Hari-hari berlalu dengan sangat cepat, Sasuke dan Sakura terus mencari berbagai cara untuk bisa menikmati waktu berdua selama pemberian materi di dalam aula atau pun saat berjalan-jalan di sekitar London, tapi cukup sulit untuk memiliki waktu lebih dari sekedar ciuman, karena Mei selalu berusaha mendapatkan perhatian Sasuke, yang menurut Sakura cukup menjengkelkan dan akan membuatnya sangat cemburu hingga ia memperlakukan Sasuke dengan sangat buruk setelahnya, meskipun Sakura tahu itu bukan kesalahan Sasuke bahwa Mei selalu menguntit pemuda itu.
Bahkan Sakura sendiri yang mengatakan bahwa Sasuke harus memperlakukan Mei dengan baik karena ia khawatir orang lain akan curiga jika mereka selalu bersama dan tidak bisa saling menjauhkan tangan selama lebih dari sepuluh menit. Tapi kadang-kadang ketika kau telah mengatakan sesuatu, kau akan sangat menyesalinya nanti. Dan itu benar-benar terjadi pada Sakura di hari keempat mereka di Inggris, ia menyesal telah mengatakan pada Sasuke bahwa pemuda itu harus memperlakukan Mei dengan baik. Karena saat Sakura bangun di pagi hari ini, Sasuke tidak ada di kamar dan itu akan membuat harinya buruk. Sakura baru saja mengetahui bahwa ternyata ia tidak suka bangun sendirian di tempat tidur; ia suka dibangunkan Sasuke dan menunggu dengan gugup untuk sesi selamat pagi mereka.
Sakura bahkan menunggu Sasuke dengan sabar di tempat tidur, berharap pemuda itu hanya keluar selama beberapa menit untuk mengambil majalah atau membuat panggilan telepon, tapi bagaimanapun juga...
Sakura akhirnya memutuskan untuk mandi dan turun ke lantai bawah untuk memastikan apakah Sasuke berada di tempat lain bersama Naruto, dan yeah, hari ini ia mulai merasa tak nyaman. Ia telah memijat perutnya dan payudaranya yang membengkak dengan sabun selama lebih dari sepuluh menit di kamar mandi tadi, merasakan putingnya terasa sangat sakit. Hormon sialan, setiap bulan ia berubah menjadi wanita jalang seminggu atau dua minggu sebelum menstruasi dan ia sangat membenci itu.
Ketika Sakura tiba di restoran hotel, ia memandang ke seluruh ruangan, ia merindukan sentuhan, ciuman dan belaian Sasuke. Ia bisa berubah dari membutuhkan perhatian menjadi marah dalam beberapa menit dan itu terjadi padanya ketika matanya menemukan Sasuke dan Mei sedang sarapan bersama. Perasaan membutuhkan Sasuke kini telah berubah menjadi monster yang siap untuk marah.
Sakura tidak bodoh, dan meskipun Sasuke tidak melakukan apapun yang tampak seperti menggoda atau benar-benar terlibat dalam perbincangan manis Mei, ia tahu persis apa maksud dari adegan kecil itu. Mei menginginkan Sasuke yang sekarang adalah miliknya. Sakura merasa dirinya semakin marah ketika Sasuke akhirnya melihatnya dan melambaikan tangan dengan senyum di wajahnya, tanpa tahu apa-apa tentang suasana hati Sakura saat ini. Sasuke mengatakan sesuatu pada Mei dan gadis itu memasang wajah kesal ketika Sasuke berdiri dan berjalan ke arah Sakura.
"Hei Cherry," sapa Sasuke, menutup jarak di antara mereka dan membelai pipi Sakura, "Bagaimana pagimu?"
Sakura mundur selangkah, "Kau meninggalkanku sendirian di kamar," ucapnya dingin.
"Aku mencoba membangunkanmu, tapi kau tidak mau," jelas Sasuke.
"Oh, jadi kau tidak bisa berusaha lebih keras, eh?!"
Sasuke sedikit terkejut dengan tingkah Sakura, "Apa kau yakin kau marah hanya karena ini? Ayolah jangan konyol, Saku."
Mata Sakura melebar, "Oke, jadi kau meninggalkanku sendirian di kamar dan aku konyol?!"
Sasuke memandang sekeliling dengan perasaan malu, "Shh Saku. Kau berbicara terlalu keras," Ia mencoba meraih tangan Sakura tapi gadis itu tidak membiarkan Sasuke menyentuhnya, "Cherry, ayolah..." Sasuke berbisik dan mengikuti Sakura ketika gadis itu berbalik dan berjalan kembali ke lift.
