Sakura telah berada di rumah neneknya selama 4 hari sekarang dan akan pulang esok hari. Ia sangat menikmati waktunya bersama Koharu, tapi meskipun begitu, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa ia sangat merindukan Sasuke. Ia terus-menerus bermimpi tentang Sasuke dan dalam mimpinya, mereka bersama lagi dan benar-benar bahagia.
Setiap malam Sakura terbangun di bagian yang sama dari mimpi itu, sebelum Sasuke dan dirinya bisa berciuman, Mei akan selalu muncul dan Sasuke akan memberitahu Sakura bahwa pemuda itu lebih menyukai Mei dan berkata bahwa Sakura tidak sebanding dengan cinta Mei. Empat hari Sakura di rumah neneknya, ia selalu bangun dan tidur dalam keadaan menangis.
Syukurlah, Gaara adalah pria yang sangat menyenangkan, dan Sakura bisa menikmati liburannya seperti yang dikatakan neneknya. Gaara tidak seperti Sasuke, pemuda itu berambut merah dan bermata jade, tidak setinggi Sasuke, tapi masih cukup tinggi bagi Sakura mengingat gadis itu benar-benar mungil. Gaara benar-benar tampan dan manis, persis seperti Sasuke. Tapi sebanyak apapun Gaara mencoba untuk membuat Sakura bahagia saat Sakura ada di sana bersama pemuda itu, Gaara tetaplah bukan Sasuke. Boo Sakura terlalu sempurna untuk dibandingkan dengan lelaki lain. Setidaknya, Sasuke terlalu sempurna beberapa waktu lalu...
Gaara mengetuk pintu kamar tamu, "Sakura, kau sudah siap?"
Sakura membuka pintu, "Ya," Ia tersenyum, "Kau datang lebih awal, mister."
Gaara memandang Sakura dari atas ke bawah, "Kau terlihat cantik," Ia mengecup pipi Sakura dan meraih tangan gadis itu, membawanya turun, "Aku sudah merindukanmu. Jadi harus datang lebih awal, kuharap kau tidak keberatan."
Sakura terkikik, "Tidak sama sekali."
Koharu sedang menonton TV di ruang tamu dan memandangi dua remaja itu ketika mereka melangkah masuk. "Kalian terlihat sangat rupawan," pujinya sambil tersenyum, "Tapi Gaara, pastikan kau membawa Sakura kembali tidak lebih dari jam 12. Dia akan ada penerbangan pulang besok pagi."
Gaara mengangguk, "Aku janji, Baasan," Ia mencium kening Koharu, Sakura pun melakukan hal yang sama.
"Kami hanya pergi ke bioskop, aku akan kembali dalam beberapa jam." ucap Sakura.
Koharu tersenyum, "Selamat bersenang-senang."
Mereka keluar dari rumah disambut dengan cuaca berangin. Malam ini sangat dingin dan Sakura mengusap lengannya ke atas dan ke bawah untuk menghangatkan dirinya. Gaara merogoh kunci mobilnya dan membuka pintu Toyota Corolla-nya. Sakura dengan lembut mencium pipi Gaara dan masuk ke dalam mobil. Sedetik setelah Gaara masuk ke mobil juga dan menjalankan mobil itu, pikiran Sakura memutar kembali ke hari dimana ketika ia akan berangkat ke Hokkaido. Ia menggigit bibir bawahnya ketika ia ingat saat Sasuke memarkir Ford Shelby GT hitam barunya di jalan masuk, hanya dengan celana pendek dan sepatu olahraga. Mereka berbagi pandangan sebentar dan Sasuke melewatinya tanpa mengucapkan selamat jalan padanya.
Sakura menghela napas, ia merindukan masa lalu ketika mereka masih menjadi teman baik, tapi lebih dari sebelumnya, ia merindukan Sasuke sebagai seorang lelaki, lelakinya.
"Aku akan merindukan parfummu di mobilku ketika kau pulang," ucap Gaara tertawa, tapi Sakura tidak tampak memperhatikan percakapan, "Kau baik-baik saja, Sakura?"
Sakura keluar dari lamunannya dan berpura-pura tersenyum, "Hanya lapar."
"Kita bisa makan dulu dan kemudian pergi ke bioskop," Gaara meraih tangan Sakura dan dengan lembut mengecup jari-jari gadis itu, "Bagaimana menurutmu?"
"Ide bagus."
Gaara melajukan mobilnya ke restoran dalam keheningan, hanya terdengar suara radio, memainkan salah satu lagu favorit Sasuke. Sakura memejamkan matanya dan mengambil napas dalam-dalam. Hebat, meskipun Sasuke telah memperlakukannya dengan sangat buruk, ia tidak bisa untuk tidak menginginkan pemuda itu di sisinya lagi. Ia begitu tergila-gila pada Sasuke hingga ia bahkan mempertimbangkan untuk meminta kesempatan kedua, tidak masalah jika Sasuke menyukai Mei, karena Sakura yakin ia bisa membuat Sasuke jatuh cinta padanya, ia hanya perlu membuat Sasuke mencintainya lagi.
"Aku suka lagu ini," ucap Gaara ketika ia memarkirkan mobilnya di depan restoran, "Apa kau suka?"
Sakura mengangguk pelan, ia menyukai semua yang disukai Sasuke, "Ya."
"And if you give me a chance, believe that I can change, I'll keep us together," Gaara menyanyikan lagu itu dengan keras, kemudian tertawa, "Lagu itu sangat bagus."
Gaara keluar dari mobil dan Sakura berdoa dalam diam agar ia bisa melupakan Sasuke setidaknya malam ini. Ia benar-benar ingin bersenang-senang dengan Gaara dan memperlakukan pemuda itu dengan pantas. Gaara membukakan pintu mobil untuk Sakura dan gadis itu melangkah keluar, tak menolak ketika Gaara meraih tangannya dan menuntunnya ke tempat mereka akan makan.
