expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Brotherly Love #19

 
"Aku tidak percaya kita mengadakan pesta malam ini untuk merayakan Shion yang berhasil masuk ke dalam tim cheerleaders," ucap Ino, duduk di tempat tidur Sakura dan menyilangkan lengannya dengan frustrasi, "Ini tidak adil."

Sakura duduk di sisi Ino, mengusap-usap lengan sahabatnya itu, "Kau tahu aku sebenarnya tidak senang mengadakan pesta dengan dia, tapi semua gadis yang berhasil masuk tim berhak mendapatkan pesta."

Ino cemberut, "Aku yang seharusnya masuk ke timmu. Aku temanmu!"

Hinata memutar matanya dan berhenti berkutat dengan ponselnya, "Aku ada di sana Ino-chan, kau tidak bisa menari, aku mengakuinya."

Ino berdiri, "Aku bisa," Ia menari sedikit, "Lihat itu?"

Sakura tertawa, "Maksud Hinata-chan kau tidak bisa melakukan gerakan cheerleaders."

Ino berbaring, "Ini tidak adil sama sekali."

Sakura tersenyum, "Maaf Pig, tapi jika kau mau, kami bisa memberikan penghargaan untukmu juga di pesta."

Mata Ino berkedip, "Sungguh?"

Sakura mengangkat bahu, "Tentu saja."

Naruto berlari ke dalam kamar Sakura dan duduk di sebelah Hinata, hampir terengah-engah, "Aku sudah berbicara dengan teman dari temanku," Ia mengangkat alisnya, "Dan dia bilang minuman sudah dalam perjalanan!"

Ketiga gadis itu menjerit dan bertepuk tangan, "Ini yang kusukai dari pacar imutku," puji Hinata dan Naruto tersenyum lebar, bangga.

"Aku melakukan semuanya untukmu, tuan putri." ucap Naruto membuat Hinata tersipu.

Sakura dan Ino memutar mata mereka, "Cari kamar sana!"

Sasuke berdiri di ambang pintu kamar Sakura, tampak canggung, "Um, Dobe, bisa aku bicara denganmu sebentar?"

"Kau bergabung ke pesta malam ini, kan?" tanya Ino pada Sasuke, "Aku memberitahu Sai bahwa kau akan ada di pesta."

Sasuke tertawa dan mengangkat bahu. "Seperti aku punya tempat lain untuk pergi." Ia tersenyum kecil, "Aku tinggal di sini, Ino."

Ino menyeringai dan Naruto memutar matanya. "Baiklah," Naruto mengecup bibir Hinata dan berdiri, "Ayo kita pergi, Teme."

Sasuke mengucapkan sampai jumpa pada para gadis dan berjalan ke kamarnya sendiri. Sasuke menunggu sampai Naruto melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. "Aku membutuhkan bantuanmu." ucap Sasuke sesaat setelah Naruto masuk ke kamarnya.

Naruto menggelengkan kepalanya, "Ti-dak, selalu saja 'Aku butuh bantuanmu' dan kemudian ketika semuanya berubah menjadi berantakan itu selalu salah Uzumaki Naruto."

"Dobe, santai, ini tidak akan berantakan," Sasuke memulai, "Setidaknya jika kau membantuku, ini tidak akan berantakan."

Naruto terus menggelengkan kepalanya, "Tidak, Teme, jangan mengandalkan aku."

"Dobe, ayolah," Sasuke memohon, "Kita bersahabat, kan!"

Naruto menghela napas dan memutar matanya, "Cepat katakan padaku sebelum aku berubah pikiran."

Sasuke menyeringai, "Kau yang terbaik, Dobe."

"Ya, ya," ucap Naruto dengan sarkatis, "Kau ingin aku melakukan apa?"

***

Rumah Sasuke dan Sakura penuh sesak karena setiap siswa di Konoha High yang mendengar pesta akan diadakan di rumah mereka pasti datang. Begitu besar pengaruh mereka karena menjadi populer di sekolah!

Awalnya Sakura khawatir untuk mengadakan pesta di sana, tapi karena orang tuanya baru akan pulang dua hari setelahnya, ia akan punya banyak waktu untuk membereskan semuanya lagi. Dan Naruto, pemuda itu tidak main-main ketika mengatakan bahwa ia memesan minuman, berjanji akan ada banyak jenis minuman di pesta itu.

Sakura naik ke sofa dan meminta perhatian semua orang sejenak, "Jadi, teman-teman," Sakura memulai, "Boleh aku minta perhatian kalian satu atau dua menit?"

"Kau sangat seksi, Sakura," seseorang berteriak. "Ya!" Sakura mendengar suara lain setuju dengan suara pemuda pertama.

Sakura tertawa, "Terima kasih. Tapi, mari kita langsung ke intinya. Seperti yang kalian sudah dengar bahwa pesta ini adalah untuk memperkenalkan pada kalian semua anggota cheerleaders baru kami. Tapi sebelum itu, aku ingin gadis-gadisku berkumpul di sini untuk mengumumkan aturan menjadi cheerleaders!"

Anggota tim bergegas ke arah Sakura, tapi tidak memanjat di sofa, mereka berdiri di lantai di depan Sakura.

"Apa aturannya, gadis-gadis?" ucap Sakura dan gadis-gadis mulai menari dan bernyanyi pada saat yang sama.

"Selalu tersenyum, paham lompatanmu, percaya diri dan menjadi panutan!"

Orang-orang bersorak, "Luar biasa."

Sakura terkikik dan mulai memperkenalkan Shion, "Berikan tepuk tangan untuk..." Ia berhenti sejenak dan memandang Shion yang tersenyum lebar padanya, "...temanku Miroku Shion, anggota cheerleaders baru di Konoha High School."

Semua orang berteriak keras dan bertepuk tangan saat Shion melambaikan tangan seperti seorang putri dari Disneyland pada siswa-siswa yang hadir. Sakura memutar matanya dan tertawa.

