Chapter 16 - Baby Shower
Beberapa minggu setelah kabar mengejutkan tentang kemajuan hubungan antara Naruto dan Hinata yang dipicu oleh Uchiha Sasuke, Sakura kini sedang bersantai di depan televisi pada Sabtu pagi itu. Saat ini kehamilannya memasuki usia 33 minggu, perutnya membesar dengan cepat dan ia mendapati bahwa gagasan untuk berjalan-jalan semakin tidak menarik.
Mengganti saluran TV, Sakura memutar matanya ke arah Paula Dean ketika ia melewati acara The Food Network dan berhenti di saluran TCM. Menemukan salah satu film musikal favoritnya, ia segera memandangnya terpesona, terlepas dari kenyataan bahwa ia telah menonton film itu puluhan kali.
Sasuke turun ke lantai bawah dan menjatuhkan dirinya di sofa di sebelah Sakura, yang segera mendapatkan tatapan puppy eyes dari gadis itu, yang memaksanya keluar untuk mencari tempat hiburan lain. Memelototi Sakura, Sasuke bangkit dari sofa dan melangkah ke pintu, ia memutuskan bahwa mereka membutuhkan dua televisi sehingga ia tidak perlu berebut dengan istrinya itu.
Berdiri di halaman depan rumahnya, Sasuke mendengar pintu mobil dibanting dan ia menoleh ke halaman rumah ibunya, melihat Ino membawa masuk sekitar dua lusin balon biru mengkilap. What the hell? Selanjutnya, Mikoto berlari keluar rumah dan menarik sebuah kotak roti besar dari bagasi mobil Ino. Serius, apa yang terjadi? Mikoto melambai ke arah Sasuke dan memberi isyarat bagi putranya untuk mendekat.
Berlari kecil menghampiri ibunya, Sasuke menatap ke arah mobil Ino, yang penuh dengan hadiah, dekorasi, dan barang-barang berwarna biru lainnya.
"Ada apa ini?" tanya Sasuke, menyandarkan dirinya ke mobil Ino.
"Kami akan mengadakan baby shower kejutan untuk Sakura-chan dalam dua jam, jadi kau harus memastikan dia tetap di rumah," ucap Mikoto terburu-buru, matanya melesat ke mobil Ino.
Sasuke mendengus. "Itu bukan masalah. Dia sedang menonton film bodoh yang membuatku ingin membakar diriku sendiri. Dia tidak akan ke mana-mana!"
Mikoto tampak lega. "Baiklah, Itachi akan datang menjemputnya nanti."
Kening Sasuke mengerut, "Itachi-nii? Dia seorang pria dan ikut baby shower? Kurasa aku ingin tertawa di depan wajahnya sekarang."
"Aku tidak mau dia terus sibuk dengan teman-temannya, lagipula aku membutuhkan tenaganya untuk membantu dekorasi," Mikoto kemudian mengibaskan tangannya, "Sudahlah, yang terpenting kau harus memastikan Sakura-chan tidak kemana-mana, dan jika dia mencoba pergi, alihkan perhatiannya dan buat dia tetap di rumah."
Bibir Sasuke melengkung menjadi seringai. "Oh, jangan khawatir, Kaasan. Aku bisa membuatnya tetap di rumah. Dan aku tahu pasti bagaimana mengalihkan perhatiannya, aku janji."
Mikoto, jelas menangkap keganjilan dalam ucapan putranya, ia memukul lengan Sasuke disertai tatapan menyipit. "Dia adalah wanita hamil dan kau pria yang mesum, sangat mesum."
Sasuke mengangkat bahu, ia tahu tidak ada gunanya membela diri. "Tidak masalah. Sakura menyukaiku yang mesum... bye, Kaasan." Ia kemudian berbalik.
"Ingat, jangan bilang apa-apa padanya!" seru Mikoto saat Sasuke mulai berjalan menjauh. Pemuda itu mengangkat jempolnya sebagai jawaban, berjalan kembali ke rumah.
Memasuki rumah, Sasuke menjatuhkan diri di sofa dan melingkarkan lengannya di bahu Sakura. Melirik TV, ia memutar matanya. Pemeran utama dan teman-temannya yang kelihatan bodoh sedang bernyanyi di troli sekarang. Ia memperhatikan film itu selama beberapa menit, matanya menyipit pada kebodohan di hadapannya.
"Sayang, aku tahu kau suka ini, tapi omong kosong ini mengerikan," ucap Sasuke, sedikit lebih keras daripada suara TV karena istrinya itu menyuruhnya diam, tidak sedikit pun mengalihkan pandangannya dari layar. "Serius, Saku..."
