expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

To Have and To Hold #5


Chapter 5 - Perubahan


Ketika Sasuke berdiri di bawah semprotan air hangat di kamar mandi, ia masih benar-benar terkejut dengan reaksi Sakura, atau kurangnya reaksi gadis itu, di ruang makan beberapa menit sebelumnya membuatnya bingung. Ia hampir positif bahwa Sakura mencurigai dirinya menghabiskan malam dengan wanita lain. Tapi gadis itu jelas tidak ingin membicarakannya.
Ini tidak masuk akal bagi Sasuke, Sakura sangat marah ketika ia menyela gadis itu menonton The Sound of Music, tapi mengapa Sakura tidak terpengaruh setelah ia menghabiskan sepanjang malam di tempat yang ia rahasiakan? Gadis itu hot and cold...
Seraya melilitkan handuk, Sasuke melirik jam di kamar mandi. Naruto akan datang untuk acara jamming mereka dalam beberapa menit lagi. Ia berniat bertanya pada Naruto, mengapa sahabatnya itu mampir pagi tadi? Dan kemudian ia juga ingin tahu setiap hal yang dikatakan Sakura pada sahabatnya itu. Ia harus menggali sampai dasar mengapa Sakura tampak tidak peduli ketika sebagian dari dirinya mengatakan bahwa gadis itu sebenarnya peduli.
Sementara Sasuke masih mandi, Naruto telah tiba. Ekspresi prihatin di wajah Naruto ketika Sakura membukakan pintu menyentuh hati Sakura. Tapi tetap saja, ia tidak akan membiarkan emosinya muncul.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, Sakura-chan?" tanya Naruto ketika ia melangkah masuk.
"Aku baik-baik saja... um, Naruto, bisakah aku memintamu untuk tidak memberitahu Sasuke tentang percakapan kita pagi tadi?"
Naruto tampak bingung. "Uhh... kenapa?"
"Aku lebih suka kalau dia tidak tahu bahwa ketidakhadirannya mempengaruhiku dengan cara apapun. Aku khawatir itu hanya akan merenggangkan hubungan kami yang sudah lemah," Sakura menjelaskan dengan berbisik, takut Sasuke mendengarkan dari lantai atas.
Naruto berpikir sejenak. "Oke, kalau begitu... tapi aku masih akan memberinya pelajaran."
Sakura tersenyum. "Jika kau merasa perlu sebagai temannya, jangan biarkan aku menghentikanmu. Tapi tolong jangan lakukan hanya atas namaku."
Pada saat itu, mereka berdua berbalik setelah mendengar suara langkah kaki Sasuke di tangga. Sasuke berhenti mendadak ketika ia melihat Sakura bersama Naruto. "Dobe," sapanya datar.
"Teme." Naruto menjawab dengan dingin.
Sakura mengalihkan pandangannya dan tersenyum, "Selamat bersenang-senang." Kemudian ia duduk dan mengembalikan fokusnya ke tugas kuliahnya, berpura-pura seolah kedua lelaki itu tidak lagi berada di ruangan itu.
Sasuke dan Naruto berjalan melewati dapur dan keluar menuju garasi tanpa bicara, di mana Naruto mulai sibuk dengan drumnya.
Setelah beberapa menit, Naruto akhirnya berbicara. "Jadi, kau kemana?"
"Aku hanya... keluar."
"Jangan beri aku omong kosong, Teme... Kau pergi ke bar dan tidur dengan pelacur, bukan?"
Tertegun karena tertangkap basah, Sasuke hanya mengangkat bahu.
Naruto, jelas jengkel, melangkah maju. "Apa yang salah denganmu? Kau punya istri di sana... mengandung bayimu. Bisakah kau tidak menjadi bajingan yang lebih besar?"
Sasuke diam saja. Ia tidak bisa membela diri dan ia tahu tidak ada gunanya mencoba. Naruto membanting banyak barang sekarang, jelas kesal dengan temannya.
