Dobe,"
bentak Sasuke kesal, "Kalian bertiga, keluar dari sini."
"Sepertinya seseorang dalam
suasana hati yang buruk malam ini," Ino tersenyum main-main.
Hinata menambahkan, "Apa kata ajaibnya?"
"KELUAR DARI SINI." ucap
Ino dan menambahkan dengan suara pelan, "Tolong."
Sakura terkikik dan menghisap tulang
selangka Sasuke begitu teman-teman mereka meninggalkan mereka hanya berdua di
halaman belakang. "Aku sudah merasa hangat, Boo."
Sasuke tersenyum dan memeluk Sakura,
mencium bibir gadis itu ringan, "Itu bagus, Cherry."
"Aku merindukanmu memanggilku Cherry,"
Sakura cemberut dan melingkarkan tangannya di leher Sasuke, "Dan
memanggilku Saku."
Sasuke menjilat leher Sakura dan
mencium dengan lembut di belakang telinga Sakura, di titik lemah gadis itu,
"Aku merindukan semua tentangmu, Saku."
"Benarkah?" Sakura
membelai rambut dan punggung Sasuke, "Sungguh?"
"Hmm, sungguh," Sasuke
mengakui dan mencium bibir bawah Sakura, "Sepanjang waktu."
Sakura merasakan Sasuke semakin
keras dan sekarang ereksinya menekan area di antara kedua pahanya ketika mereka
berciuman dan membelai satu sama lain.
"Sasuke-kun," ucap
Sakura dengan suara lembut, "Bisa kita bercinta malam ini?"
Sasuke menatap Sakura, "Aku
tidak tahu, kau sedang mabuk Saku."
"Kumohon?" Sakura cemberut
dan mencium wajah Sasuke, "Aku benar-benar basah, kau harus
merasakannya," Ia meraih tangan Sasuke dan menarik roknya ke atas,
memasukkan tangan Sasuke ke balik celana dalamnya, "Lihat?"
Sasuke memejamkan matanya ketika ia
merasakan vagina Sakura lagi dan memasukkan dua jari ke dalam kehangatan gadis
itu, "Tapi Saku, aku tidak ingin mengambil keuntungan darimu," ucap
Sasuke di telinga Sakura, ketika ia menggerakkan jari-jarinya keluar masuk di
dalam diri Sakura dan mencium daun telinga gadis itu, "Ini tidak
adil."
"Tidak adil jika kau tidak
meniduriku sekarang," ucap Sakura di antara erangannya dan memiringkan
kepalanya ke belakang, "Sasuke-kun," Ia merintih ketika ia
menarik leher Sasuke lebih dekat dan menghisap kulitnya, "Aku sudah
menjadi milikmu."
Sasuke menyeringai dan menyelipkan
satu tangan untuk membelai puting Sakura yang telah mengeras. Sakura mengerang
lebih keras dan Sasuke mencium bibir Sakura untuk menghindari gadis itu
membangunkan seluruh lingkungan rumah mereka dengan jeritannya.
"Aku ingin lebih, Sasuke-kun,"
Sakura menarik celana jeans Sasuke ke bawah, melingkarkan kakinya di pinggang
Sasuke dan menarik celana dalamnya ke samping. Sakura menatap Sasuke dan ia
merasakan denyut nadinya menjadi lebih cepat saat memandang gairah di wajah
pemuda itu. Mata hitam Sasuke sangat gelap, begitu gelap hingga Sakura merasa
terhipnotis oleh dua onyx itu, "Kumohon."
Senyum bermain di bibir Sasuke saat
ibu jarinya mengusap area sensitif Sakura untuk memastikan gadis itu siap.
Sakura mengerang dan memejamkan mata, menyerap sensasi yang dikirim jari dan
bibir Sasuke ketika pemuda itu mengusap lipatannya di bawah sana dan menghisap
lehernya. Sasuke menempatkan ciuman ringan di tulang selangka Sakura, membelai
ke atas dan ke bawah paha Sakura, menyeringai pada ekspresi gadis itu yang
menyenangkan.
"Sasuke-kun,"
Sakura memohon dengan suara manis dan Sasuke mengecup bibir Sakura, sebelum
memposisikan dirinya di tengah kaki Sakura dan mulai memasuki kehangatan gadis
itu.