"Shhhh..." gerutu Sakura.
Sasuke memutar matanya, membuka sandalnya agar ia bisa menumpukan kakinya di atas meja kopi dan menyandarkan kepalanya ke belakang. Jika Sakura masih terpikat pada film yang memiliki tatanan rambut bodoh itu, ia lebih baik tidur siang.
***
Beberapa saat kemudian, terdengar ketukan cepat di pintu sebelum berayun terbuka dan Itachi melangkah masuk. Sakura mendongak dari TV dan menoleh ke arah Itachi.
"Hei, Sakura," sapa Itachi sedikit berbisik, berusaha menahan suaranya karena ia bisa mendengar adiknya mendengkur di sebelah Sakura.
"Hai, Itachi-nii. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja... Uhh... Ibuku menyuruhmu menemuinya segera. Dia punya sesuatu yang ingin dia tunjukkan padamu."
Sakura melirik Sasuke, yang dengkurannya semakin keras setiap menitnya. Mendekat ke telinga suaminya, Sakura berbisik, "Sayang, aku akan ke rumah ibumu sebentar."
Sasuke bergumam, "Bersenang-senanglah," sebelum mengeluarkan dengkuran keras lainnya.
Dengan pelan Sakura melepas lengan Sasuke dari pundaknya, ia mencium kening suaminya, memakai sandalnya, dan mengikuti Itachi keluar rumah dan menyusuri jalan.
Ketika mereka semakin dekat ke rumah Mikoto, Sakura memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu. Ia mengenali mobil Ino dan Hinata yang diparkir di jalan dekat rumah. Apa yang sedang terjadi?
Itachi mengetuk pintu dan kemudian mendorongnya hingga terbuka. Ada suara berisik "shhhh" ketika Sakura melangkah masuk dan kemudian seisi ruangan yang penuh wanita itu berteriak, "Kejutan!"
Sambil memandang ke sekeliling ruang tamu rumah Mikoto, Sakura merasakan air mata mengumpul di pelupuk matanya. Sebuah spanduk besar bertuliskan 'It's a boy!' tergantung di atas pintu ruang makan dan ia bisa melihat ada kue berukuran besar di meja makan. Hadiah-hadiah ditumpuk di atas meja yang lebih kecil di salah satu sudut ruang tamu, balon-balon biru ada di mana-mana, dan banyak orang, yang sebagian besar belum pernah dilihat Sakura, menatapnya dari berbagai sudut di ruangan itu.
Mikoto melangkah mendekati Sakura, meraih satu tangan gadis itu dan melingkarkan lengan di punggung Sakura, menariknya lebih dekat. "Bagi kalian yang belum bertemu dengannya, ini adalah istri Sasuke. Sakura."
Hampir selusin wanita berdiri dan berjalan mendekati Sakura. Satu demi satu, mereka memperkenalkan diri dan Sakura berusaha mengingat nama empat saudara perempuan Mikoto dan tujuh keponakannya. Ia merasa sedikit kewalahan dengan jumlah keluarga Sasuke yang sekarang menatapnya.
Memeluk cepat Ino dan Hinata, Sakura berjalan ke tempat Itachi berdiri, satu-satunya pria yang ada di sana, "Kau harus membantuku mengingat semua nama bibimu, Itachi-nii."
Itachi mendengus seperti Sasuke, "Seharusnya tidak sesulit itu. Bibi dengan rambut keabu-abuan, yang kelihatan seperti lobak? Itu Mariko-basan. Dia punya tiga anak perempuan yang berdiri di samping meja..." Sakura melirik ke arah sana, tapi sebelum ia benar-benar melihat mereka yang mana, Itachi melanjutkan, "Ya, tiga perempuan dengan hidung besar. Mereka adalah anak Mariko-basan. Dua yang paling jelek, mereka kembar, Kaori dan Kaoru. Lalu adik mereka, dengan hidung yang sedikit lebih kecil, itu Kirei."
Sakura terkikik pelan pada penilaian kakak iparnya tentang keluarganya. Memutar kepalanya ke arah Mikoto, Itachi menyikut Sakura dan melanjutkan. "Wanita yang berbicara dengan ibuku sekarang? Itu Tami-basan. Dia tidak punya anak... umm, dia punya 14 kucing yang dia sebut anak-anaknya, tapi dia tidak punya anak manusia. Dia tinggal di perbatasan kota dan perlu tinggal di sana sejauh yang kuketahui."
Sakura terkekeh.
"Dan yang bertubuh besar dengan rok bermotif macan tutul? Itu Rinna-basan. Dua anak perempuannya, Yuna dan Akari, yang duduk di sofa."