Gaara memesan minuman untuk mereka dan begitu pelayan pergi, Sakura berdiri, "Aku perlu mencuci tanganku," ucap Sakura, "Jika ibuku menelepon, bisakah kau memberitahunya untuk menelepon kembali nanti?"
Gaara mengangguk, "Tentu."
Gaara mengetuk-ngetukkan jarinya dengan tenang di atas meja hingga pelayan kembali membawa minuman, dan ia memesankan Sakura makanan terbaik di tempat itu, ia ingin Sskura mengingat ini sebagai liburan yang sangat hebat. Gaara tersenyum pada dirinya sendiri ketika ia menyentuh pipinya yang telah dicium Sakura. Sakura benar-benar berbeda dari semua gadis lain yang dikenalnya.
"Andai saja dia tinggal di sini," gumam Gaara lebih kepada dirinya sendiri, tapi ia dengan cepat menggelengkan kepalanya. Sakura menyukai orang lain; gadis itu telah memberitahunya pada hari dia tiba di sini. Ia tenggelam dalam pikirannya dan hampir melompat dari kursinya ketika ponsel Sakura mulai berdering.
"Astaga," Gaara tertawa canggung dan mengambil ponsel Sakura di atas meja, "Halo?"
"Um, hai? Bukankah ini ponsel Sakura-chan?"
Gaara mengangguk meskipun orang yang menelepon itu tidak bisa melihatnya, "Ya, ini Sabaku Gaara yang berbicara."
"Sabaku Gaara, siapa?!"
"Hm," gumam Gaara, memikirkan siapa dirinya saat ini, "Pacar Sakura?"
Orang yang menelepon itu kemudian memutuskan sambungan dan Gaara benar-benar dibuat bingung.
Ketika Sakura kembali ke meja, gadis itu telah memutuskan untuk melupakan Sasuke malam ini, jadi sebelum Gaara bisa mengatakan apa-apa tentang panggilan telepon itu, Sakura duduk di samping Gaara dan menarik kerah kemeja pemuda itu, mencium pemuda itu dalam ciuman yang membutakan, membuat Gaara mustahil untuk mengingat namanya sendiri.
***
"Jadi, apa kau berbicara dengannya?" tanya Sasuke, duduk di sofa dengan semangkuk popcorn, "Dobe?"
Naruto mengangguk, "Ini aneh, Teme."
Sasuke menatap Naruto dengan kesal, "Kenapa? Apanya yang aneh? Aku hanya menyuruhmu untuk bertanya apakah dia baik-baik saja di sana."
"Ya, tapi aku tidak berbicara dengannya," Naruto mengakui, mengambil sedikit popcorn Sasuke, "Aneh, hanya itu yang bisa kukatakan."
Sasuke menyandarkan kepalanya di sofa dan menghela napas, "Tidak bisakah kau melakukan sesuatu dengan benar, Dobe?"
"Teme, diamlah," ucap Naruto, memukul lengan sahabatnya, "Seseorang bernama Sabaku Gaara yang berbicara di telepon tadi. Dia bilang dia adalah pacar Sakura-chan," Ia meneguk minumannya dan mengabaikan wajah Sasuke. "Aku tidak tahu bahwa Sakura-chan berkencan dengan seseorang di Hokkaido."
"Aku juga," Sasuke berbisik pada dirinya sendiri, "Brengsek."
Naruto mengangguk, "Yup, aku juga tidak mengerti," Ia mengambil semangkuk popcorn dari tangan Sasuke, "Ngomong-ngomong, Sakura-chan akan pulang besok, jadi kau bisa bertanya langsung padanya apakah dia benar-benar berkencan dengan lelaki bernama Sabaku Gaara itu."
"Kau benar-benar bodoh ketika kau mau," bentak Sasuke kasar dan berdiri, "Kau tahu kami tidak saling bicara lagi."
"Astaga, kau benar-benar gila," protes Naruto, menggelengkan kepalanya, "Maksudku, ini seluruhnya kesalahanmu, kau bisa saja meminta Sakura-chan menjadi pacarmu, tapi apa yang kau lakukan? Kau malah meminta gadis yang salah untuk dijadikan pacar."
Sasuke berjalan keluar dari rumah dan melangkah ke halaman belakang, angin dingin membuat tubuhnya gemetar karena kedinginan dan amarah. Ia meraih bolanya dan mulai melemparkannya ke keranjang untuk melepaskan amarahnya. Itulah yang akan selalu dilakukan Sasuke ketika ia merasa di ujung akal sehat.
"Argh," erang Sasuke frustasi dan melempar bolanya ke kolam, "Sialan."
"Teme," panggil Naruto dari teras, "Tenangkan dirimu, kau masih bisa berbicara dengannya ketika dia kembali."
"Dia bukan gadis yang kucintai lagi, Dobe." Sasuke berjalan ke arah sahabatnya dan duduk di tangga teras, "Sakura-ku tidak akan pernah berkencan dengan dua lelaki pada saat yang sama," desahnya, "Brengsek, aku begitu menyukainya dan dia adalah seorang jalang."
"Dia bukan jalang, dia masih muda, Teme," Naruto membela Sakura, "Sakura-chan masih tetap sangat baik bagiku dan jika saja aku tidak jatuh cinta pada Hinata-chan, aku pasti akan mengejar Sakura-chan," canda Naruto, tapi senyumnya menghilang segera setelah ia melihat ekspresi Sasuke, "Teme, aku hanya bercanda, ke mana selera humormu?"