"Dengar, Dobe, ini bukan seperti dia benar-benar istriku... Maksudku, ya, dia adalah 'secara teknis' istriku... tapi... dia tidak membiarkan aku menyentuhnya dan aku cukup yakin dia membenciku... Shit! AKU TAHU aku mengacaukan semuanya. Aku benar-benar tahu itu. Aku hanya sangat marah..."
"Baik, apa yang terjadi yang menyebabkanmu menjadi bajingan besar seperti ini?" Naruto duduk di bak truk.
Sasuke memandangi halaman, "...Aku sedikit memintanya untuk tidur denganku dan dia benar-benar menolak... jadi aku kesal."
"Kenapa dia menolakmu? Apa kau bersikap romantis seperti 'Sakura, kau cantik dan kau mengandung anakku dan aku ingin membuatmu merasa fantastis lagi' atau hanya 'hei, mau melakukan seks?'"
Sasuke menatap tajam Naruto tapi tidak mengatakan apa-apa.
Sambil terkekeh, Naruto berbicara, "Ahh, oke, jadi kau pasti tidak mencoba untuk berbicara manis dengannya, kan? Apa yang kau harapkan, brengsek? Dia sudah hormonal karena kehamilannya dan dia mungkin ingin merasa didambakan."
"Dobe, apa kau sadar? Aku sudah pasti 'mendambakan' dia..."
"Kalau begitu katakan padanya... Tanpa memaksakan selangkanganmu dan mendesaknya, dan... aku tahu ini akan sangat sulit bagi seorang pria brengsek sepertimu, tapi cobalah JUJUR PADANYA. Selain itu, ini akan menjadi rencana yang luar biasa. Lagipula dia sedang hamil!"
Sasuke mengangkat tangannya di udara, "AKU TAHU! Kami hidup di rumah yang sama, kami sudah pernah berhubungan seks satu kali, jelas... dia tidak bisa hamil sekarang. Sepertinya rencana sialan ini sempurna bagiku. Tapi tidak..."
"Apa kau sudah mencoba berbicara dengannya hari ini?"
"Dia baru saja membuatku terkejut dengan sikapnya."
"Teme, kenapa kau tidak memberitahunya alasan kau menginginkannya... tapi jangan menjadi dirimu sendiri ketika kau melakukannya karena aku tidak bisa terus-menerus meredakan omong kosongmu itu."
Seolah ada bola lampu menyala di dalam otak kepala Sasuke, "Dobe, apa yang kau lakukan di rumahku pagi ini?"
"Aku datang untuk mengundang kalian berdua sarapan bersama. Kupikir aku akan berusaha menumbuhkan rasa persatuan di rumah mengerikan ini. Sebaliknya, aku menemukan sesuatu yang lain."
Sasuke memusatkan pandangannya pada Naruto, "Apa dia marah?"
Naruto ingin merahasiakan percakapannya dengan Sakura karena gadis itu yang memintanya, jadi ia berkata, "Tidak marah. Tapi terluka... dan dengar, Teme, aku tahu ini bukan urusanku, tapi kau harus benar-benar menjaga penismu dari pelacur mulai sekarang. Suka atau tidak, hidupmu sudah berbeda jadi kau perlu bertindak berbeda juga."
Sasuke mengangguk, tahu bahwa ucapan Naruto sangat benar. "Ya, aku mengerti... Sekarang bisakah kita berangkat?"
***
Sasuke kembali beberapa jam kemudian, melangkah masuk ke dalam rumah yang sunyi. Perutnya bergemuruh, dan ia pergi mencari Sakura. Ia membuka pintu kamar Sakura dan melihat gadis itu berbaring di tempat tidur. Berjalan dengan tenang, ia duduk di tepi tempat tidur dan dengan pelan menyentuh bahu gadis itu.
"Sakura?"
Sakura bergumam di balik selimutnya.
"Saku..." Sasuke mencoba lagi.
Sakura mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling, sedikit bingung. "Sasuke, jam berapa sekarang?"
"Sekitar jam enam... Aku akan memesan beberapa masakan Cina untuk kita makan malam. Bagaimana menurutmu?"