"Selamat menikmati, pesta ini milikmu." ucap Sakura. Ia melompat dari sofa dan bergabung dengan teman-temannya di meja. Shion berlari ke arah Sakura dan memeluk Sakura erat-erat, membuat minuman terlepas dari tangan Sakura dan jatuh ke lantai, "Wow, tenang, Shion," ucap Sakura, "Ada apa?"

Mata Shion berkaca-kaca, "Terima kasih banyak telah mengijinkanku menjadi temanmu dan berada di timmu."

Sakura mengangkat bahu. "Tidak masalah, kau pantas mendapatkan posisi itu," Ia tersenyum, "Bersenang-senanglah, ini pestamu, kan?"

Shion mencium pipi Sakura dan menghilang ke tengah kerumunan. Hinata menggelengkan kepalanya dan memberi Sakura minuman lagi, "Oke, siapa lagi yang menganggap pemandangan barusan cukup aneh?"

Naruto, Sai, dan Ino mengangkat tangan, tapi Sasuke hanya memberi Sakura senyum kecil. Setelah itu mereka mulai minum dan berbicara tentang hal-hal konyol yang akan membuat mereka semua tertawa sampai mereka meneteskan air mata. Ino hampir tercekik ketika ia melihat kembarannya, Deidara, bermesraan dengan Shion di atas meja ruang tamu.

"Apa?! Itu pengkhianatan!" Ino berseru dan akan menghampiri Deidara, tapi Sai menariknya.

"Tenanglah, Ino, biarkan Deidara bersenang-senang, lagipula Shion sangat imut."

Mata Ino melebar dan mulutnya menganga, "Apa yang baru saja kau katakan?"

"Tidak ada," gumam Sai dan melangkah mundur untuk menyesap minumannya dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.

"Oh, kau benar-benar kacau, Sai," Naruto tertawa dan Hinata menampar bagian belakang kepalanya, "Aduh, kenapa lagi, Hinata-chan?" tanyanya merengut, memijat bagian di mana Hinata menamparnya.

Hinata memperingatkan, "Jangan ikut campur urusan orang lain."

Naruto mengangguk-angguk, "Ya ya, Hinata-chan."

Sakura menertawakan teman-temannya dan menyesap minumannya lagi. Sasuke berdiri di belakang gadis itu dan berbisik, "Tidakkah menurutmu kau sudah terlalu banyak minum?" tanyanya dengan pelan, "Kau tidak terbiasa minum."

Sakura bergidik, tapi tidak berbalik untuk menatap Sasuke, "Tidak, tapi terima kasih sudah mencemaskanku."

Sakura meraih tangan Ino dan Hinata, menarik mereka ke halaman belakang tempat beberapa orang mengobrol di tepi kolam renang. Ino membawa sebotol tequila dan ketiga gadis itu mulai tertawa seperti sekelompok anak-anak.

"Ayo kita habiskan semuanya," bisik Ino pada dua sahabatnya seperti sebuah rahasia.

Hinata mengangguk, "Kita perlu caballito."

Sakura bingung, "Apa?"

Ino tertawa dan Hinata memutar matanya, "Begitulah mereka menyebut gelas tequila di Meksiko."

"Oh," Sakura mengangguk, "Oke, apa kau punya caballito?"

"Tidak, tidak di sini," ucap Hinata dan kemudian berdiri, "Tapi kurasa teman Naruto membawa beberapa."

Lima menit kemudian Hinata kembali dengan tiga caballito. Ia duduk di rumput bersama teman-temannya dan meletakkan gelas berjejer.

"Yay, caballito!" Sakura bertepuk tangan penuh semangat ketika Hinata membuka botol tequila.

Ino tertawa, "Kau sudah mabuk, Forehead."

Sakura pura-pura terluka, "Tidak, aku belum mabuk."

"Terserah," jawab Ino, melihat Hinata mengisi gelas dengan tequila, "Kita harus bersulang, tapi untuk apa kira-kira?" tanya Ino.

Hinata menjawab, "Untuk cinta!"

"Hebat," Sakura menghela napas, "Kalian punya cinta sedangkan aku lajang seperti biarawati."

Hinata tertawa keras, "Kau juga punya cinta, kau tahu itu."

Sakura terkikik dan menutup mulut Hinata dengan tangannya, "Ssst!"

Ino cemberut, "Apa yang kalian sembunyikan dariku?"

"Tidak ada," jawab Sakura dan Hinata bersama, dan mulai tertawa lagi.

"Ayolah!"

"Akan kukatakan padamu," bisik Sakura keras, "Tapi kau harus berjanji padaku kau tidak akan memberitahu siapa pun."

Ino mengangguk, "Setuju."

Sakura mencondongkan tubuhnya pada Ino dan memberitahu si pirang itu. Mata Ino melebar begitu ia duduk tegak lagi, "Tutup mulut." Sakura mengingatkan dan Hinata mengangguk setuju.

"Itu luar biasa," Ino berseru dan memukul pelan lengan Hinata, "Kita harus bersulang untuk itu!"

Sambil terkikik, ketiga gadis yang telah mabuk itu mengangkat caballito mereka di udara, cairan minuman mengalir di tangan mereka ketika mereka mencoba bersulang dengan benar.

"Bersulang untuk Forehead dan Sas—" Ino memulai tapi disela oleh Hinata.

"Ssstt, ini rahasia... tidak boleh ada yang tahu."

Mulut Ino membentuk huruf 'O' dan mengangguk, "Aku lupa," Ia terkikik, "Bersulang untuk Sakura dan Ssstt..."

Mereka terkikik sedikit sebelum meneguk minuman mereka. Mereka minum hingga beberapa botol kosong dan berbaring di rumput halaman belakang, menertawakan sesuatu yang terjadi di langit. Setidaknya itulah yang mereka pikirkan.

Ketika pesta selesai dan semua orang telah pulang, hanya tersisa Naruto, Sai, Hinata dan Ino di rumah Sasuke dan Sakura.