Mereka masuk ke dalam dan Sakura menekan tombol ke lantai kamar mereka, ia menyilangkan lengannya dan mengetuk-ngetukkan kaki kanannya. Sasuke mempelajari ekspresi dan bahasa tubuh Sakura selama beberapa detik, berpikir bahwa Sakura terlihat lebih seksi daripada sebelumnya saat sedang marah. Sakura memutar matanya ke arah Sasuke dan Sasuke pikir mungkin akan lebih baik jika ia tidak mengatakan apa-apa tentang tingkah Sakura yang cukup membuatnya terangsang sementara Sakura masih marah seperti ini.
"Cherry," Sasuke mencoba menyentuh Sakura lagi tapi gadis itu menampar tangannya.
"Tidak."
Sasuke memutar matanya, "Ayolah Saku, kau tidak mungkin marah hanya karena aku meninggalkanmu sendirian di kamar!"
Ekspresi Sakura berubah menjadi lebih marah dan lebih membingungkan ketika gadis itu berjalan keluar dari lift dan masuk ke kamar mereka, benar-benar diam, bahkan menghindar untuk melihat ke belakang ke arah Sasuke.
Sasuke mengikuti Sakura lagi, mulai merasa khawatir. Ketika ia menutup pintu kamar mereka, Sakura akhirnya meledak, "Brengsek Sasu. Sudah kubilang untuk menjauh dari gadis sialan itu minggu ini dan apa yang kau lakukan? Kau sarapan dengannya!"
Sasuke sedikit tertawa, "Astaga, itu yang membuatmu cemburu, Saku?"
"Jangan menertawakanku!" Sakura berteriak dan melemparkan bantal pada Sasuke. Sasuke bergerak lebih cepat untuk menghindar dan Sakura mengerang, "Uh! Aku bahkan tidak bisa melempar dengan benar."
"Cherry, ayolah," Sasuke berusaha menyembunyikan kebahagiaannya dengan situasi ini dan berjalan mendekati Sakura, "Saku..."
Sakura duduk di tepi tempat tidur dan mulai menangis, "Hormon sialan," gumamnya lantang.
Sasuke berjongkok di depan Sakura, membelai lembut lutut gadis itu dengan ibu jarinya, "Saku... lihat aku."
Sakura menyeka air matanya dan menatap Sasuke, berbisik, "Kau meninggalkanku sendiri."
Sasuke mengangguk pelan, "Aku tahu, aku minta maaf Cherry," Ia mencium lutut Sakura, "Aku tidak akan melakukannya lagi."
Sakura menggigit bibir bawahnya, "Janji?"
Sasuke mengangguk lagi dan menarik wajah Sakura ke arahnya, memberi gadis itu kecupan, "Ya," Ia duduk di samping Sakura di tempat tidur, menyingkirkan helai rambut gadis itu dari matanya, "Saku?"
"Ya?"
"Apa kau sedang menstruasi?" tanya Sasuke dengan polos.
"UH Sasu!" Sakura mendorong Sasuke dari tempat tidur dan pemuda itu jatuh ke lantai.
"Auw!"
"Kenapa kau selalu mengacaukan semuanya?"
Sasuke mengangkat bahu, "Aku hanya bertanya, maksudku kau bertingkah aneh sekarang."
Sakura tertawa tak percaya dan berdiri, "Aku bertingkah aneh? Kau meninggalkanku sendirian, kau menyebutku konyol dan kau sarapan dengan gadis jalang itu!" protesnya, merasa tenggelam dalam keterkejutan, "Dan aku aneh?!"
Sakura berjalan ke kamar mandi, menutup pintu dengan keras. Sasuke mendongak, mengerang, "Beri aku kesabaran, Kami-sama," eluhnya, bangkit dari lantai dan mengikuti Sakura ke kamar mandi.
"Apa kau sudah lebih tenang?" tanya Sasuke, berhenti beberapa langkah dari Sakura, merasa takut untuk menyentuh gadis itu lagi, "Boleh aku menyentuhmu?"
Sakura mengangguk pelan, matanya masih merah dan sembab karena menangis, "Kau berjanji padaku kau tidak akan mendekati gadis jalang itu minggu ini."