Sakura mengangguk, merebahkan kepalanya kembali.
"Aku akan memanggilmu ketika makanan tiba di sini."
Sakura menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti 'oke' dan Sasuke melangkah keluar kamar dengan tenang untuk memesan makan malam.
Tiga puluh menit kemudian, Sakura mengambil gugup sepotong brokoli dan perlahan-lahan mengangkatnya ke mulutnya. Kelopak matanya masih terasa berat.
Sasuke memperhatikan Sakura dengan seksama ketika ia memasukkan mie lo mein ke dalam mulutnya. "Kau terlihat sangat lelah," komentarnya.
Sakura tersenyum muram. "Anak ini benar-benar menyerap energiku. Aku belum pernah tidur siang sangat lama dalam hidupku bulan lalu."
Mereka makan dalam keheningan, Sasuke masih menikmati makanannya dan Sakura sudah akan berdiri. Tapi Sasuke menahannya, "Sakura... bisa kita bicara tentang semalam?"
Sakura menghela napas. "Sasuke, aku sudah bilang tidak apa-apa..."
Sasuke menyela. "Tidak, maksudku aku ingin berbicara tentang alasan kita bertengkar... tentang... seks."
"Aku sudah bilang..."
Sasuke menyela lagi. "Bisa aku bicara dulu?"
"Maaf... tentu." Sakura melipat tangannya di pangkuannya, bersiap untuk mendengarkan.
"Dengar, aku belum pandai menjelaskan diriku sendiri tapi aku ingin mencoba menyampaikan ini." Sasuke menghembuskan napas dan melanjutkan, "Dobe memberitahuku bahwa aku perlu berkomunikasi dengan lebih baik, jadi begini; kau dan aku sudah menikah... ya, itu memang hanya di atas selembar kertas, tapi kita masih hidup di bawah satu atap. Kita bersama-sama, memang aneh, seaneh kekacauan yang terjadi. Tapi, aku hanya berpikir masuk akal bagi kita untuk 'bersama' karena kau hamil dan... shit... kau sangat menarik, Sakura!"
Mata Sakura melebar? "Apa? Kau berpikir aku menarik?"
Sasuke berdiri dari meja dan berjalan ke tempat Sakura duduk. Ia berlutut di depan Sakura sehingga ia bisa bertemu tatap dengan gadis itu.
"Kau itu sangat cantik..."
Sasuke memperhatikan mata Sakura sedikit berkaca-kaca. Sepertinya Sakura belum pernah memiliki pria yang mengatakan itu sebelumnya. Sasuke tidak percaya ini benar-benar menakjubkan—kata-kata yang sering dipakai pria cengeng ternyata sangat hebat.
Sakura tersenyum pada Sasuke tapi tidak mengatakan apa-apa, jadi Sasuke menganggap itu sebagai isyarat untuknya melanjutkan.
"Kau dan aku masih muda dan aktif dalam seksual. Maksudku, aku tahu aku adalah yang pertama bagimu tapi sekarang kau hamil dan aku tahu bahwa wanita hamil menjadi lebih mudah terangsang. Aku pria dan menyukai seks setiap saat... Masuk akal jika kita melakukannya bersama."
Wajah Sakura merah padam pada pernyataan Sasuke bahwa ia 'terangsang', meskipun itu benar, ia hanya malu untuk mengakuinya. Sebagai gantinya, ia duduk sedikit lebih tegak, "Karena kita sudah saling jujur, aku akan mengatakan bahwa aku... merasa saranmu menarik."
Sasuke akan tersenyum sampai Sakura meletakkan tangannya di depan wajah pemuda itu.
"Tapi... aku harus bisa memercayaimu, Sasuke. Aku harus bisa tahu bahwa jika kau bersamaku, kau HANYA akan bersamaku. Aku tidak bisa jika kau membawa orang lain diantara diriku dan bayi ini."
"Sakura, aku tidak akan pernah membawa orang lain diantara kalian."
"Kau berkata seperti itu sekarang... tapi aku perlu percaya. Dan itu membutuhkan waktu."