Sasuke mengabaikan komentar Naruto, "Sial, kami baik-baik saja sebelumnya, aku tidak tahu kenapa dia harus mengacaukan semuanya."
Naruto memutar matanya. Ia bosan dengan semua omong kosong ini. Ia telah mencoba sepanjang liburan ini untuk meyakinkan Sasuke agar mau berbicara dengan Sakura, untuk mengetahui alasan mengapa gadis itu berkencan dengan Sasori, tapi sahabatnya itu keras kepala.
Naruto menepuk pundak Sasuke, "Aku harus pulang. Kau akan di rumah besok?"
"Tidak, aku akan pergi ke rumah Mei."
"Bagaimana dengan Sakura-chan? Kau tidak bisa meninggalkannya sendirian di rumah."
Sasuke memutar matanya, "Aku tidak peduli tentang dia, dia bisa menghubungi Sasori atau siapa pun yang dia inginkan. Aku hanya tidak ingin berada di dekatnya lagi."
"Hoops," ucap Naruto dengan nada tidak setuju, "Jangan lakukan sesuatu yang mungkin kau akan sesali nanti."
Sasuke berbaring di teras dan memejamkan matanya, "Tutup pintunya jika kau mau pulang."
Naruto menghela napas, "Terserahlah," Ia berjalan ke pintu, "Sampai jumpa tahun depan."
"Terserah."
***
Sakura membanting pintu dengan keras dan meletakkan kopernya di lantai, "Sasukee!" Ia mencari pemuda itu di dapur dan ruang tamu tapi ia tidak bisa menemukannya. Ia kemudian mendengar suara datang dari ruang TV dan berjalan ke sana, ia menemukan Sasuke masih tidur.
"Sasuke, bangun!" Sakura berteriak di telinga Sasuke dan pemuda itu melompat terkejut, mengusap matanya yang masih mengantuk dan duduk, "Wow, di mana apinya?"
Sakura melemparkan remote TV ke arah Sasuke, "Terima kasih banyak telah menjemputku di bandara."
Sasuke menguap, tidak benar-benar memperhatikan remote TV yang menghantam kakinya, "Aku lupa."
"Aku harus membayar taksi ke sini!" Sakura meledak, "Apa kau tahu betapa mahalnya itu?"
Sasuke bersandar ke sofa, tidak dalam mood yang baik untuk mendengar Sakura sekarang, "Aku tidak peduli, itu bukan uangku," ucapnya dan berdiri, "Simpan dramamu, kau terdengar seperti Ino."
Sakura menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu ke mana Sasuke yang dulu aku kenal, tapi aku merindukannya," ucapnya mengakui, suaranya pecah ketika ia mencoba menahan air matanya, "Sangat merindukannya."
Sasuke mengangkat bahu, merasa perlu untuk terus menyakiti Sakura, "Aku tidak memintamu untuk menyukai diriku yang sekarang."
"Ya," bisik Sakura, "Aku benar-benar bodoh, aku benar-benar mempercayai semua yang kau katakan."
Mereka berbagi pandangan dan sejenak Sasuke tersesat di mata emerald Sakura yang tampak begitu sedih. Ia memandang Sakura dari atas ke bawah, bahkan dress kuning yang Sakura kenakan tidak membuat gadis itu terlihat gembira, tapi gadis itu tampak sangat tersakiti.
'Aktris sialan' pikir Sasuke dalam hati, "Ya, kau benar-benar bodoh Saku," ucap Sasuke, mengabaikan air mata yang mengalir di pipi gadis itu.
Sakura menyeka air matanya dengan cepat, "Jangan pernah memanggilku Saku lagi."
"Terserah," ucap Sasuke dan berjalan keluar dari ruang TV, Sakura mengikuti pemuda itu dalam diam dan mengambil kopernya dari lantai.
Sasuke hanya menonton ketika Sakura mencoba menaiki tangga dengan koper yang berat, pemuda itu tidak bergerak untuk membantu Sakura, pemuda itu malah berbaring di sofa dan menyalakan TV di ruang tamu, mengganti saluran tanpa banyak minat.
Saat makan siang, mereka memesan pizza dan makan dalam diam, Sakura terlalu terluka untuk mencoba berbicara dengan Sasuke lagi dan pemuda itu merasa terlalu dikhianati untuk memperhatikan Sakura. Setelah makan, Sakura mengunci dirinya lagi di kamarnya bersama Daisy, setidaknya anjing itu seolah sangat mencintainya.
Sakura menatap langit-langit kamarnya selama lebih dari satu jam, memutuskan apakah ia harus melupakan harga dirinya dan meminta kesempatan kedua pada Sasuke. Ia benci ketika Sasuke bersikap kasar padanya, tapi sebagian besar waktu ia terus memikirkan tentang pemuda itu dan menginginkan Sasuke dalam hidupnya lagi. Sasuke adalah lelaki impiannya dan Sakura akan mendapatkannya kembali, entah pemuda itu mau atau tidak.
Sakura perlahan membuka pintu dan melangkah ke koridor, ingin mencari Sasuke di kamarnya; tapi ia mendengar suara TV di lantai bawah dan berjalan ke tangga, ia berhenti pada anak tangga pertama ketika perhatiannya terarah pada Sasuke. Pemuda itu sedang duduk di sofa, hanya mengenakan celana jeans, satu tangannya memegang remote TV dan yang satu lagi sedang membelai pahanya dari luar celana jeansnya.
Sakura mendengar erangan datang dari TV dan jantungnya berdetak kencang ketika ia menyadari bahwa Sasuke sedang menonton film porno. Memutuskan untuk tidak menginterupsi pemuda itu, Sakura duduk di anak tangga pertama, matanya terhipnotis pada Sasuke. Pemuda itu membuka kancing celana jeansnya dan menarik celananya sedikit ke bawah, tangannya yang besar menemukan jalan untuk masuk ke dalam celananya dan menyentuh kejantanannya sendiri.