Sakura merasakan napasnya menjadi
lebih pendek saat merasakan ujung kejantanan Sasuke yang menempel pada pintu
masuknya, senyuman lebar muncul di bibirnya ketika ia ingat betapa luar
biasanya saat Sasuke ada di dalam dirinya. Ia mengerang ketika seluruh
kejantanan Sasuke ada di dalam dirinya sekarang dan ia menutup matanya,
menggigit sisi bibirnya ketika Sasuke mulai bergerak di dalam dirinya, terlalu
keras dan terlalu cepat.
"Sasuke-kun,
pelan-pelan," gumam Sakura, meremas rambut Sasuke dan mencium leher pemuda
itu, "Aku ingin pelan malam ini."
Sasuke mengangguk dan melakukan apa
yang diminta Sakura, menikmati setiap detik dan menit yang ia ambil untuk masuk
dan keluar dari gadis itu, tangannya membelai tubuh gadis itu dengan gairah dan
kekaguman. Bibir Sakura mencari bibir Sasuke, lidah mereka bertempur saat
mereka memperdalam ciuman mereka.
"Kau sangat luar biasa,
Saku," ucap Sasuke dengan suara seraknya, membuat seluruh tubuh Sakura
menggigil.
Sakura tersentak dan Sasuke bisa
bersumpah ia merasakan panas naik dari perutnya ketika ia mulai mempercepat
gerakannya, mendorong ke dalam diri Sakura lebih cepat sekarang, tidak dapat
mengendalikan dirinya sendiri.
"Ya Tuhan, ini hebat
sekali," Sakura berteriak dan napasnya mulai memburu saat ia mendekati
orgasme. Sasuke terus bergerak dengan cepat dan keras di dalam Sakura sampai ia
akhirnya merasakan Sakura mengencang di sekitar kejantanannya. Ia membisikkan
nama Sakura dan mencapai pembebasannya juga.
Sasuke menutup matanya lebih keras
ketika ia merasakan cairannya mengisi tubuh Sakura dan bibirnya dengan cepat
menemukan bibir Sakura, memberikan ciuman penuh cinta sebelum ia menarik diri
untuk mengendalikan napasnya lagi. Tubuh Sakura masih sedikit gemetar dan ia
tetap dalam posisi yang sama, merasa sulit untuk melepas kakinya dari
sekeliling Sasuke dan berdiri di atas kakinya sendiri.
"Aku merasa sangat lemas,"
Sakura mengakui sambil tersenyum puas, "Terima kasih banyak, Sasuke-kun."
Sasuke tersenyum dan mengecup bibir
Sakura, menarik keluar dari tubuh Sakura dan menarik celana jeansnya kembali
dengan susah payah. Ia menatap mata Sakura lagi dan itu membuat jantungnya
berdegup kencang dan perutnya bergolak. Ia tersesat di mata hijau yang besar
itu dan mengusap rambut Sakura, merasakan tenggorokannya kering. Sakura
menggigit bibirnya, menatap Sasuke dengan puppy eyes dan tidak bisa
menghindari merasa perutnya mengencang lagi. Ya Tuhan, ia merindukan pemuda
ini!
"Biarkan aku membantumu, Cherry,"
ucap Sasuke ketika ia mulai memperbaiki pakaian Sakura lagi dan gadis itu hanya
mengangguk, terlalu lelah untuk menghindari sensasi yang Sasuke kirimkan
padanya. Sakura mencium pipi Sasuke dan memeluk pemuda itu lagi.
"Oi! Lovebirds!"
Sai memanggil mereka dan menambahkan dengan seringai, "Handuknya."
Sakura terkesiap sedikit, memerah.
Sasuke menertawakan betapa lucunya Sakura saat tampak malu dan memeluknya, ia
mencium rambut Sakura yang acak-acakan dan berbisik di telinga gadis itu bahwa
sudah waktunya untuk keluar dari kolam.
Sasuke menjauh dari Sakura,
tersenyum pada temannya dan keluar dari kolam. "Akan kuceritakan semuanya
nanti," ucap Sasuke, mengabaikan senyum Sai dan mengambil handuk dari
tangan pemuda itu.
"Tentu saja," jawab Sai,
"Aku perlu mengerti kenapa Sakura dan kau berhubungan seks di kolam
renang."