Sasuke memeluk Sakura dari belakang, meletakkan dagunya di bahu gadis itu, "Maafkan aku, Saku. Aku di sana menunggumu tapi dia tiba-tiba datang ke mejaku. Aku tidak menolaknya karena kupikir kau tidak akan keberatan... Aku benar-benar minta maaf," Ia menempelkan bibirnya di leher Sakura dan menciumnya dengan lembut, "Aku benar-benar tidak peka, aku akui itu."
Sakura berbalik dan menghadap Sasuke, "Ya, kau memang tidak peka."
Sasuke menyeka air mata Sakura, "Jadi maafkan aku?"
"Ya," ucap Sakura berbisik dan Sasuke tersenyum.
"Aku tidak peduli dengan Mei. Dia hanya gadis biasa bagiku, tapi kau benar-benar istimewa, Saku."
Bibir Sakura sedikit mengukir senyum, "Aku?"
"Ya," ucap Sasuke, mengecup bibir Sakura perlahan, "Kau menggemaskan, bahkan ketika kau bertingkah aneh."
Sakura cemberut, "Sasu..."
Sasuke tertawa, "Baiklah. Aku tidak akan menyebutmu aneh lagi," Ia mencium kening Sakura, "Berhenti menangis, oke?"
Sakura mengangguk, "Kau hampir benar."
Sasuke mengangkat satu alisnya, "Tentang?" tanyanya, membelai punggung Sakura dengan lembut.
"Aku sedang PMS," ucap Sakura mengakui.
"Ah, aku tahu itu," ucap Sasuke, "Moodmu berubah, itu sedikit menjelaskan."
Sakura menggigit bibirnya, "Maaf?"
Sasuke menyeringai dan mencium bibir bawah Sakura yang gadis itu gigit sedetik yang lalu, "Tidak masalah. Kau ingin memukulku, silakan. Kau ingin berteriak padaku? Baiklah, aku akan pasang telinga dengan baik. Tapi kau tidak boleh berhenti menciumku." ucap Sasuke, "Hanya itu yang kuminta. Setuju?"
"Baiklah, Boo," jawab Sakura dan meraih tangan Sasuke, "Ayo ke lantai bawah. Aku tidak sabar untuk pergi ke Cambridge hari ini."
***
"Sayang sekali, hujannya terlalu deras, jadi kita tidak bisa pergi ke Cambridge hari ini," Tsunade meletakkan tangan di pinggulnya, "Dan Mr. Fredricksen memberitahuku bahwa akan turun hujan sepanjang hari ini."
"Apa?!" seru Sakura kecewa, "Tapi Tsunade-sensei!"
Kepala sekolah itu melempar senyum simpatik, "Maaf, Sakura," Ia menggosok lengannya, mencoba menghangatkan dirinya, "Kau punya hari bebas. Aku sarankan kau kembali ke kamarmu dan tidur siang, atau yang lain, nonton TV atau main game."
"Luar biasa," gerutu Sakura, menggelengkan kepalanya, "Aku tidak percaya aku tidak akan pergi ke Cambridge hari ini."
Hinata mengangguk, "Aku tahu," Ia menghela nafas, "Mau menonton TV di kamarku?"
Sakura mengangkat bahu dan mengangguk, "Ya, terserahlah."
Kedua gadis itu berjalan menjauh dan Naruti menyenggol lengan Sasuke, "Yo, apa yang terjadi dengan Sakura-chan?"
"Menstruasi atau sesuatu semacam itu," jawab Sasuke dengan tenang, "Kami bertengkar hebat pagi ini karena aku tidak menunggunya."
Naruto tertawa, "Itu yang dilakukan seorang pacar, eh!"
"Dia bukan pacarku, Dobe," jawab Sasuke kesal, "Tapi aku lebih baik menjauh darinya hari ini atau dia akan menyalahkan hujan padaku."
"Yeahhh," ucap Naruto, "Ayo kita cari lapangan basket, mungkin ada satu di sini."
Sasuke mengikuti Naruto, batinnya berterima kasih kepada Tuhan bahwa ia tidak harus pergi ke museum dan gereja yang membosankan hari ini.
Kemudian pada sore hari itu, Sakura dan Hinata menemui para remaja lelaki yang berkumpul di kamar Naruto dan Sai yang sedang bermain video game. Kedua gadis itu mengatakan pada para remaja lelaki bahwa mereka menemukan kolam renang air panas hotel dan mereka mengajak untuk berenang di malam hari ketika semua orang
tidur.
tidur.