Sakura menutupi mulutnya dengan tangannya yang gemetar saat napasnya menjadi berat dan ia bisa merasakan dirinya sendiri semakin basah. Matanya memperhatikan gerakan Sasuke saat pemuda itu mematikan TV dan menarik celananya turun hingga ke pergelangan kakinya dan mengekspos kejantanannya yang telah mengeras.
"Ya Tuhan," bisik Sakura dan tanpa sadar tangannya telah bergerak ke dalam celana dalamnya dan ia menyentuh dirinya sendiri. Ia menjilat bibirnya ketika melihat Sasuke membelai kejantanannya dengan pelan, matanya terpejam dan dadanya naik turun saat ia bernapas.
Sakura memejamkan matanya juga, melebarkan kakinya sedikit, jari telunjuknya menggosok klitorisnya dibalik celana dalamnya, membayangkan itu adalah tangan, mulut, dan kejantanan Sasuke.
Sasuke menarik napas dalam-dalam saat kepalanya bersandar di sofa. Matanya tertutup rapat ketika bayangan Sakura yang telanjang berputar di dalam benaknya seperti sebuah film, melebarkan kakinya dan mengundangnya masuk ke dalam kehangatan gadis itu. Sasuke mengusap kejantanannya dengan liar, lengan berototnya bekerja sangat cepat. Ia sudah sangat dekat dengan pelepasannya, tapi ia ingin menunggu Sakura, setidaknya dalam imajinasinya mereka bahagia, tidak ada Sasori atau Gaara, dan Sakura akan berkata sepanjang waktu bahwa ia adalah lelaki impian gadis itu. Tiba-tiba Sasuke mendengar seseorang mengerang dan ia membuka matanya terkejut, mencari sumber suara itu. Ketika ia melihat ke lantai atas, ia melihat Sakura duduk di anak tangga, bermasturbasi juga.
Sasuke menyeringai dan menarik celana jeansnya ke atas, tapi ujung kejantanannya masih bebas karena ia tidak menutup kancing celananya. Ia diam-diam berjalan ke atas, tubuhnya nyeri karena menginginkan Sakura ketika ia semakin dekat dengan gadis itu, keringat membasahi dadanya dan kejantanannya. Ia menjilat bibir bawahnya ketika ia terus naik ke atas tangga dan menatap Sakura. Kaki gadis itu terbuka lebih lebar daripada sebelumnya, dress kuningnya ditarik ke atas sampai bagian bawah perutnya terlihat, dan pipinya memerah karena terangsang.
"Sedang bersenang-senang?" tanya Sasuke dengan suara serak dan Sakura membuka matanya dengan cepat.
"Sa-Sasu... aku—"
"Shh," Sasuke memotong ucapan Sakura dan duduk di sebelah gadis itu, membuka beberapa kancing dress Sakura dan membebaskan salah satu payudara gadis itu. Sakura mengerang ketika lidah Sasuke yang panas membelai putingnya yang mengeras dan tangan pemuda itu berada di atas tangannya yang masih menyentuh bagian intimnya. Tubuh Sakura bergetar liar hanya pada fakta bahwa tangan Sasuke begitu dekat dengan tubuhnya lagi. Sasuke menyingkirkan tangan Sakura ke samping dan memasukkan jarinya ke dalam kehangatan gadis itu.
"Ohh," erang Sakura ketika Sasuke menghisap putingnya dan menembusnya dengan jari-jari pemuda itu, "Oh Sasu," Sakura melemparkan kepalanya ke belakang saat Sasuke menggosok klitorisnya dengan ibu jarinya sementara jarinya yang lain bergerak masuk dan keluar di dalam diri gadis itu.
Sakura bisa merasakan cairannya mengalir saat Sasuke memompanya lebih cepat dengan jari telunjuknya. Sasuke menjilat leher Sakura dan menghisap bagian belakang telinga Sakura, yang merupakan titik lemah gadis itu. Tidak butuh waktu lama bagi Sasuke untuk merasakan dinding Sakura mengencang di sekitar jarinya dan tubuh gadis itu bergetar hebat.
Sakura menghela napas lega ketika tubuhnya rileks dan napasnya menjadi ringan lagi. Ujung jari Sasuke yang basah mengusap perut Sakura dengan pelan ketika pemuda itu menggigit daun telinga Sakura.
"Apa kau menyukainya, huh?" tanya Sasuke, meraih salah satu tangan Sakura dan meletakkannya pada kejantanannya yang mengeras, "Sentuh aku."
Gadis itu mengangguk perlahan dan membelai ujung kejantanan Sasuke, membantu pemuda itu menarik celana jeansnya ke bawah.
"Cium aku," perintah Sasuke pada Sakura, dan ketika bibir Sakura menyentuh bibir Sasuke setelah sekian lama, Sakura merasa ingin menangis. Akhirnya semua tampak normal kembali dan mereka bersenang-senang bersama.
Lidah Sasuke bertempur dengan lidah Sakura saat gadis itu terus membelai kejantanannya dengan tangan kecilnya. Ketika jari telunjuk Sakura mengusap melingkar di sekitar ujung kejantanannya yang bengkak, Sasuke merasa seperti akan meledak kapan saja sekarang. Sasuke menarik diri dari Sakura dan bibir Sakura menemukan jalan ke leher Sasuke, menghisap kulit Sasuke begitu keras hingga bahkan pemuda itu mungkin merasa sakit.
"Ohh, kau sangat hebat, Sayang," bisik Sakura di telinga Sasuke, dan Sasuke merasa perutnya mengencang mendengar panggilan 'sayang' keluar dari bibir Sakura yang sempurna lagi.