Sakura melirik ke arah mereka, memperhatikan betapa mereka tampak seperti ibu mereka.
"Dan yang terakhir Naori-basan, yang membosankan, yang sedang bersama Hinata. Dua anak perempuannya, Asuka dan Nikki, mungkin sedang sibuk makan karena mereka seperti babi."
Sakura tertawa terbahak-bahak. "Jadi, bagaimana pendapatmu tentang mereka, Itachi-nii?"
Itachi memutar matanya. "Kau harus menyayangi keluargamu, kan? Keluarga ibuku kebetulan sekelompok orang aneh. Ibu adalah yang paling normal di antara mereka semua, demi Tuhan."
Tepat saat itu, Hinata menarik perhatian semua orang dengan berjalan ke arah Sakura, dan itu digunakan Itachi untuk mengambil kesempatan kabur dari ruangan itu.
"Sakura-chan, aku tahu kau dan aku belum lama berteman, tapi aku benar-benar ingin memastikanmu memiliki acara baby shower. Jadi aku berbicara dengan Mikoto-basan dan Ino, dan kami merencanakan semua ini. Lagipula, suamimu sudah membantu meyakinkan Naruto untuk melamarku dan aku ingin membalas budi! Ngomong-ngomong..." Hinata memandang ke seisi ruangan, "Ayo kita mulai permainannya!"
Selama 45 menit berikutnya, Sakura terpaksa memainkan banyak permainan baby shower. Jika bukan baby shower-nya sendiri, ia mungkin akan kabur dan bersembunyi di kamar mandi. Tapi menyaksikan keluarga Sasuke melakukan hampir semua permainan ternyata sangat menghibur dan bahkan membuat permainan baby shower yang paling aneh terlihat pantas dimainkan.
Selama 'Baby Bingo', Bibi Mariko dan Bibi Tami terlibat perdebatan tentang siapa yang menyebut 'Bingo' terlebih dulu. Setelah Mariko menyebut Tami sebagai 'psikopat', dan Tami menyebut rambut Mariko seperti rambut kemaluan dinosaurus Barney, Mikoto akhirnya mencoba memecah perdebatan itu. Tapi Tami, memberitahu adik perempuannya, Mikoto, untuk mengurus urusannya sendiri karena Mariko jelas salah. Dan Naori, yang tertua dan biasanya bertugas menjaga ketertiban saudara-saudaranya, memberitahu Tami untuk menutup mulut dan menghormati adik perempuannya karena mereka semua adalah tamu di rumah adik mereka itu.
Tidak lama kemudian, kelima saudara itu berdiri berhadap-hadapan, menjerit dan saling menunjuk dengan jari mereka ke wajah masing-masing.
Sakura, Ino, dan Hinata duduk di sofa, air mata mengalir dari sudut mata mereka karena tertawa terbahak-bahak. Sedangkan sepupu-sepupu Sasuke tampak ngeri pada perilaku ibu-ibu mereka—kecuali untuk Asuka dan Nikki, karena benar kata Itachi, mulut mereka penuh dengan Cheetos dan tampaknya tidak melihat keributan yang terjadi di depan mereka.
"Kenapa aku merasa seperti menonton komedi?" Hinata berbisik pada Sakura, yang menyeka air mata dari matanya setelah mendengar Mikoto memberitahu Tami bahwa napasnya berbau seperti kotoran kucing.
Ino, memegangi perutnya karena tertawa, mendengus, "Aku merasa seperti menonton The Jerry Springer Show!"
Sepupu Sasuke, Kaori—atau mungkin itu Kaoru, Sakura tidak tahu—berdiri dan berjalan ke arah Sakura di sofa. Dengan ekspresi ngeri di wajahnya, ia berbisik, "Ini adalah kesalahan untuk menyatukan mereka semua. Inilah sebabnya kenapa kami tidak pernah mengadakan pertemuan keluarga selama bertahun-tahun."
"Sungguh, tidak apa-apa," ucap Sakura, menyeka air matamya lagi.
"Tidak," Sepupu Sasuke itu memandang Hinata, "Bagaimana kalau kita pindah ke ruangan lain dan membiarkan Sakura membuka hadiah? Jika nanti kelima naga di sana berhenti berdebat, mereka bisa bergabung dengan kita."
Diam-diam, mereka melangkah pergi, meninggalkan para ibu mereka untuk berdebat sampai mereka kehabisan napas atau salah satu dari mereka meninggal.
Pada saat lima saudara perempuan itu akhirnya sepakat bahwa Tami yang menyebut 'Bingo' terlebih dulu, Sakura telah membuka hampir semua hadiah di ruangan sebelah. Mikoto masuk ke ruangan itu, memandang pada kertas-kertas kado yang telah dirobek, "Sial, kenapa kami tidak tahu kau sudah membuka hadiah?"