"Ya," ucap Sasuke dan
berbalik pada Sakura, "Ke sini, Saku."
Sai tertawa.
"Diam, Sai," ucap Sasuke
ketika ia membantu Sakura keluar dari kolam dan membungkus handuk di tubuh
adiknya itu, "Kau harus tidur."
Sakura menggelengkan kepalanya,
"Aku ingin minum lebih banyak lagi."
Sasuke memutar matanya, "Tidak
ada minuman lagi untukmu malam ini," Ia kemudian menatap Sai lagi,
"Sai, bisa kau membantuku mengurus teman-teman yang lain?"
"Yup," Sai meyakinkan,
"Pastikan kita menempatkan mereka di dekat kamar mandi, mereka minum
terlalu banyak dan pasti akan muntah."
Sasuke dan Sai mulai mengurus
teman-teman mereka, membawa mereka ke kamar tidur. Sai dengan Ino di kamar
Sasuke, dan Naruto dengan Hinata di kamar Sakura. Setelah selesai, Sasuke turun
ke lantai bawah dan melangkah ke ruang tamu, menemukan Sakura sudah tidur di
sofa. Sasuke dengan lembut meraih Sakura dan membawanya ke lantai atas ke kamar
orang tua mereka.
"Saku," Sasuke membelai
rambut Sakura mencoba membangunkan gadis itu, "Ayo Cherry, kau akan
sakit jika tidur seperti ini."
Sakura tidak menanggapi, jadi Sasuke
berjalan ke kamar Sakura lagi untuk mengambil piyama gadis itu. Setelah
memastikan pada dirinya sendiri bahwa Naruto dan Hinata masih bernapas, ia
kembali ke kamar orang tuanya dan menemukan Sakura yang tampak sangat
hiperaktif melompat di tempat tidur.
"Kupikir kau sedang
tidur."
Sakura menjawab dengan suara lucu,
"Aku bangun."
Sasuke menggelengkan kepalanya dan
terkekeh, "Duduk Saku, kau harus berganti pakaian."
"Aku tidak mau," ucap
Sakura, "Aku ingin menari, Boo."
"Tolong Cherry,
kemarilah," pinta Sasuke dan Sakura melompat sekali lagi sebelum jatuh di
tempat tidur.
"Aku mengambil piyamamu, kau
bisa berganti pakaian sendiri?"
Sakura menggelengkan kepalanya,
"Tidak."
"Saku, ayolah."
Sakura tidak mengatakan sepatah kata
pun, hanya mengangkat kedua tangannya menandakan ia ingin Sasuke menggantikan
pakaiannya.
"Kau benar-benar seperti
bocah," canda Sasuke sebelum menarik baju Sakura ke atas kepala dan meraih
ke belakang untuk melepaskan bra basah gadis itu. Sakura terkikik ketika tangan
Sasuke secara tidak sengaja menyentuh salah satu payudaranya, membuat putingnya
mengeras. Sakura mengambil atasan piyamanya dari tangan Sasuke, mencoba untuk
berpakaian sendiri, tapi terlalu lama untuk menemukan cara yang tepat untuk
memakainya.
"Kubantu," ucap Sasuke,
berusaha untuk tidak fokus pada payudara Sakura.
Kemudian Sakura berdiri dan ia
melepas rok dan celana dalamnya, Sasuke memberikan celana dalam bersih dan
celana pendek piyama pada Sakura.
"Pakai sendiri atau aku tidak
akan bisa menjauhkan tanganku darimu."
Sakura terkikik lagi, memakainya
sendiri, "Aku sudah selesai, Booboo."
"Booboo?" Sasuke
tersenyum, "Kau terdengar seperti bocah 5 tahun ketika kau memanggilku
begitu."
Sakura mengangkat bahunya dan
melompat ke tempat tidur, "Kau Booboo-ku."
"Ya," ucap Sasuke dan
mulai membuka bajunya juga, "Aku akan selalu menjadi Booboo-mu, Cherry."
"Cepat," ucap Sakura
ketika ia melihat Sasuke melepas pakaiannya yang basah dan memakai celana
piyamanya, "Aku ingin memelukmu."