Jadi, pada jam 11 malam, Naruto, Hinata, Sasuke dan Sakura masuk ke dalam lift, berpakaian santai, menyembunyikan pakaian renang mereka dibalik pakaian santainya. Mereka bahkan mengajak Sai dan Ino untuk pergi bersama mereka, tapi dua sejoli itu sibuk bermesraan di kamar. Sebenarnya, Sakura dan Sasuke tidak terlalu keberatan jika Sai dan Ino tidak ikut bersama mereka; karena sekarang bukan saatnya untuk menjelaskan kepada Sai dan Ino bahwa mereka sedang berkencan. Alur kisah mereka terlalu panjang untuk diceritakan dalam satu malam.
"Apa kalian yakin tidak apa-apa bagi kita untuk berada di sini?" tanya Naruto kurang percaya diri, "Aku tidak ingin duduk di samping Tsunade-sensei lagi."
"Tidak apa-apa, Naruto-kun. Sakura-chan dan aku telah memberikan sejumlah uang kepada petugas dan dia bilang kita bisa menggunakan kolam renang sampai tengah malam."
Sasuke tidak bisa lebih bahagia, Sakura tampak dalam suasana hati yang baik malam ini, itu berarti ia akan melihat Sakura memakai pakaian renang lagi, dan tentu saja, itu akan membuatnya mengiler, tapi siapa yang peduli? Kali ini ia benar-benar bisa menyentuh Sakura dan mencium gadis itu, bukan hanya menatap gadis itu dengan mata kagum seperti yang ia lakukan ketika mereka pergi ke danau beberapa waktu yang lalu. Ini adalah situasi yang sama sekali berbeda, ia bukan hanya Boo-Sakura, tapi ia juga Boo-dengan banyak manfaat. Semua pemikiran sederhana itu tanpa sadar memunculkan senyum lebar di wajah Sasuke.
"Kenapa kau tersenyum begitu?" tanya Sakura bingung, "Kau baik-baik saja?"
Sasuke mengangguk, "Ya, aku tidak pernah lebih baik dari ini."
Sakura mengangkat bahu, "Baiklah."
Sasuke kemudian menyelam ke dalam kolam dan menyandarkan punggungnya di tepi kolam, bersiap-siap untuk pertunjukan yang sangat ingin ia lihat, mulutnya terasa sudah berair penuh harap. Seringai lebar terbentuk di wajahnya ketika melihat Sakura mulai melepas pakaiannya, bikini merah muda menempel di tubuh gadis itu bagaikan kulit kedua. Sasuke menjilat bibir bawahnya, onyxnya bergerak ke lekuk tubuh dan kaki Sakura.
Sakura merasakan tatapan Sasuke padanya dan itu membuat darahnya mengalir deras di dalam tubuhnya dan jantungnya berdebar. Ia masuk ke dalam kolam dan dengan cepat dikurung di tepian kolam oleh lengan kuat Sasuke. Tubuhnya berusaha bergerak menjauh ketika adrenalin bergemuruh di dalam dirinya.
"Sasuke-kun, ayolah, Naruto dan Hinata-chan ada di sini juga," ucap Sakura pelan ketika Sasuke mulai menyerang lehernya, "Sasu."
Sasuke menatap teman-teman mereka, "Mereka sibuk bermesraan, lupakan mereka, Saku."
Sasuke menarik Sakura mencapai bagian kolam yang lebih dalam dan mengulangi gerakannya, mengurung Sakura di tepian kolam lagi, "Kau terlihat sangat seksi," pujinya, menjilat leher dan daun telinga Sakura, "Dan kau rasanya enak sekali, Saku."
Sakura terkikik dan memejamkan matanya, membiarkan emosinya mengalir. Ia sudah sangat tidak bisa bergerak dan bahkan tidak bisa menoleh jika ia mau.
Tubuh Sasuke sangat dekat, napasnya yang panas menerpa leher Sakura, membuat seluruh tubuh Sakura berdesir.
"Boleh aku menyentuhmu, Cherry?"
Sakura menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan. Bibir Sasuke melengkung membentuk senyuman dan kemudian bibirnya bergerak ke tulang selangka Sakura, menghisap kulit gadis itu. Ia meletakkan tangannya di perut Sakura, bergerak dengan ujung jarinya, sementara bibirnya mencari bibir Sakura. Ia tersenyum dalam ciuman mereka ketika lidahnya berhasil bertemu lidah Sakura di dalam mulut gadis itu, membelai lidah gadis itu dengan lidahnya.
Napas Sakura tercekat ketika ia merasakan gunung berapi di dalam dirinya terasa sudah cukup hidup kembali. Ia mencengkeram rambut hitam Sasuke dengan keras ketika ibu jari pemuda itu mengusap putingnya pelan, sangat pelan.