Mereka berdua terdiam sesaat sementara Sasuke memproses kata-kata Sakura. "Jadi... kau butuh waktu?"
"Ya..."
Sasuke menyeringai. "Oh, aku punya waktu, Sayang. Aku punya banyak waktu di dunia ini."
Sakura memukul lengan Sasuke dan kemudian menggunakan tangan yang sama untuk mengusap bisep pemuda itu. "Terima kasih sudah menjelaskan dirimu padaku, Sasuke. Dan aku minta maaf aku terlalu berlebihan tadi malam."
"Aku juga minta maaf." Sasuke mengusap lutut Sakura pelan dan kemudian berdiri. "Sekarang habiskan makananmu. Anakku butuh nutrisi."
Sasuke duduk kembali di kursinya, mengambil mie lo mein lain, dan segera kembali melanjutkan makan malamnya, merasa jauh lebih baik daripada yang ia rasakan selama berhari-hari. Sakura ingin bukti? Ia pasti bisa melakukan itu.
***
"Uchiha?" panggil seorang perawat wanita seraya melihat clipboard di tangannya. Mendongak, ia mengamati ruangan itu. Ia melihat pasangan muda berdiri dari kursi di sudut dan berjalan ke arahnya. "Kalian berdua ikuti aku."
Sakura dan Sasuke mengikuti perawat itu melewati pintu. Perawat itu membawa mereka ke sebuah ruangan kecil dengan meja dan peralatan medis.
"Silakan duduk. Dokter akan menemui kalian sebentar lagi." Perawat itu keluar dan menutup pintu, meninggalkan Sakura dan Sasuke duduk dalam diam.
Sakura sekarang berada di minggu ke 12 kehamilannya. Sudah tiga minggu sejak percakapan mereka di meja makan tentang gagasan memperkenalkan seks ke dalam hubungan mereka. Sejak itu, Sasuke lebih memperhatikan kebutuhan Sakura—seperti saat Sakura menginginkan es krim, Sasuke akan memastikannya, saat Sakura menginginkan biskuit DI ATAS es krim, Sasuke akan meremukkan biskuit untuknya.
Ketika Sasuke menunjukkan sisi yang lebih manis, Sakura mulai menganggap pemuda itu lebih menarik. Ditambah lagi, hormonal Sakura yang semakin memburuk dan kemauannya yang tidak bisa dijawab dengan 'tidak' ketika ia sangat membutuhkan Sasuke.
Seorang dokter berwajah bule masuk ke ruangan itu dan menyuruh Sakura untuk berbaring dan mengangkat setengah bajunya. Sakura melakukan apa yang diperintahkan sementara Sasuke memperhatikan dari kursi. Dengan Sakura berbaring telentang, Sasuke memperhatikan perut buncit yang nyaris tak terlihat untuk pertama kalinya. Dokter memberikan gel pada perut Sakura dan kemudian mulai menjalankan 'tongkat sihir' di atasnya.
Dokter wanita itu memandang Sasuke, "Apa ini sonogram pertamamu, Dad?"
Sasuke mengangguk, sedikit aneh dipanggil 'Dad'. Dokter memberi isyarat baginya untuk mendekat, dan ia menggeser kursinya ke samping Sakura. Tak lama setelah itu, gambar-gambar yang membingungkan mulai muncul di layar kecil di depan mereka. Akhirnya, sebuah gumpalan muncul di tengah layar.
Dokter mulai menjelaskan. "Ini kepalanya... dan ini kakinya."
Mata Sasuke seolah mulai terbakar. Ia memandang ke bawah, berkedip-kedip, mencoba memeriksa dirinya sendiri, sebelum memandang ke atas lagi. Dokter itu diam, membiarkan mereka berdua menatap layar. Sasuke memandang wajah Sakura dan gadis itu tersenyum melihat gambar di layar.
"Bayinya terlihat sangat sehat, Mr dan Mrs. Uchiha. Kalian benar-benar tepat sasaran dengan kehamilan ini."