Sasuke menarik tangan Sakura dari kejantanannya dan mendorong Sakura ke belakang hingga gadis itu berbaring di lantai. Sasuke melebarkan kaki Sakura lagi, menarik celana dalam gadis itu ke samping dan memposisikan kejantanannya di pintu masuk kehangatan gadis itu, ia mengerang ketika ia masuk ke dalam diri Sakura.
"Kau benar-benar sempit," Sasuke berbisik di telinga Sakura ketika ia mulai mendorong masuk lebih dalam.
Sakura menjerit di bahu Sasuke ketika ia merasakan campuran rasa sakit dan kenikmatan. Ia merasakan kejantanan Sasuke tumbuh lebih besar di dalam dirinya dan ia mulai mendorong pinggulnya untuk menyeimbangkan setiap dorongan Sasuke.
Seluruh tubuh Sasuke berdesir ketika tangan Sakura bergerak ke punggung dan pantatnya, perlahan tapi kasar, membuatnya mempercepat gerakan memompanya.
"Kumohon, aku butuh lebih cepat Sasu," Sakura mengerang ketika Sasuke menelusupkan wajahnya di leher Sakura, menghisap kulit gadis itu ketika ia memompa lagi dengan kekuatan yang lebih besar.
"Katakan padaku kau mencintaiku," perintah Sasuke, napasnya yang panas di leher Sakura membuat gadis itu merasa tak bisa memikirkan apapun, "Katakan 'Aku mencintaimu Sasuke-kun'... katakan itu."
Sakura melingkarkan kakinya di pinggang Sasuke dan mencengkeram rambut belakang pemuda itu, mengerang nikmat.
"Katakan, kumohon Saku," perintah Sasuke mendesak, terdengar manis dan Sakura mengangguk, menjilat bibir bawahnya ketika Sasuke mendorong ke dalam dirinya lebih cepat dan lebih keras.
"Aku sangat mencintaimu, Sasuke-kun..." bisik Sakura dan Sasuke menyeringai sebelum melumat bibir Sakura dengan liar. Mata Sakura berkaca-kaca ketika emosinya mencoba untuk berkuasa di dalam dirinya. Mengabaikan air mata yang sekarang mengalir di pipinya, Sakura balas mencium Sasuke kembali dengan gairah yang sama.
"Oh Saku," Sasuke merasakan dinding Sakura mengencang, berkontraksi mencapai pelepasannya, sementara Sasuke bergerak masuk dan keluar terus-menerus di dalam diri gadis itu, lebih dalam, lebih keras, lebih cepat... Ia akhirnya melepaskan cairannya di dalam Sakura dan ambruk di atas gadis itu, kepalanya masih tenggelam di leher Sakura dan tubuh mereka masih terhubung.
Sakura membelai rambut Sasuke dalam diam, menunggu sampai tubuhnya bisa tenang. Sasuke menatap mata Sakura selama satu menit penuh dan ia bisa bersumpah bahwa Sakura memberinya senyum kecil dan lemah. Sasuke membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu dan Sakura bisa bersumpah pemuda itu akan berkata 'Aku mencintaimu', tapi apa yang didengar Sakura lebih buruk daripada mandi di tengah malam yang dingin.
"Apa aku lebih baik daripada lelaki bernama Sabaku Gaara?" tanya Sasuke, suaranya terdengar sangat dingin hingga Sakura merasa hatinya hancur berkeping-keping, "Apa aku lebih baik daripada dia?"
Sakura tidak bisa menahan diri dan air mata mengalir di pipinya lagi, ia mulai terisak saat ia mencoba mendorong Sasuke menjauh darinya, "Keluar dariku," Ia merintih, "Jangan pernah menyentuhku lagi."
Sasuke mempelajari ekspresi Sakura ketika gadis itu menemukan kekuatan untuk mendorongnya dan berlari ke kamarnya. Sakura benar-benar menangis? Apakah Gaara sehebat itu? Dan apakah ia seburuk itu? Sasuke memasang celana jeansnya dan berjalan ke kamar Sakura, mencoba masuk ke dalam. Ia merasa tak nyaman dengan pandangan Daisy padanya dan menatap anjing itu dengan kesal, "Aku tahu aku mengacaukan semuanya kali ini, aku tahu," ucapnya pada Daisy. Ia menyisir rambutnya dan mengetuk pintu kamar Sakura, "Sakura, buka pintunya," ucap Sasuke, merasa butuh untuk bersama gadis itu sekarang, "Saku?"
"Tinggalkan aku sendiri," teriak Sakura dari dalam, tapi semenit kemudian Sasuke mendengar suara lemah gadis itu, "Aku sangat membencimu," isak Sakura, "Sangat."
"Maaf," bisik Sasuke, meletakkan dahinya di pintu dan menyesali apa yang baru saja dikatakannya, "Sakura?" Ia mencoba lagi, mengetuk pintu lebih keras, "Tolong, buka pintunya."
"Sial, tinggalkan aku sendiri, Sasuke. Gaara jauh lebih baik daripada dirimu, itu kan yang ingin kau dengar?" Isak tangis Sakura bisa didengar Sasuke dengan sangat baik sekarang, "Sekarang pergilah dari sini... Tolong."
Sasuke menggelengkan kepalanya, 'Jalang bodoh' ia memgumpati Sakura dalam hati. "Fuck you," teriak Sasuke memukul pintu kamar Sakura sebelum masuk ke kamarnya sendiri dan membanting pintunya.
Beberapa jam kemudian ketika Sakura merasa lapar, ia berjalan ke lantai bawah tapi ia tak menemukan Sasuke berada di rumah lagi. Ia ditinggal sendiri sepanjang hari hingga malam tiba. Ketika tengah malam, ia menelepon Hinata untuk mengucapkan selamat tahun baru.