Sai, Naruto, dan Sasuke ada di dalam rumah bermain videogame, sementara para gadis, yeah, mereka masih di luar, masih dalam keadaam mabuk. Akhirnya, ketika Sai, Naruto dan Sasuke merasa bosan bermain, mereka memutuskan pergi ke halaman belakang juga, mulut mereka ternganga ketika melihat pemandangan di depan mata mereka.

"Ya Tuhan, tepat di belakangmu," teriak Sakura dan Hinata mulai berlari-lari dari sesuatu yang tidak bisa dilihat orang-orang.

"Di mana itu, di mana itu?" Hinata melihat sekeliling, mencari entah apa itu.

Sedangkan Ino duduk di rumput, memegangi perutnya dan tertawa keras, "Ahh kalian sangat mabuk," Ia berdiri dan berjalan untuk membantu Hinata, tapi ia menubruk Sakura dan jatuh di atas sahabatnya itu, "Aduh."

Sakura tertawa, "Aw, kau bisa membunuhku seperti ini, Piiiig."

"Maafkan aku, Fored," ucapnya dan mereka mulai tertawa lagi, "Fohed, Forehead."

Mata Sai membelalak, "Ya ampun, mereka gila."

Sasuke menggelengkan kepalanya, menatap botol-botol kosong di rumput, "Tidak, mereka mabuk."

Naruto, yang juga masih mabuk, berlari ke arah para gadis dan mulai mengejar mereka, gadis-gadis itu tertawa lebih keras dan mulai berlari menjauhi Naruto. Sasuke menghela napas dan dengan bantuan Sai mengumpulkan botol-botol kosong dan meletakkannya di atas meja taman.

"Aku akan menangkapmu, Sakura-chan," ucap Naruto dan berlari mengejar Sakura. Sakura menjerit dan berusaha bersembunyi di belakang Hinata, tapi itu tidak berhasil. Naruto dengan mudah menangkap Sakura dan melemparkannya ke kolam renang, menertawakan Sakura yang basah. Botol-botol jatuh dari tangan Sasuke ketika ia berlari ke arah Sakura, kekhawatirannya memuncak karena mengingat bahwa Sakura hanya menggunakan atasan ketat dan rok mini, dan sekarang cuaca sangat dingin dan berangin di malam hari.

Naruto menarik kemeja Sasuke, "Teme, biarkan Sakura-chan bersenang-senang."

Sasuke mendorong Naruto menjauh, "Dia bisa membeku."

Sasuke melepas sepatunya dan melepas kemejanya sebelum menyelam ke kolam renang. Begitu tubuhnya mengenai air dingin, ia merasa seperti pisau tajam mengiris otot-ototnya di dalam tubuhnya, tapi ia berenang secepat yang ia bisa ke arah Sakura.

"Saku?" Sasuke menyingkirkan rambut Sakura yang basah dari mata gadis itu dan memandangi sosok adiknya yang gemetaran, "Kau baik-baik saja?"

Sakura menggelengkan kepalanya, "Dingin."

Sasuke membawa Sakura lebih dekat ke tubuhnya dan mengusap punggung gadis itu, "Aku sudah di sini."

"Aku ingin keluar, Sasu, ini terlalu dingin."

"Kau tidak bisa, tidak sekarang. Kau akan sakit jika keluar seperti ini."

Sakura terus gemetar dan giginya mulai bergemeletuk. Sasuke menatap Sakura dan gadis itu tampak sangat kedinginan hingga tampak sulit untuk bernapas.

"Sai, ambilkan handuk untuk kami." teriak Sasuke.

Sai mengangguk dan berlari ke dalam rumah, sementara Naruto, Ino dan Hinata masih tertawa keras seolah tidak ada yang terjadi.

"Dingin sekali, Boo," gumam Sakura dengan suara lemah dan Sasuke merasa jantungnya berdebar mendengar nama panggilan lamanya.

"Aku tahu," Sasuke meraih tangan Sakura dan menggosokkannya di dadanya, "Lihat, kulit dengan kulit, kau akan cepat merasa panas."

Sakura mengangguk perlahan, menyandar di dada Sasuke. Sasuke mencium bagian atas kepala Sakura, menikmati detik demi detik memeluk gadis itu.

Sakura mendongak, "Aku merindukanmu," bisiknya pada Sasuke dan menggigit bibir bawahnya, "Sangat."

Sasuke tersenyum kecil pada Sakura, "Aku juga sangat merindukanmu, Cherry."

"Aku merindukanmu, aku merindukanmu," ulang Sakura ketika ia menarik wajah Sasuke lebih dekat padanya, membawa bibir pemuda itu untuk menempel pada bibirnya. Ia menghisap bibir bawah Sasuke selama beberapa detik, mengusap rambut hitam pemuda itu.

"Aku juga merindukan lidahmu, Saku," canda Sasuke di bibir Sakura dan gadis itu terkikik, membuka mulutnya dan membiarkan lidahnya bertemu dengan lidah Sasuke dalam ciuman yang sangat mereka rindukan. Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dan memeluknya lebih dekat, ia mendorong Sakura hingga ke tepi kolam. Sasuke kemudian menarik diri dan menjilat bibir bawahnya dengan lidahnya sendiri, menyimpan rasa Sakura di mulutnya. Tangan Sakura membelai dada Sasuke dan kemudian perlahan-lahan bergerak ke perutnya dan menyelinap ke dalam celana jeans pemuda itu.

"Sial," Sasuke bergumam sesaat sebelum menyerang bibir Sakura yang bengkak lagi. Sakura tersenyum dalam ciuman itu dan terus membelai kejantanan Sasuke dengan lembut seraya mencium pemuda itu dengan seluruh cintanya. Ketika udara mulai menipis lagi, Sasuke menarik bibirnya dari bibir Sakura dan menghisap leher gadis itu, meninggalkan tanda kemerahan di sana.