Pada saat itu, Sasuke menyadari bahwa ia menahan napas. Ia menatap layar dengan seksama, lalu ke perut Sakura, lalu kembali ke layar.
Bayiku.
Anakku... di sana.
Wow.
Sakura mengamati wajah Sasuke dengan penuh rasa ingin tahu, mengamati serangkaian emosi yang tampaknya menghampiri pemuda itu.
Sakura menjangkau tangan Sasuke dan menggenggamnya. "Apa kau baik-baik saja, Sasuke?"
Sasuke mengangguk dalam diam, matanya menatap sedikit naik di perut Sakura.
Dokter menekan beberapa tombol dan kemudian memberi Sakura handuk agar ia bisa membersihkan gel dari perutnya. Sasuke merasa tak rela saat melihat gambar di layar menghilang, tapi beberapa menit kemudian, matanya berbinar setelah memegang beberapa foto dan DVD di tangannya ketika mereka keluar dari sana.
Berjalan kembali ke mobil, Sakura mengamati Sasuke dari sudut matanya.
"Itu..." Sasuke akhirnya berbicara ketika mereka berdua masuk ke dalam mobil, "...benar-benar luar biasa! Apa kau melihat kakinya? Itu sangat jelas... Maksudku... Wow... Holy shit..."
Sakura tersenyum. "Ini sangat menyenangkan, bukan?"
"Luar biasa."
Sasuke menyalakan mobil dan menjalankannya. Ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang, Sasuke teringat sesuatu, "Perutmu akan semakin membesar mulai sekarang. Apa kau sudah menyiapkan baju hamil?"
Sakura menggelengkan kepalanya.
"Baik, di mana ada toko untuk wanita hamil di sekitar sini? Aku ingin membelikannya untukmu!"
Terpikat dengan Uchiha Sasuke yang rentan secara emosional dan sangat bersemangat, Sakura menyetujui ide Sasuke dan pemuda itu langsung membelokkan mobil menjauh dari arah rumah.
Dua jam kemudian, mereka melangkah meninggalkan mall dengan tiga tas belanja penuh pakaian hamil.
***
Malam itu, jauh setelah Sakura tertidur, Sasuke duduk di ruang tamu dan menonton ulang DVD sonogram bayinya lagi. Dan dengan cara yang sepenuhnya 'pria', ia membiarkan dirinya sedikit emosional—tapi tidak terlalu intens karena seorang Uchiha Sasuke tidak pernah cengeng.
Adanya bayi mereka terasa begitu nyata sekarang.
Sasuke tiba-tiba berpikir tentang gadis berambut aneh yang sekarang sedang tidur di kamar utama. Dalam tiga minggu sejak percakapan mereka saat makan malam, ia benar-benar berusaha untuk mengenal Sakura. Ia menemukan bahwa Sakura cukup cerdas dan memiliki sedikit sikap keras kepala. Dan meskipun keinginan Sakura yang memuakkan untuk menggabungkan es krim dan biskuit, gadis itu tetap benar-benar mengagumkan. Sasuke setia pada kata-katanya dan tidak menyentuh wanita lain selama berminggu-minggu ini dan terus terang, itu benar-benar tidak membunuhnya seperti yang ia pikirkan.
Masih berpikir keras, Sasuke berjengit ketika mendengar pintu kamar Sakura terbuka. Tanpa alas kaki dan dengan rambut tergerai, gadis itu berjalan ke dapur. Sasuke berdiri dari sofa dan mengikuti Sakura, "Apa semuanya baik-baik saja?"
Sakura mengangguk. "Hanya haus... dan aku ingin es krim."
Sasuke terkekeh dan berjalan mendekati Sakura. Gadis itu mengulurkan tangan ke kabinet dapur dan Sasuke melihat kaos gadis itu terangkat sedikit, memperlihatkan perutnya yang sedikit membuncit. Sekali lagi, mata Sasuke tertarik pada Sakura dan ia merasa dirinya terangsang sekarang. Ya Tuhan, aku harap Sakura segera percaya padaku...
***
To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)