"Sebentar, Saku," ucap
Sasuke ketika ia berjalan ke kamar mandi orang tuanya untuk menyikat giginya.
"Ke sini, Saku."
Sakura berlari ke arah Sasuke dan
memeluk pinggang pemuda itu dari belakang, "Tebak siapa..."
Sasuke tertawa, "Kau
benar-benar mabuk, Saku," Ia berbalik dan memegangi pinggang Sakura,
mendudukkan gadis itu di meja kamar mandi, "Tunjukkan gigimu."
Sakura tersenyum lebar dan Sasuke
menyeringai, "Kau sangat imut."
"Kau sangat imut," Sakura
menirukan dan membiarkan Sasuke menyikat giginya.
"Julurkan lidahmu,"
perintah Sasuke dengan lembut dan Sakura melakukan apa yang ia minta,
"Baiklah, sekarang kumur-kumur."
Setelah selesai, Sakura
mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang saat ia menyaksikan Sasuke
menyikat giginya sendiri, mengagumi warna mata pemuda itu, "Matamu sangat
hitam."
Sasuke menatap Sakura geli,
"Um... terima kasih."
Ketika Sasuke selesai, Sakura sudah
menguap, "Aku ingin digendong, Booboo."
Sasuke tersenyum dan berjalan ke
arah Sakura, membiarkan Sakura melilitkan kaki di pinggangnya dan lengan gadis
itu di lehernya. Ia dengan mudah mengangkat Sakura dari meja dan mulai berjalan
ke kamar lagi. Sakura membenamkan wajahnya di leher Sasuke dan membelai bahu
pemuda itu sepanjang kembali ke tempat tidur. Sasuke mendudukkan Sakura di
tempat tidur dan berbaring, menepuk-nepuk tempat di sebelahnya di tempat tidur,
"Sini, Saku."
Sakura terkikik dan berbaring
miring, meringkuk pada Sasuke. Sasuke menutupi tubuh mereka dengan selimut dan
mengusap punggung Sakura perlahan, "Kau merasa lebih baik?"
Sakura mengangguk, "Ya."
"Baiklah," Sasuke
mengangkat dagu Sakura dan mengecup bibir gadis itu, "Jika kau butuh
sesuatu, bangunkan aku."
Sakura menguap lagi dan memeluk
Sasuke lebih erat, menutup matanya. Sasuke mematikan lampu dan menutup matanya
juga, merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Akhirnya semuanya tampak normal
kembali dan hatinya dipenuhi dengan cinta, ia perlu berterima kasih pada Naruto
di pagi hari nanti karena telah membantunya, meskipun pemuda kuning itu mungkin
tidak akan ingat pernah melemparkan Sakura ke kolam. Sasuke tersentak dari
pikirannya ketika Sakura mulai bergerak lagi, seperti merasa tidak nyaman atau
sesuatu semacam itu.
"Sasuke-kun,"
Sakura memanggilnya dengan suara lemah.
"Ya?"
Sakura menutup mulutnya dengan
tangannya, "Aku merasa tidak enak."
Sasuke dengan cepat duduk,
menyalakan lampu, "Apa yang kau rasakan?"
Sakura melepas tangannya dari
mulutnya, tapi sebelum ia bisa menjawab, ia mengeluarkan isi perutnya. Sasuke
menutup mulutnya dan menutup matanya, ia membukanya kembali sedetik kemudian
dan melihat selimut penuh dengan muntahan Sakura.
"Oh sial."
Sakura menunduk, kemudian menatap
Sasuke dan mulai menangis, "Maafkan aku."
Sasuke menggelengkan kepalanya dan
berdiri di samping tempat tidur, "Sini."
"Aku... aku minta maaf,"
ucap Sakura ketika ia merangkak ke arah Sasuke dan pemuda itu memegangnya
seperti bayi, membawanya ke kamar mandi, "Aku tidak mau..." ucapnya
lagi di antara isak tangisnya, "...ini terjadi."
Sasuke mencium kening Sakura,
"Jangan khawatir, aku pantas mendapatkannya setelah bersikap brengsek
padamu begitu lama."