"Ohh Sasuke-kun," erang Sakura sambil melemparkan kepalanya ke belakang dan menutup matanya, "Aku suka bibirmu di kulitku."

Sasuke menyeringai, "Aku juga suka bibirku di kulitmu."

Mereka mendengar tawa dan menghentikan kegiatan mereka, tapi Sakura tetap menyimpan tangannya di dalam celana jeans Sasuke, merasakan ereksi pemuda itu yang mengeras di tangannya dan ia sendiri menjadi lebih basah karenanya. "Bisakah kalian meninggalkan kami?" ucap Sakura dengan suara tinggi, sementara Sasuke memejamkan matanya sesaat ketika Sakura menekan ujung kejantanannya, "Ada pesta pribadi di sini." tambah Sakura.

Naruto, Ino dan Hinata tertawa lebih keras dan melangkah lebih dekat ke kolam, "Boleh kita menontonnya?" tanya Naruto dengan seringai bodoh di wajahnya, "Aku suka adegan ini."

"Diam, Dobe," bentak Sasuke kesal, "Kalian bertiga, keluar dari sini."

"Sepertinya seseorang dalam suasana hati yang buruk malam ini," Ino tersenyum main-main.

Hinata menambahkan, "Apa kata ajaibnya?"

"KELUAR DARI SINI." ucap Ino dan menambahkan dengan suara pelan, "Tolong."

Sakura terkikik dan menghisap tulang selangka Sasuke begitu teman-teman mereka meninggalkan mereka hanya berdua di halaman belakang. "Aku sudah merasa hangat, Boo."

Sasuke tersenyum dan memeluk Sakura, mencium bibir gadis itu ringan, "Itu bagus, Cherry."

"Aku merindukanmu memanggilku Cherry," Sakura cemberut dan melingkarkan tangannya di leher Sasuke, "Dan memanggilku Saku."

Sasuke menjilat leher Sakura dan mencium dengan lembut di belakang telinga Sakura, di titik lemah gadis itu, "Aku merindukan semua tentangmu, Saku."

"Benarkah?" Sakura membelai rambut dan punggung Sasuke, "Sungguh?"

"Hmm, sungguh," Sasuke mengakui dan mencium bibir bawah Sakura, "Sepanjang waktu."

Sakura merasakan Sasuke semakin keras dan sekarang ereksinya menekan area di antara kedua pahanya ketika mereka berciuman dan membelai satu sama lain.

"Sasuke-kun," ucap Sakura dengan suara lembut, "Bisa kita bercinta malam ini?"

Sasuke menatap Sakura, "Aku tidak tahu, kau sedang mabuk Saku."

"Kumohon?" Sakura cemberut dan mencium wajah Sasuke, "Aku benar-benar basah, kau harus merasakannya," Ia meraih tangan Sasuke dan menarik roknya ke atas, memasukkan tangan Sasuke ke balik celana dalamnya, "Lihat?"

Sasuke memejamkan matanya ketika ia merasakan vagina Sakura lagi dan memasukkan dua jari ke dalam kehangatan gadis itu, "Tapi Saku, aku tidak ingin mengambil keuntungan darimu," ucap Sasuke di telinga Sakura, ketika ia menggerakkan jari-jarinya keluar masuk di dalam diri Sakura dan mencium daun telinga gadis itu, "Ini tidak adil."

"Tidak adil jika kau tidak meniduriku sekarang," ucap Sakura di antara erangannya dan memiringkan kepalanya ke belakang, "Sasuke-kun," Ia merintih ketika ia menarik leher Sasuke lebih dekat dan menghisap kulitnya, "Aku sudah menjadi milikmu."

Sasuke menyeringai dan menyelipkan satu tangan untuk membelai puting Sakura yang telah mengeras. Sakura mengerang lebih keras dan Sasuke mencium bibir Sakura untuk menghindari gadis itu membangunkan seluruh lingkungan rumah mereka dengan jeritannya.

"Aku ingin lebih, Sasuke-kun," Sakura menarik celana jeans Sasuke ke bawah, melingkarkan kakinya di pinggang Sasuke dan menarik celana dalamnya ke samping. Sakura menatap Sasuke dan ia merasakan denyut nadinya menjadi lebih cepat saat memandang gairah di wajah pemuda itu. Mata hitam Sasuke sangat gelap, begitu gelap hingga Sakura merasa terhipnotis oleh dua onyx itu, "Kumohon."

Senyum bermain di bibir Sasuke saat ibu jarinya mengusap area sensitif Sakura untuk memastikan gadis itu siap. Sakura mengerang dan memejamkan mata, menyerap sensasi yang dikirim jari dan bibir Sasuke ketika pemuda itu mengusap lipatannya di bawah sana dan menghisap lehernya. Sasuke menempatkan ciuman ringan di tulang selangka Sakura, membelai ke atas dan ke bawah paha Sakura, menyeringai pada ekspresi gadis itu yang menyenangkan.

"Sasuke-kun," Sakura memohon dengan suara manis dan Sasuke mengecup bibir Sakura, sebelum memposisikan dirinya di tengah kaki Sakura dan mulai memasuki kehangatan gadis itu.

Sakura merasakan napasnya menjadi lebih pendek saat merasakan ujung kejantanan Sasuke yang menempel pada pintu masuknya, senyuman lebar muncul di bibirnya ketika ia ingat betapa luar biasanya saat Sasuke ada di dalam dirinya. Ia mengerang ketika seluruh kejantanan Sasuke ada di dalam dirinya sekarang dan ia menutup matanya, menggigit sisi bibirnya ketika Sasuke mulai bergerak di dalam dirinya, terlalu keras dan terlalu cepat.

"Sasuke-kun, pelan-pelan," gumam Sakura, meremas rambut Sasuke dan mencium leher pemuda itu, "Aku ingin pelan malam ini."

Sasuke mengangguk dan melakukan apa yang diminta Sakura, menikmati setiap detik dan menit yang ia ambil untuk masuk dan keluar dari gadis itu, tangannya membelai tubuh gadis itu dengan gairah dan kekaguman. Bibir Sakura mencari bibir Sasuke, lidah mereka bertempur saat mereka memperdalam ciuman mereka.