"Apa yang kau lakukan malam ini, Sakura-chan?" tanya Hinata dari seberang telepon.
"Aku sendirian di rumah, duduk di teras bersama Daisy. Kau?" Sakura bisa mendengar tawa Naruto di ujung telepon sana.
"Naruto-kun dan aku hanya bersantai di sini, kau ingin bergabung dengan kami?"
Sakura tertawa, "Tidak, aku tidak ingin menjadi nyamuk diantara kalian."
"Kau tidak akan menjadi nyamuk, kau tahu itu, tapi di mana Sasuke?"
Sakura menggigit ujung bibirnya, "Aku tidak tahu."
"Teme bersama Mei," Sakura mendengar Naruto menyahut. "Aduh, Hinata-chan," rengek pemuda berambut kuning itu dan Sakura bisa memperkirakan bahwa Hinata telah memukul Naruto.
"Hei Hinata-chan, telepon rumahku berdering," ucap Sakura berbohong, "Aku harus mengangkatnya dulu."
"Baiklah, hubungi aku jika kau butuh sesuatu."
Sakura tersenyum pada dirinya sendiri, "Oke, terima kasih."
"Selamat tahun baru, Sakura-chaaan. Love ya!"
"Me too."
Sakura menutup telepon dan menatap Daisy. Ia menghela napas, "Tahun baru yang hebat, huh?"
Daisy menggonggong senang dan Sakura tersenyum pada anjing itu, "Mau jalan-jalan, Daise?"
Anjing itu mengibas-ngibaskan ekornya dengan gembira.
"Oke," Sakura berdiri, "Ayo pergi."
***
"Kau yakin harus pergi?" Mei membelai dada Sasuke dan pemuda itu mengangguk.
"Ya."
"Kenapa? Kita baru saja mulai bersenang-senang," Mei mencium leher Sasuke, "Kita bisa menggunakan sisa waktu untuk melakukan hal-hal yang lebih menarik."
Sasuke berdiri dari sofa, "Sakura sendirian di rumah," ucapnya, "Jika ayahku menelepon ke rumah dan Sakura bilang aku tidak ada di sana, aku bisa dihukum," ucapnya berbohong, karena mengatakan bahwa ia ingin bersama Sakura sekarang hanya akan membuat sebuah drama besar di antara mereka.
Mei memutar matanya, "Sakura sudah besar, dia bisa sendirian di rumah," Ia berdiri dan memeluk Sasuke, "Dan mungkin dia bahkan sedang tidak di rumah."
Sasuke menarik diri dari Mei, merasa kesal dengan sindiran gadis itu, "Mau ke mana dia? Dia tidak punya tempat untuk dikunjungi."
"Ke rumah seorang lelaki mungkin," Mei menyeringai, "Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan orang lain, seperti Sasori, kau bilang dia berkencan dengan Sasori, huh?" Ia membelai pipi Sasuke, "Tetaplah di sini, Sasu-kun."
Sasuke melangkah mundur dan menggelengkan kepalanya, "Jangan bicara macam-macam tentang Sakura," bentak Sasuke kasar, "Kau tidak kenal dia. Sakura tidak seperti itu."
'Sebenarnya dia memang seperti itu,' pikir Sasuke dalam hati, tapi Mei pikir dia siapa bisa seenaknya membicarakan tentang Sakura seperti itu? Meskipun Sasuke membenci Sakura sekarang, ia tidak akan pernah ingin mendengar seseorang mengatakan hal-hal buruk tentang Sakura.
Sasuke meraih kunci mobilnya, mengabaikan wajah Mei yang kesal, "Sampai jumpa lagi."
"Di mana ciumanku?" Mei bertanya dengan suaranya yang tinggi, memainkan rambutnya di tangannya, "Sasu-kun?"
Sasuke mencium pipi Mei dan berjalan keluar dari rumah gadis itu dan masuk ke mobilnya, tanpa melihat ke belakang lagi.
***
Taman itu kosong, tidak ada seorang pun kecuali Sakura dan Daisy. Sakura duduk di rumput dan Daisy berputar-putar mengendus bunga dan kencing di mana-mana yang diinginkan anjing itu.
"Jangan main terlalu jauh, Daise," teriak Sakura berlari dengan panik, membuat anjing itu berhenti dan berlari kembali ke arah Sakura untuk menjilat tangan gadis itu, "Kau menikmatinya, kan?" tanya Sakura dengan senyum manis di wajahnya.
Daisy mulai berlarian lagi, dan Sakura memandang ke langit. Bulan tampak sempurna dan berkilau, dan ia bisa melihat bulan itu dari sudut mana pun. Meskipun cuaca di Konoha akan sangat dingin di malam hari, tapi akan selalu memulai hari dengan matahari dan itulah yang paling ia sukai dari tempat tinggalnya ini.
"Hari ini akan cerah."
Sakura mendengar suara, ia berbalik dan menemukan Sasuke berdiri tepat di belakangnya, memandang ke langit juga.
Sakura menghela napas dan menggelengkan kepalanya perlahan, "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, tapi Sasuke butuh lebih dari satu menit untuk menatap Sakura dan menjawab.
"Aku sedang mengemudi pulang dan melihat Daisy," ucap Sasuke sambil memasukkan tangannya ke dalam saku untuk menghangatkan dirinya.
Sakura berbalik dan memandang anjingnya lagi, "Siapa yang penguntit aneh sekarang," bisik Sakura sarkastis, "Pulanglah, Sasuke."
Sasuke mengabaikan Sakura, "Boleh aku duduk denganmu?"
"Tidak."