***
Sakura terbangun dengan merasakan
beban dunia seperti berada di atas pundaknya dan seorang drummer bermain dengan
gila di dalam kepalanya. Ia perlahan-lahan duduk, memegangi kepalanya dan
memandang ruangan yang tampak begitu familiar. Ia berada di kamar orang tuanya,
tapi tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di sana. Yang bisa diingatnya hanyalah
berada di pesta bersama Ino dan Hinata, hanya itu.
Sakura menghela napas dan melihat ke
samping, mendapati Sasuke sedang tidur di sebelahnya. Ia tersenyum pada dirinya
sendiri, mengagumi betapa imutnya Sasuke saat tidur. Ia memutuskan untuk
membangunkan pemuda itu dan beberapa menit kemudian, Sasuke mengusap matanya
dan tersenyum pada Sakura, "Hei, Cherry."
"Cherry?"
Sasuke duduk dan memeluk Sakura,
"Ya, Cherry-ku," Ia mencium pipi Sakura dan membisikkan
'selamat pagi' di telinga gadis itu.
Sakura menjauh dari Sasuke,
"Aku belum memaafkanmu, Sasuke."
"Kupikir kau
melakukannya," ucap Sasuke bingung, "Tadi malam."
"Tadi malam?" tanya
Sakura, mengusap rambutnya," Aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi tadi
malam."
Sasuke merasa seperti ada batu besar
yang baru saja memukulnya di tengah-tengah kepalanya, tapi ia mengangguk
setuju, berusaha untuk tidak menunjukkan kekecewaannya, "Oke," Ia
berdiri, "Aku akan membangunkan yang lain."
"Sasuke?"
Sasuke berbalik untuk menghadap
Sakura lagi. "Um, apa aku mempermalukan diriku sendiri tadi malam?"
tanya Sakura.
"Tidak, jangan khawatir,"
Sasuke tersenyum kecil pada Sakura, "Kau tidak melakukan kesalahan."
Sakura mengangguk, "Oke."
Sasuke menghela napas sebelum
berjalan keluar dari kamar dan berjalan ke kamar-kamar lain untuk membangunkan
teman-temannya. Sepuluh menit kemudian mereka sudah berkumpul di dapur untuk
sarapan.
"Wow, terasa ada badai di
sini," ucap Naruto seraya mengambil sekotak sereal dari Sai.
"Rasanya ada badai di
kepalaku," ucap Hinata sambil mengusap keningnya, kesal.
"Aku juga," ucap Ino.
"Ya," Sakura setuju.
Sai tertawa, "Kalian banyak
minum tadi malam, benar-benar gila," Ia menatap Sasuke, "Bukan
begitu, Sasuke?"
Sasuke hanya mengangkat bahu.
"Jadi," Naruto memulai,
"Ini hari Sabtu dan Mebuki-basan dan Fugaku-jisan tidak akan
pulang sampai hari Senin, kan, Teme?" Sasuke mengangguk pelan.
Kemudian Naruto menambahkan, "Aku ingin mengadakan pesta yang sangat keren
hari ini untuk kita. Banyak minuman dan musik yang hebat. Siapa yang
setuju?"
Sai mengangkat tangannya,
"Aku."
"Aku," ucap Hinata, Ino
dan Sakura bersama.
"Dan kau, Teme?"
tanya Naruto pada Sasuke, menepuk lengan sahabatnya dengan pelan, "Kau
setuju, kan?"
"Ya, terserahlah," ucap
Sasuke putus asa.
"Baiklah," Naruto bertepuk
tangan, "AYO BERPESTA!"
Sakura, Ino dan Hinata memegangi
kepala mereka bersamaan, "Tutup mulutmu."
Naruto hanya memutar matanya dan
meneguk susunya.
"Aku tidak ingin terdengar
seperti ibuku, tapi kita harus membersihkan rumah lebih dulu," ucap
Sasuke, "Siapa yang setuju?"
"Huuh..."
***
I never knew
I never knew that everything,
Was falling through
That everyone I knew
Was waiting on a cue
To turn and run
When all I needed was the truth
Malam itu pesta dimulai, dan sudah
ada orang-orang mabuk duduk di mana-mana di sekitar ruangan. Naruto menyapa
beberapa orang dan memperkenalkan mereka pada teman-temannya.
"Suara yang bagus," ucap
Sai, mengomentari lagu terkenal yang diputar.
Sasuke mengangguk, "Ya, aku
suka lagu itu."