"Kau sangat luar biasa, Saku," ucap Sasuke dengan suara seraknya, membuat seluruh tubuh Sakura menggigil.

Sakura tersentak dan Sasuke bisa bersumpah ia merasakan panas naik dari perutnya ketika ia mulai mempercepat gerakannya, mendorong ke dalam diri Sakura lebih cepat sekarang, tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

"Ya Tuhan, ini hebat sekali," Sakura berteriak dan napasnya mulai memburu saat ia mendekati orgasme. Sasuke terus bergerak dengan cepat dan keras di dalam Sakura sampai ia akhirnya merasakan Sakura mengencang di sekitar kejantanannya. Ia membisikkan nama Sakura dan mencapai pembebasannya juga.

Sasuke menutup matanya lebih keras ketika ia merasakan cairannya mengisi tubuh Sakura dan bibirnya dengan cepat menemukan bibir Sakura, memberikan ciuman penuh cinta sebelum ia menarik diri untuk mengendalikan napasnya lagi. Tubuh Sakura masih sedikit gemetar dan ia tetap dalam posisi yang sama, merasa sulit untuk melepas kakinya dari sekeliling Sasuke dan berdiri di atas kakinya sendiri.

"Aku merasa sangat lemas," Sakura mengakui sambil tersenyum puas, "Terima kasih banyak, Sasuke-kun."

Sasuke tersenyum dan mengecup bibir Sakura, menarik keluar dari tubuh Sakura dan menarik celana jeansnya kembali dengan susah payah. Ia menatap mata Sakura lagi dan itu membuat jantungnya berdegup kencang dan perutnya bergolak. Ia tersesat di mata hijau yang besar itu dan mengusap rambut Sakura, merasakan tenggorokannya kering. Sakura menggigit bibirnya, menatap Sasuke dengan puppy eyes dan tidak bisa menghindari merasa perutnya mengencang lagi. Ya Tuhan, ia merindukan pemuda ini!

"Biarkan aku membantumu, Cherry," ucap Sasuke ketika ia mulai memperbaiki pakaian Sakura lagi dan gadis itu hanya mengangguk, terlalu lelah untuk menghindari sensasi yang Sasuke kirimkan padanya. Sakura mencium pipi Sasuke dan memeluk pemuda itu lagi.

"Oi! Lovebirds!" Sai memanggil mereka dan menambahkan dengan seringai, "Handuknya."

Sakura terkesiap sedikit, memerah. Sasuke menertawakan betapa lucunya Sakura saat tampak malu dan memeluknya, ia mencium rambut Sakura yang acak-acakan dan berbisik di telinga gadis itu bahwa sudah waktunya untuk keluar dari kolam.

Sasuke menjauh dari Sakura, tersenyum pada temannya dan keluar dari kolam. "Akan kuceritakan semuanya nanti," ucap Sasuke, mengabaikan senyum Sai dan mengambil handuk dari tangan pemuda itu.

"Tentu saja," jawab Sai, "Aku perlu mengerti kenapa Sakura dan kau berhubungan seks di kolam renang."

"Ya," ucap Sasuke dan berbalik pada Sakura, "Ke sini, Saku."

Sai tertawa.

"Diam, Sai," ucap Sasuke ketika ia membantu Sakura keluar dari kolam dan membungkus handuk di tubuh adiknya itu, "Kau harus tidur."

Sakura menggelengkan kepalanya, "Aku ingin minum lebih banyak lagi."

Sasuke memutar matanya, "Tidak ada minuman lagi untukmu malam ini," Ia kemudian menatap Sai lagi, "Sai, bisa kau membantuku mengurus teman-teman yang lain?"

"Yup," Sai meyakinkan, "Pastikan kita menempatkan mereka di dekat kamar mandi, mereka minum terlalu banyak dan pasti akan muntah."

Sasuke dan Sai mulai mengurus teman-teman mereka, membawa mereka ke kamar tidur. Sai dengan Ino di kamar Sasuke, dan Naruto dengan Hinata di kamar Sakura. Setelah selesai, Sasuke turun ke lantai bawah dan melangkah ke ruang tamu, menemukan Sakura sudah tidur di sofa. Sasuke dengan lembut meraih Sakura dan membawanya ke lantai atas ke kamar orang tua mereka.

"Saku," Sasuke membelai rambut Sakura mencoba membangunkan gadis itu, "Ayo Cherry, kau akan sakit jika tidur seperti ini."

Sakura tidak menanggapi, jadi Sasuke berjalan ke kamar Sakura lagi untuk mengambil piyama gadis itu. Setelah memastikan pada dirinya sendiri bahwa Naruto dan Hinata masih bernapas, ia kembali ke kamar orang tuanya dan menemukan Sakura yang tampak sangat hiperaktif melompat di tempat tidur.

"Kupikir kau sedang tidur."

Sakura menjawab dengan suara lucu, "Aku bangun."

Sasuke menggelengkan kepalanya dan terkekeh, "Duduk Saku, kau harus berganti pakaian."

"Aku tidak mau," ucap Sakura, "Aku ingin menari, Boo."

"Tolong Cherry, kemarilah," pinta Sasuke dan Sakura melompat sekali lagi sebelum jatuh di tempat tidur.

"Aku mengambil piyamamu, kau bisa berganti pakaian sendiri?"

Sakura menggelengkan kepalanya, "Tidak."

"Saku, ayolah."

Sakura tidak mengatakan sepatah kata pun, hanya mengangkat kedua tangannya menandakan ia ingin Sasuke menggantikan pakaiannya.