Tubuh Sakura dan Sasuke berdesir ketika bahu mereka bersentuhan ringan ketika Sasuke duduk di sebelah Sakura, tapi mereka mengabaikan perasaan itu. Sakura sangat marah pada Sasuke untuk semua yang pemuda itu lakukan padanya dan Sasuke sendiri terlalu cemburu untuk berperilaku baik pada Sakura lagi.
"Aku akan duduk."
Sakura menghela napas, "Lakukan apapun yang kau inginkan, Sasuke."
Daisy berlari dan berbaring di depan mereka dengan ranting pohon di mulutnya. Sakura menepuk kepala anjing itu perlahan-lahan.
"Bagaimana tahun barumu?" tanya Sasuke setelah beberapa saat dalam keheningan.
"Baik," jawab Sakura tanpa menatap Sasuke.
"Dan di rumah Baasan?"
"Baik."
"Kau senang kembali ke rumah?" Sasuke bersikeras untuk melakukan percakapan, tapi Sakura hanya mengangkat bahu dan tidak menjawab kali ini.
"Kau tidak kedinginan?" tanya Sasuke dan Sakura hanya menggelengkan kepalanya, "Maaf aku meninggalkanmu sendirian," Sasuke akhirnya mengakui, "Aku sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu."
Sakura menatap tajam dan Sasuke merasakan gelombang kejut mengalir di punggungnya, "Kenapa kau mengatakan maaf jika kau tidak bersungguh-sungguh?" tanya Sakura.
"Aku bersungguh-sungguh," ucap Sasuke tulus.
Sakura tersenyum kecil pada Sasuke, "Aku tidak mempercayaimu."
Sasuke memutar matanya, "Baiklah kalau begitu."
Sakura berdiri, menepuk jeans skinnynya, "Kau tahu apa yang lucu?"
Sasuke mendongak.
"Kau selalu mengatakan bahwa dirimu brengsek, tapi aku benar-benar melihatmu sebagai orang yang paling sempurna di seluruh dunia," Sakura memulai, "Tapi sekarang kupikir aku telah melihat seorang Uchiha Sasuke yang sebenarnya."
Sasuke menatap ke bawah dan mengambil napas dalam-dalam. Mengakui bahwa ia cemburu adalah pilihan yang tepat, tapi harga dirinya selalu lebih tinggi. Ia merasa dikhianati! Sakura berkencan dengannya dan Sasori disaat yang bersamaan dan kemudian seseorang bernama Sabaku Gaara yang berbicara dengan Naruto di telepon. Berapa banyak lelaki lain yang Sakura kencani sebelum atau selama gadis itu bersamanya? Mungkin ia bahkan bukan ciuman pertama Sakura seperti yang gadis itu katakan ketika di London. Tapi itu semua telah menjadi masa lalu, tahun baru akan segera dimulai, mungkin jika Sasuke mengikuti perasaannya, mereka bisa bersama sekarang...
"Sakura," Sasuke berdiri dan menatap mata Sakura, "Aku," Ia mengusap lehernya tak nyama, "Dengar—"
Sakura memotong ucapan Sasuke, "Aku tidak mau dengar apapun, Sasuke."
Sakura berbalik dan akan berjalan pulang. Tapi Sasuke menarik lengan Sakura, wajah mereka terpisah beberapa senti sekarang, tubuh Sakura gemetar ketika ia bisa mencium aroma parfum Sasuke lagi. Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura, perlahan membawa gadis itu lebih dekat ke tubuhnya. Sakura menutup matanya ketika ia merasakan ujung jari dingin Sasuke menyentuh kulit perutnya. Sasuke membelai leher Sakura dengan ibu jarinya sebelum mendekatkan bibirnya ke leher gadis itu dan menghisapnya. Sakura mengerang pelan ketika Sasuke menghisap kulitnya, dengan tangan bebasnya ia meraba kulit perut pemuda itu.
Sakura tiba-tiba menggelengkan kepalanya, ia tidak akan membiarkan Sasuke memanfaatkannya lagi. Tidak lagi, tidak tahun ini.
"Tinggalkan aku sendiri, Sasuke," Sakura menarik diri dari pemuda itu.
"Kau akan pulang bersamaku."
Sakura menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingin berada di mobilmu, simpan saja untuk pacarmu." Ia berjalan pergi dan Daisy mengikutinya.
"Oh, kau cemburu," ucap Sasuke tanpa sadar menyeringai, sensasi terbakar semakin besar di dalam dirinya, "Seharusnya aku memperkirakannya."
Sakura kembali menatap Sasuke, "Kau tidak pantas mendapatkan rasa cemburuku lagi."
Udara disekitar mereka dipenuhi dengan ketegangan, mereka saling menatap mata satu sama lain. Sasuke hampir membuang harga dirinya dan meminta Sakura memberikan kesempatan kedua. Yang ingin ia lakukan adalah membaringkan Sakura di atas rumput, mencium seluruh tubuh Sakura dan bercinta sepanjang malam dengan gadis itu. Ketegangan di antara mereka pecah ketika ponsel Sakura berdering. Gadis itu melihat ke bawah sebentar dan mengambil ponsel dari sakunya, melihat layar dan tersenyum.
"Halo," Sakura menyapa penelepon itu dan Sasuke memandang Sakura dengan bingung, "Ya, kau juga! Sungguh? Itu tidak perlu," Ia tertawa dan melanjutkan, "Baiklah, aku janji aku akan melakukannya. Ya, kita benar-benar membutuhkannya."
Sasuke bersandar ke mobil, memegangi tali Daisy.
"Oke, sampai jumpa besok, tidak sabar untuk melihatnya," Sakura tersenyum, "Selamat Tahun Baru untukmu juga, Sasori, bye," Ia menutup telepon dan memasukkannya kembali ke sakunya.