Para gadis mulai menari dan beberapa
pria mengelilinginya. Salah satu dari mereka, seorang pria berambut pirang
bertanya pada Sakura apakah gadis itu ingin menari dengannya dan gadis itu
mengangguk, Sakura benar-benar bangga bisa menggoda seorang pemuda kampus.
Begitu Sasuke menyadari Sakura menari dengan orang lain, ia merasa marah. Ia
menyilangkan lengannya dan menghela napas. Persetan dengan dirinya sendiri
karena bersikap bajingan dan menarik kesimpulan sendiri tentang masalah
kemarin. Hingga Sakura benar-benar mengabaikannya sepanjang hari dan ia tahu ia
pantas mendapatkannya setelah sangat menyakiti gadis itu. Ia menyesap birnya,
matanya tidak pernah meninggalkan Sakura-nya.
But that's how it's got to be
It's coming down to
Nothing more than apathy
I'd rather run the other way
Than stay and see
The smoke and who's still
Standing when it clears
Naruto berjalan ke arah Hinata dan
memeluk gadis itu, keduanya menari dan tertawa. Sai melakukan hal yang sama
dengan Ino. Sasuke mengambil bir lagi dan meminumnya lebih cepat. Ia melihat
pemuda yang menari dengan Sakura mengatakan sesuatu di telinga Sakura yang
membuat gadis itu tertawa. Brengsek.
"Hei, kau mau menari
bersamaku?" suara seorang gadis tiba-tiba terdengar dari belakang Sasuke.
Sasuke tanpa menoleh ke belakang,
menggelengkan kepalanya menolak.
"Aw, kau tidak perlu bersikap
kasar."
Sasuke mengabaikan gadis itu dan
terus menatap Sakura. Ia berada di pesta ini, untuk memiliki lebih banyak waktu
mengagumi Sakura, bukan menggoda gadis-gadis kampus. Ia pernah membuat
kesalahan dengan mengajak kencan gadis yang salah satu kali dan ia tahu ia
tidak ingin melakukannya lagi.
And everyone knows I'm in
Over my head
Over my head
With eight seconds left in
overtime
She's on your mind
She's on your mind
Jantung Sasuke mulai berdegup
kencang saat alkohol di dalam tubuhnya berefek. Ia merasakan darahnya mengalir
lebih deras dan rasa cemburu membakar matanya. Sakura melirik ke belakang
sedikit dan melihat Sasuke. Gadis itu menggigit sudut bibirnya dan mengalihkan
perhatiannya kembali ke pemuda kampus di hadapannya.
"Aku memperhatikanmu sepanjang
malam dari seberang ruangan," ucap seorang gadis berambut merah pada
Sasuke dengan senyum genit.
"Kenapa kau tidak kembali ke
seberang ruangan dan terus memperhatikan?" ucap Sasuke membentak dan mata
gadis itu melebar sebelum melangkah pergi. Sasuke tidak ingin bersenang-senang
dengan orang lain malam ini, hanya Sakura. Ia perlu memikirkan sesuatu untuk
mendapatkan gadis itu kembali.
Let's rearrange
I wish you were a stranger
I could disengage
Just say that we agree
And then never change
Soften a bit
Until we all just get along
Sasuke menarik napas dalam-dalam dan
berjalan ke arah Sakura. "Bisa aku bicara denganmu?" tanyanya pada
gadis itu.
"Dia sibuk di sini, Bung,"
ucap pemuda berambut pirang yang menari dengan Sakura.
Sasuke menatap pemuda itu dengan
tajam, "Aku tidak berbicara denganmu."
"Tapi dia menari
denganku," Pemuda berambut pirang itu tertawa tak percaya, "Dia tidak
bisa pergi denganmu sekarang."
Pemuda kampus itu menarik lengan
Sakura ke sisi lain ruangan dan Sakura menoleh ke belakang, sedikit menyesali
tindakannya. Sasuke terus menatap pemuda aneh yang mengambil Sakura darinya dan
rasa marah mulai menguasai tubuhnya. Ia menutup matanya, berusaha menenangkan
diri.