"Kau benar-benar seperti bocah," canda Sasuke sebelum menarik baju Sakura ke atas kepala dan meraih ke belakang untuk melepaskan bra basah gadis itu. Sakura terkikik ketika tangan Sasuke secara tidak sengaja menyentuh salah satu payudaranya, membuat putingnya mengeras. Sakura mengambil atasan piyamanya dari tangan Sasuke, mencoba untuk berpakaian sendiri, tapi terlalu lama untuk menemukan cara yang tepat untuk memakainya.

"Kubantu," ucap Sasuke, berusaha untuk tidak fokus pada payudara Sakura.

Kemudian Sakura berdiri dan ia melepas rok dan celana dalamnya, Sasuke memberikan celana dalam bersih dan celana pendek piyama pada Sakura.

"Pakai sendiri atau aku tidak akan bisa menjauhkan tanganku darimu."

Sakura terkikik lagi, memakainya sendiri, "Aku sudah selesai, Booboo."

"Booboo?" Sasuke tersenyum, "Kau terdengar seperti bocah 5 tahun ketika kau memanggilku begitu."

Sakura mengangkat bahunya dan melompat ke tempat tidur, "Kau Booboo-ku."

"Ya," ucap Sasuke dan mulai membuka bajunya juga, "Aku akan selalu menjadi Booboo-mu, Cherry."

"Cepat," ucap Sakura ketika ia melihat Sasuke melepas pakaiannya yang basah dan memakai celana piyamanya, "Aku ingin memelukmu."

"Sebentar, Saku," ucap Sasuke ketika ia berjalan ke kamar mandi orang tuanya untuk menyikat giginya. "Ke sini, Saku."

Sakura berlari ke arah Sasuke dan memeluk pinggang pemuda itu dari belakang, "Tebak siapa..."

Sasuke tertawa, "Kau benar-benar mabuk, Saku," Ia berbalik dan memegangi pinggang Sakura, mendudukkan gadis itu di meja kamar mandi, "Tunjukkan gigimu."

Sakura tersenyum lebar dan Sasuke menyeringai, "Kau sangat imut."

"Kau sangat imut," Sakura menirukan dan membiarkan Sasuke menyikat giginya.

"Julurkan lidahmu," perintah Sasuke dengan lembut dan Sakura melakukan apa yang ia minta, "Baiklah, sekarang kumur-kumur."

Setelah selesai, Sakura mengayun-ayunkan kakinya ke depan dan ke belakang saat ia menyaksikan Sasuke menyikat giginya sendiri, mengagumi warna mata pemuda itu, "Matamu sangat hitam."

Sasuke menatap Sakura geli, "Um... terima kasih."

Ketika Sasuke selesai, Sakura sudah menguap, "Aku ingin digendong, Booboo."

Sasuke tersenyum dan berjalan ke arah Sakura, membiarkan Sakura melilitkan kaki di pinggangnya dan lengan gadis itu di lehernya. Ia dengan mudah mengangkat Sakura dari meja dan mulai berjalan ke kamar lagi. Sakura membenamkan wajahnya di leher Sasuke dan membelai bahu pemuda itu sepanjang kembali ke tempat tidur. Sasuke mendudukkan Sakura di tempat tidur dan berbaring, menepuk-nepuk tempat di sebelahnya di tempat tidur, "Sini, Saku."

Sakura terkikik dan berbaring miring, meringkuk pada Sasuke. Sasuke menutupi tubuh mereka dengan selimut dan mengusap punggung Sakura perlahan, "Kau merasa lebih baik?"

Sakura mengangguk, "Ya."

"Baiklah," Sasuke mengangkat dagu Sakura dan mengecup bibir gadis itu, "Jika kau butuh sesuatu, bangunkan aku."

Sakura menguap lagi dan memeluk Sasuke lebih erat, menutup matanya. Sasuke mematikan lampu dan menutup matanya juga, merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Akhirnya semuanya tampak normal kembali dan hatinya dipenuhi dengan cinta, ia perlu berterima kasih pada Naruto di pagi hari nanti karena telah membantunya, meskipun pemuda kuning itu mungkin tidak akan ingat pernah melemparkan Sakura ke kolam. Sasuke tersentak dari pikirannya ketika Sakura mulai bergerak lagi, seperti merasa tidak nyaman atau sesuatu semacam itu.

"Sasuke-kun," Sakura memanggilnya dengan suara lemah.

"Ya?"

Sakura menutup mulutnya dengan tangannya, "Aku merasa tidak enak."

Sasuke dengan cepat duduk, menyalakan lampu, "Apa yang kau rasakan?"

Sakura melepas tangannya dari mulutnya, tapi sebelum ia bisa menjawab, ia mengeluarkan isi perutnya. Sasuke menutup mulutnya dan menutup matanya, ia membukanya kembali sedetik kemudian dan melihat selimut penuh dengan muntahan Sakura.

"Oh sial."

Sakura menunduk, kemudian menatap Sasuke dan mulai menangis, "Maafkan aku."

Sasuke menggelengkan kepalanya dan berdiri di samping tempat tidur, "Sini."

"Aku... aku minta maaf," ucap Sakura ketika ia merangkak ke arah Sasuke dan pemuda itu memegangnya seperti bayi, membawanya ke kamar mandi, "Aku tidak mau..." ucapnya lagi di antara isak tangisnya, "...ini terjadi."

Sasuke mencium kening Sakura, "Jangan khawatir, aku pantas mendapatkannya setelah bersikap brengsek padamu begitu lama."

***

Sakura terbangun dengan merasakan beban dunia seperti berada di atas pundaknya dan seorang drummer bermain dengan gila di dalam kepalanya. Ia perlahan-lahan duduk, memegangi kepalanya dan memandang ruangan yang tampak begitu familiar. Ia berada di kamar orang tuanya, tapi tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di sana. Yang bisa diingatnya hanyalah berada di pesta bersama Ino dan Hinata, hanya itu.

Sakura menghela napas dan melihat ke samping, mendapati Sasuke sedang tidur di sebelahnya. Ia tersenyum pada dirinya sendiri, mengagumi betapa imutnya Sasuke saat tidur. Ia memutuskan untuk membangunkan pemuda itu dan beberapa menit kemudian, Sasuke mengusap matanya dan tersenyum pada Sakura, "Hei, Cherry."