"Ayo pergi Daisy, kita harus pulang," ucap Sakura lembut pada anjing itu, tapi sebesar apapun Daisy berusaha mendekat ke arah Sakura, Sasuke tidak melepaskannya. Sebaliknya, Sasuke membuka pintu Ford Shelby GT-nya dan memasukkan Daisy ke dalamnya.
"Dia ikut denganku," ucap Sasuke tegas, menutup pintu dan menguncinya.
"Dia anjingku, Sasuke!"
Sasuke menggelengkan kepalanya, "Anjing kita," Ia mengoreksi, "Dia milikku juga."
"Boleh aku yang membawanya?" tanya Sakura dengan pelan, tiba-tiba merasa takut sendirian disana, "Daisy menemaniku."
Sasuke menggelengkan kepalanya, "Jika kau ingin anjing itu, masuklah ke dalam mobil," ucapnya lagi, perlahan-lahan kali ini, seolah ia sedang berusaha mengajari anak berusia 4 tahun untuk memahami berbagai hal.
"Sudah kubilang aku tidak akan masuk ke dalam mobil bodohmu," ucap Sakura kasar, tapi kemudian mencoba untuk tenang lagi, "Kumohon Sasuke, biarkan aku membawa Daisy," rengeknya, mulai mengusap lengannya sendiri ke atas dan ke bawah, "Kumohon."
"Tidak," ucap Sasuke, "Ikut aku atau kau pulang sendiri."
"Sial," Sakura mengumpat keras, "Sudah kubilang aku tidak akan mendekati mobil sialanmu itu."
"Baiklah," ucap Sasuke dengan tenang sebelum masuk ke dalam mobilnya dan melaju pergi.
Sakura menatap mobil Sasuke yang mulai menghilang dari pandangan dengan gugup, ia benar-benar sendirian sekarang. Ia menghela napas mencoba untuk tetap tenang dan melangkah pelan, memikirkan cara yang lebih cepat untuk pulang. Ia bisa bersumpah bahwa hari semakin sunyi ketika ia berjalan dan angin membuat pepohonan di taman berayun, terdengar seperti di sebuah film horor.
"Sial," pikir Sakura pada dirinya sendiri ketika ia melihat sekelilingnya, mengawasi semua hal di sekitarnya. Ia tidak ingat apakah taman itu begitu jauh dari rumahnya atau ia hanya terlalu takut sendirian di tengah malam? Ia berusaha tetap tenang lagi, tapi bagaimana? Rumahnya tampak sangat jauh sekarang dan ia tidak ingat lagi jalan mana yang harus dilewatinya. "Brengsek," Ia berseru keras ketika ketakutan membuat tubuhnya gemetar.
Meskipun tubuhnya gemetaran, ia tahu solusi terbaik adalah pulang secepat mungkin, jadi ia terus berjalan, merasa tak berdaya. Suara mesin yang terdengar tepat di belakangnya membuatnya berjengit. Tubuhnya tegang dan tidak bergerak sama sekali. Ia menahan napas, mengatakan pada dirinya sendiri segalanya akan baik-baik saja dan bahwa ia tidak akan mati, tidak hari ini, tidak sekarang.
Sakura mulai berlari, secepat kakinya bisa, mengabaikan suara klakson yang datang dari belakangnya. Bagaimana jika itu orang jahat? Ia sendirian dan meskipun ia bisa berteriak keras, mungkin tidak ada yang akan mendengarnya. Ia cepat-cepat menoleh ke belakang dan melihat BMW merah, "Sial, sial," Ia menggigit bibirnya saat kakinya gagal membantunya berlari lebih cepat.
Mobil itu melaju kencang dan dalam sekejap mata, tepat berada di sampingnya. Sakura tersentak, itu dia. Ia akan mati, dasar Sasuke sialan. Bagaimana pemuda itu bisa begitu jahat dan membiarkannya ditangkap seseorang yang berbahaya? Sakura memperhatikan ketika jendela gelap mobil itu turun dan sebuah kepala kunig muncul, memberinya senyum lebar, "Kenapa, Sakura-chan?"
"Oh sial," gumam Sakura, meletakkan tangannya di dada, "Kau membuatku takut, Naruto."
Naruto tertawa, "Maaf, itu ide Hinata-chan untuk mengejutkanmu," Ia tersenyum, "Apa yang kau lakukan di sini sendirian? Ini berbahaya."
"Benarkah?" tanya Sakura dengan sarkastis ketika ia masuk ke dalam kursi belakang mobil, "Sasuke dan aku baru saja bertengkar."
"Bertengkar lagi?" tanya Hinata dan Naruto bersamaan.
"Kalian harusnya tidur bersama," ucap Naruto menambahkan, menggelengkan kepalanya, "Ini semua tentang kurangnya seks."
"Uzumaki Naruto!" Hinata berteriak pada pemuda itu, "Kau terlalu banyak minum, jadi tutup mulutmu saja," Kemudian ia menatap Sakura, "Maaf Sakura-chan, kau tahu betapa kacaunya Naruto-kun."
Sakura tertawa, mengangguk, "Ya, aku tahu," Ia menerima botol yang diberikan Naruto, "Tapi aku setuju denganmu, meskipun Sasuke menganggap Mei lebih baik baginya daripada aku."
"Lihat?" Naruto mencoba membela diri, "Sasuke-teme yang kacau, bukan aku."
Hinata mulai mengemudi lagi dan memutar matanya, "Ayo kita lupakan Sasuke, malam ini kita berpesta saja," Ia tertawa dan menambahkan, "Aku akan membawamu ke rumahku, Sakura-chan, kami masih memiliki beberapa minuman di sana."
***
To be continued
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)