And suddenly
I become a part of your past
I'm becoming the part
That don't last
I'm losing you
And it's effortless
Without a sound
We lose sight of the ground
In the throw around
Never thought that you wanted
To bring it down
I won't let it go down
'Till we torch it ourselves
Sasuke membuka matanya lagi, menatap
lurus ke depan pada targetnya, ia akan mendapatkan Sakura kembali atau namanya
bukan Uchiha Sasuke. Ia berjalan menghampiri Sakura lagi dan pemuda berambut
pirang itu meletakkan tangannya di pinggang Sakura, udara dipenuhi ketegangan.
Sasuke mengabaikan pemuda berambut pirang itu, meraih tangan Sakura dan
menjalin jari-jari mereka. Sakura memberi senyum kecil rasa terima kasih dan
Sasuke menarik gadis itu padanya. Pemuda kampus yang sebelumnya menari dengan
Sakura mencoba memegangi pundak Sakura, tapi Sasuke mendorongnya dengan kasar.
And everyone knows I'm in
Over my head
Over my head
With eight seconds left in
overtime
She's on your mind
She's on your mind
Sasuke menempatkan Sakura di
belakangnya, melindungi gadis itu dengan tubuhnya sendiri, "Pergilah, dia
gadisku."
Pemuda kampus itu melangkah lebih
dekat ke arah Sasuke, "Aku melihatnya lebih dulu."
Sasuke mengepalkan tangannya,
bersiap-siap untuk memperjuangkan miliknya jika perlu. Tidak masalah jika
pemuda di depannya itu lebih tinggi dan lebih kuat darinya. Pemuda kampus itu
tidak akan mendapatkan gadisnya dengan mudah. Sasuke bisa saja dipukul beberapa
kali, tapi ia akan berdiri lagi dan terus berjuang sampai ia yakin Sakura hanya
miliknya lagi. Ia menatap mata pemuda pirang itu, hitam bertemu cokelat,
keduanya tidak pernah mengalihkan tatapan, bahkan untuk sedetik pun.
Sakura menjadi takut ketika ia
merasakan seluruh tubuh Sasuke menegang seolah pemuda itu adalah binatang buas.
Adrenalin memompa melalui nadi Sasuke dan Sakura bisa melihatnya keluar dari
lengan pemuda itu karena kemarahan. Dada Sasuke naik turun sedikit cepat ketika
pemuda itu bernapas dan meskipun Sakura masih marah pada Sasuke, ia tidak ingin
melihat Sasuke terluka karena dirinya.
Tangan kecil Sakura meraih tangan
besar Sasuke, membuat pemuda itu langsung merasa lebih tenang, "Maaf
Kenji," ucap Sakura pada pemuda kampus itu, "Aku bersamanya."
Kenji menatap dua remaja itu selama
satu menit penuh, menggumamkan sesuatu tentang membenci remaja sebelum berjalan
pergi. Sasuke berbalik dan sebelum Sakura bisa mengatakan apa pun, Sasuke
menghimpit Sakura ke dinding dan menyerang bibir gadis itu, menghisapnya dan
memohon masuk. Tangan Sakura melingkar di leher Sasuke, menarik Sasuke lebih
dekat dan membuka bibirnya, memberi ruang pada lidah Sasuke untuk bergerak di
dalam mulutnya dan bergelung dengan lidahnya sendiri. Sasuke tersenyum dan
memperdalam ciuman itu, melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dan
menghasilkan erangan lembut gadis itu. Sakura mendorong Sasuke sedikit untuk mengambil
napas, menawarkan lehernya yang diterima dengan senang hati oleh Sasuke,
menghisapnya dengan keras dan memberi beberapa memar gelap di kulit gadis itu.
Sakura menarik wajah Sasuke padanya
dan mereka memulai sesi berciuman panas lagi. Ketika udara mulai menipis,
mereka menarik diri. Sasuke mengusap rambut Sakura dan menempelkan kening
mereka. Ia membelai bibir Sakura yang bengkak dengan ibu jarinya, matanya tidak
pernah berpaling dari bibir gadis itu.
"Aku mencintaimu," bisik
Sasuke, masih terengah-engah akibat ciuman mereka, "Aku sangat
mencintaimu."
Sakura tidak bisa menahan rasa
menggelitik di dalam perutnya, "Aku juga mencintaimu."
***
To be continued
To be continued
Kak kpn lanjut nihh? Bagus ceritanya:)
BalasHapus