Ino memutar matanya ke arah Mikoto dan menoleh ke arah Sakura. Meraih tas kecil di sampingnya, ia dengan senyum lebar menyerahkannya pada Sakura. "Ini, ini dariku."
Sakura membuka tas kertas itu dan mengeluarkan t-shirt merah kecil yang bertuliskan 'Baby Uchiha' di depannya.
"Ini sangat lucu!" Sakura berseru.
"Baca di baliknya," ucap Ino sambil tersenyum.
Sakura membaliknya dan mulutnya terbuka. Bagian belakang t-shirt itu bertuliskan 'Badass in Training'.
Tergagap, Sakura memandang Ino dan kemudian kembali memandang t-shirt itu. "Sasuke akan menyukai ini!" Ia tersenyum lebar. Begitu pula Ino, menikmati pujian sahabatnya.
***
Akhirnya, keluarga Uchiha satu-persatu mulai pergi. Sebesar apapun Sakura senang bertemu dengan mereka, ia tetap takut dengan suara keras dan umpatan yang tak ada henti-hentinya—meskipun mulut Sasuke sama buruknya!—Tapi ini bisa secara permanen merusak bayi mereka. Ditambah lagi Sakura cukup yakin bahwa telinganya berdengung setelah Bibi Tami yang tampaknya memiliki masalah pendengaran yang tidak terdiagnosis selalu berbicara dengan berteriak, memberitahu Sakura foto-foto '14 bayi kucing' yang sedang menunggunya pulang.
"Kaasan, Hinata-chan, Ino-pig, terima kasih banyak," ucap Sakura, memandang tumpukan besar hadiah yang menunggu untuk dibawa pulang ke rumah. Hanya ada sedikit makanan yang tersisa—berkat sepupu Sasuke yang mirip penyedot debu—tapi banyak sampah berserakan di rumah kecil Mikoto.
Mikoto memeluk Sakura dan kemudian mencium pipi gadis itu. "Apapun untuk anak perempuanku dan cucuku!"
Sakura mengerjapkan air matanya. Mikoto selalu memanggilnya 'anak perempuan' sekarang dan itu tidak pernah berhenti membuatnya menjadi emosional. Memiliki seorang ibu setelah bertahun-tahun adalah perasaan yang sangat dalam. Mikoto mungkin membuat Sasuke gila dengan setiap kata yang diucapkannya tapi Sakura memujanya. Mikoto adalah sosok sebagaimana orangtua seharusnya; peduli, mendukung, menyayangi, dan menjaga. Kalau saja ayahnya mau mengambil pelajaran dari ini...
Setengah jam setelahnya, Sakura berjalan kembali ke rumah yang ia tinggali bersama Sasuke, merasa bahagia sekaligus kelelahan di sore hari itu.
"Sasuke-kun," panggil Sakura. "Kita perlu membawa mobil ke rumah ibumu untuk memuat semua hadiah baby shower-ku. Kau tidak akan percaya semua hadiah yang aku dapatkan. Dan setelah bertemu dengan bibi dan sepupumu, kupikir anak kita akan memerlukan evaluasi mental begitu dia cukup besar..." Suaranya menghilang saat ia melangkah ke ruang tamu. Sasuke sedang duduk di sofa, dengan kepalanya disembunyikan di kedua tangannya. Dan perlahan mengusap wajahnya bolak-balik.
Berjalan ke arah suaminya, Sakura berkata dengan pelan, "Sasuke-kun? Apa semuanya baik-baik saja?"
Sasuke diam saja. Sakura mendekati bagian belakang sofa yang di duduki suaminya itu dan melihat sebuah amplop dan selembar kertas yang tidak dilipat tergeletak di bantal di sebelah Sasuke.
"Sasuke-kun," suara Sakura mendesak. "Apa yang terjadi?"
Tanpa mengatakan apapun, Sasuke mengambil dua lembar kertas itu dan menyerahkannya pada Sakura.
Sakura membalik amplop dan melihat tulisan di bagian atas amplop. 'Uchiha Sasuke' ditulis dengan tulisan tangan kecil dan kasar yang miring ke bawah. Tangan Sakura menutup mulutnya terkejut ketika ia membaca bagian pengirim, 'Uchiha Fugaku'.
Uchiha Fugaku. Ngeri, Sakura menarik napas. Ia mendengar Sasuke bergumam "fuck" pelan dan tatapannya langsung jatuh pada suaminya itu.
"Sasuke-kun... ayahmu..."
***
To be continued
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)