"Cherry?"

Sasuke duduk dan memeluk Sakura, "Ya, Cherry-ku," Ia mencium pipi Sakura dan membisikkan 'selamat pagi' di telinga gadis itu.

Sakura menjauh dari Sasuke, "Aku belum memaafkanmu, Sasuke."

"Kupikir kau melakukannya," ucap Sasuke bingung, "Tadi malam."

"Tadi malam?" tanya Sakura, mengusap rambutnya," Aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi tadi malam."

Sasuke merasa seperti ada batu besar yang baru saja memukulnya di tengah-tengah kepalanya, tapi ia mengangguk setuju, berusaha untuk tidak menunjukkan kekecewaannya, "Oke," Ia berdiri, "Aku akan membangunkan yang lain."

"Sasuke?"

Sasuke berbalik untuk menghadap Sakura lagi. "Um, apa aku mempermalukan diriku sendiri tadi malam?" tanya Sakura.

"Tidak, jangan khawatir," Sasuke tersenyum kecil pada Sakura, "Kau tidak melakukan kesalahan."

Sakura mengangguk, "Oke."

Sasuke menghela napas sebelum berjalan keluar dari kamar dan berjalan ke kamar-kamar lain untuk membangunkan teman-temannya. Sepuluh menit kemudian mereka sudah berkumpul di dapur untuk sarapan.

"Wow, terasa ada badai di sini," ucap Naruto seraya mengambil sekotak sereal dari Sai.

"Rasanya ada badai di kepalaku," ucap Hinata sambil mengusap keningnya, kesal.

"Aku juga," ucap Ino.

"Ya," Sakura setuju.

Sai tertawa, "Kalian banyak minum tadi malam, benar-benar gila," Ia menatap Sasuke, "Bukan begitu, Sasuke?"

Sasuke hanya mengangkat bahu.

"Jadi," Naruto memulai, "Ini hari Sabtu dan Mebuki-basan dan Fugaku-jisan tidak akan pulang sampai hari Senin, kan, Teme?" Sasuke mengangguk pelan. Kemudian Naruto menambahkan, "Aku ingin mengadakan pesta yang sangat keren hari ini untuk kita. Banyak minuman dan musik yang hebat. Siapa yang setuju?"

Sai mengangkat tangannya, "Aku."

"Aku," ucap Hinata, Ino dan Sakura bersama.

"Dan kau, Teme?" tanya Naruto pada Sasuke, menepuk lengan sahabatnya dengan pelan, "Kau setuju, kan?"

"Ya, terserahlah," ucap Sasuke putus asa.

"Baiklah," Naruto bertepuk tangan, "AYO BERPESTA!"

Sakura, Ino dan Hinata memegangi kepala mereka bersamaan, "Tutup mulutmu."

Naruto hanya memutar matanya dan meneguk susunya.

"Aku tidak ingin terdengar seperti ibuku, tapi kita harus membersihkan rumah lebih dulu," ucap Sasuke, "Siapa yang setuju?"

"Huuh..."

***

I never knew

I never knew that everything,

Was falling through

That everyone I knew

Was waiting on a cue

To turn and run

When all I needed was the truth

Malam itu pesta dimulai, dan sudah ada orang-orang mabuk duduk di mana-mana di sekitar ruangan. Naruto menyapa beberapa orang dan memperkenalkan mereka pada teman-temannya.

"Suara yang bagus," ucap Sai, mengomentari lagu terkenal yang diputar.

Sasuke mengangguk, "Ya, aku suka lagu itu."

Para gadis mulai menari dan beberapa pria mengelilinginya. Salah satu dari mereka, seorang pria berambut pirang bertanya pada Sakura apakah gadis itu ingin menari dengannya dan gadis itu mengangguk, Sakura benar-benar bangga bisa menggoda seorang pemuda kampus. Begitu Sasuke menyadari Sakura menari dengan orang lain, ia merasa marah. Ia menyilangkan lengannya dan menghela napas. Persetan dengan dirinya sendiri karena bersikap bajingan dan menarik kesimpulan sendiri tentang masalah kemarin. Hingga Sakura benar-benar mengabaikannya sepanjang hari dan ia tahu ia pantas mendapatkannya setelah sangat menyakiti gadis itu. Ia menyesap birnya, matanya tidak pernah meninggalkan Sakura-nya.

But that's how it's got to be

It's coming down to

Nothing more than apathy

I'd rather run the other way

Than stay and see
The smoke and who's still

Standing when it clears

Naruto berjalan ke arah Hinata dan memeluk gadis itu, keduanya menari dan tertawa. Sai melakukan hal yang sama dengan Ino. Sasuke mengambil bir lagi dan meminumnya lebih cepat. Ia melihat pemuda yang menari dengan Sakura mengatakan sesuatu di telinga Sakura yang membuat gadis itu tertawa. Brengsek.

"Hei, kau mau menari bersamaku?" suara seorang gadis tiba-tiba terdengar dari belakang Sasuke.

Sasuke tanpa menoleh ke belakang, menggelengkan kepalanya menolak.

"Aw, kau tidak perlu bersikap kasar."

Sasuke mengabaikan gadis itu dan terus menatap Sakura. Ia berada di pesta ini, untuk memiliki lebih banyak waktu mengagumi Sakura, bukan menggoda gadis-gadis kampus. Ia pernah membuat kesalahan dengan mengajak kencan gadis yang salah satu kali dan ia tahu ia tidak ingin melakukannya lagi.

And everyone knows I'm in

Over my head

Over my head

With eight seconds left in overtime

She's on your mind

She's on your mind

Jantung Sasuke mulai berdegup kencang saat alkohol di dalam tubuhnya berefek. Ia merasakan darahnya mengalir lebih deras dan rasa cemburu membakar matanya. Sakura melirik ke belakang sedikit dan melihat Sasuke. Gadis itu menggigit sudut bibirnya dan mengalihkan perhatiannya kembali ke pemuda kampus di hadapannya.

"Aku memperhatikanmu sepanjang malam dari seberang ruangan," ucap seorang gadis berambut merah pada Sasuke dengan senyum genit.

"Kenapa kau tidak kembali ke seberang ruangan dan terus memperhatikan?" ucap Sasuke membentak dan mata gadis itu melebar sebelum melangkah pergi. Sasuke tidak ingin bersenang-senang dengan orang lain malam ini, hanya Sakura. Ia perlu memikirkan sesuatu untuk mendapatkan gadis itu kembali.

Let's rearrange

I wish you were a stranger

I could disengage

Just say that we agree

And then never change

Soften a bit

Until we all just get along

Sasuke menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke arah Sakura. "Bisa aku bicara denganmu?" tanyanya pada gadis itu.

"Dia sibuk di sini, Bung," ucap pemuda berambut pirang yang menari dengan Sakura.

Sasuke menatap pemuda itu dengan tajam, "Aku tidak berbicara denganmu."

"Tapi dia menari denganku," Pemuda berambut pirang itu tertawa tak percaya, "Dia tidak bisa pergi denganmu sekarang."

Pemuda kampus itu menarik lengan Sakura ke sisi lain ruangan dan Sakura menoleh ke belakang, sedikit menyesali tindakannya. Sasuke terus menatap pemuda aneh yang mengambil Sakura darinya dan rasa marah mulai menguasai tubuhnya. Ia menutup matanya, berusaha menenangkan diri.

And suddenly

I become a part of your past

I'm becoming the part

That don't last

I'm losing you

And it's effortless

Without a sound

We lose sight of the ground

In the throw around

Never thought that you wanted

To bring it down

I won't let it go down

'Till we torch it ourselves

Sasuke membuka matanya lagi, menatap lurus ke depan pada targetnya, ia akan mendapatkan Sakura kembali atau namanya bukan Uchiha Sasuke. Ia berjalan menghampiri Sakura lagi dan pemuda berambut pirang itu meletakkan tangannya di pinggang Sakura, udara dipenuhi ketegangan. Sasuke mengabaikan pemuda berambut pirang itu, meraih tangan Sakura dan menjalin jari-jari mereka. Sakura memberi senyum kecil rasa terima kasih dan Sasuke menarik gadis itu padanya. Pemuda kampus yang sebelumnya menari dengan Sakura mencoba memegangi pundak Sakura, tapi Sasuke mendorongnya dengan kasar.

And everyone knows I'm in

Over my head

Over my head

With eight seconds left in overtime

She's on your mind

She's on your mind

Sasuke menempatkan Sakura di belakangnya, melindungi gadis itu dengan tubuhnya sendiri, "Pergilah, dia gadisku."

Pemuda kampus itu melangkah lebih dekat ke arah Sasuke, "Aku melihatnya lebih dulu."

Sasuke mengepalkan tangannya, bersiap-siap untuk memperjuangkan miliknya jika perlu. Tidak masalah jika pemuda di depannya itu lebih tinggi dan lebih kuat darinya. Pemuda kampus itu tidak akan mendapatkan gadisnya dengan mudah. Sasuke bisa saja dipukul beberapa kali, tapi ia akan berdiri lagi dan terus berjuang sampai ia yakin Sakura hanya miliknya lagi. Ia menatap mata pemuda pirang itu, hitam bertemu cokelat, keduanya tidak pernah mengalihkan tatapan, bahkan untuk sedetik pun.

Sakura menjadi takut ketika ia merasakan seluruh tubuh Sasuke menegang seolah pemuda itu adalah binatang buas. Adrenalin memompa melalui nadi Sasuke dan Sakura bisa melihatnya keluar dari lengan pemuda itu karena kemarahan. Dada Sasuke naik turun sedikit cepat ketika pemuda itu bernapas dan meskipun Sakura masih marah pada Sasuke, ia tidak ingin melihat Sasuke terluka karena dirinya.

Tangan kecil Sakura meraih tangan besar Sasuke, membuat pemuda itu langsung merasa lebih tenang, "Maaf Kenji," ucap Sakura pada pemuda kampus itu, "Aku bersamanya."

Kenji menatap dua remaja itu selama satu menit penuh, menggumamkan sesuatu tentang membenci remaja sebelum berjalan pergi. Sasuke berbalik dan sebelum Sakura bisa mengatakan apa pun, Sasuke menghimpit Sakura ke dinding dan menyerang bibir gadis itu, menghisapnya dan memohon masuk. Tangan Sakura melingkar di leher Sasuke, menarik Sasuke lebih dekat dan membuka bibirnya, memberi ruang pada lidah Sasuke untuk bergerak di dalam mulutnya dan bergelung dengan lidahnya sendiri. Sasuke tersenyum dan memperdalam ciuman itu, melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dan menghasilkan erangan lembut gadis itu. Sakura mendorong Sasuke sedikit untuk mengambil napas, menawarkan lehernya yang diterima dengan senang hati oleh Sasuke, menghisapnya dengan keras dan memberi beberapa memar gelap di kulit gadis itu.

Sakura menarik wajah Sasuke padanya dan mereka memulai sesi berciuman panas lagi. Ketika udara mulai menipis, mereka menarik diri. Sasuke mengusap rambut Sakura dan menempelkan kening mereka. Ia membelai bibir Sakura yang bengkak dengan ibu jarinya, matanya tidak pernah berpaling dari bibir gadis itu.

"Aku mencintaimu," bisik Sasuke, masih terengah-engah akibat ciuman mereka, "Aku sangat mencintaimu."

Sakura tidak bisa menahan rasa menggelitik di dalam perutnya, "Aku juga mencintaimu."

***
To be continued

1 komentar:

  1. Anonim11:12 PM

    Kak kpn lanjut nihh? Bagus ceritanya:)

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan sopan :)