Sasuke menggigit bibir bawah Sakura dan menghisapnya, menarik diri sedikit hanya untuk melihat bibir gadis itu bengkak, "Apa kau suka?" tanyanya, masih mengusap melingkar puting Sakura dari luar bikini, "Hm?"
Sakura memejamkan matanya rapat-rapat dan mengerang nikmat di telinga Sasuke, mengirimkan gelombang kejut ke tubuh Sasuke, "Aku ingin lebih," ucap Sakura pelan, bibirnya menempel pada daun telinga Sasuke, menggigit kulit sensitif disana.
Sasuke tidak bisa lebih bahagia dengan kata-kata Sakura; ia menempelkan kening mereka, napasnya benar-benar berat sekarang dan ia perlahan mendorong bikini Sakura ke samping, membuat payudara kanan gadis itu terbebas. Ia menangkupnya dengan tangannya dan mengusap putingnya yang telah mengeras dengan ibu jarinya.
Sasuke bisa merasakan bagian bawah tubuhnya mulai sesak ketika tangannya menyentuh Sakura, air menempel di payudara telanjang gadis itu seperti kulit kedua. Ia membebaskan payudara Sakura yang satu lagi dan terdapat tahi lalat yang sangat kecil di sebelah puting gadis itu yang sedikit merah muda membuat kejantanannya semakin sesak, tubuhnya seolah dengan cepat mengirimkan aliran darah ke bagian dirinya yang paling intim.
"Ooh, Kami-sama," erang Sakura, ujung jarinya menekan di bahu Sasuke. Ia benar-benar terasa terbakar, dan meskipun hal itu masih membuatnya takut, ia tidak bisa menahan untuk tidak merasa seperti sedang terbakar. Perasaan basah di antara kedua kakinya membawanya ke tepi kegilaan.
Sasuke terengah ketika Sakura melemparkan kepalanya ke belakang, menawarkan lehernya yang sudah ditandai untuk dihisap. Sasuke dengan senang hati menerima tawaran gadis itu, menjilat leher Sakura ke atas dan ke bawah dan merasakan puting gadis itu yang mengeras menekan dadanya, yang pasti akan membuat kepalanya nyaris berguling-guling dengan gembira dan meledak seandainya ia adalah seorang tokoh kartun. Tangan Sasuke membelai tubuh Sakura, tidak pernah diam di satu tempat selama lebih dari satu menit, mencoba menyentuh setiap inci kulit halus gadis itu.
Sasuke bisa merasakan kejantanannya tumbuh lebih besar di balik celana pendeknya ketika tangan kecil Sakura mengusap perutnya dengan gerakan polos tapi begitu menggoda, bergerak turun dan berhenti di karet pinggang celana pendeknya. Sasuke semakin dekat dengan Sakura, tubuh mereka bersentuhan ringan satu sama lain, membuat perut mereka terasa mengencang. Sakura mencium dada, tulang selangka, dan akhirnya bibir Sasuke. Mereka saling berbagi ciuman kasar; Sakura mengirim begitu banyak gairah melalui ciumannya yang bahkan membuat kulit Sasuke merasa benar-benar merinding.
Sasuke menginginkan lebih banyak, tapi ia bisa merasakan tubuh Sakura bergetar, tangan mungil gadis itu meraih karet pinggang celana pendeknya lebih erat, Sasuke tidak yakin apakah Sakura takut ataukah itu adalah efek kenikmatan yang mereka berdua rasakan, tapi ia tahu Sakura akan melakukan hal yang mustahil dan yang tidak mustahil hanya untuk membuatnya bahagia.
"Cherry," bisik Sasuke, membelai leher Sakura dengan jarinya, "Apa kau baik-baik saja?" tangannya bergerak dari payudara Sakura yang terbuka menuju ke perut rata gadis itu, dan berakhir di pinggul gadis itu. Sasuke menarik diri sedikit, menghindari kejantanannya yang telah mengeras agar tidak bergesek dengan kulit Sakura.
Sakura memejamkan matanya, melingkarkan lengannya di leher Sasuke dan menarik pemuda itu lebih dekat lagi. Sasuke tersenyum sendiri dan melingkarkan lengannya di pinggang Sakura, yang mendapatkan desahan pelan dari Sakura ketika lengan Sasuke yang kuat dan posesif memeluknya.
"Mungkin terlalu jauh untuk hari ini?" tanya Sasuke, mengabaikan fakta bahwa ia begitu terangsang bahkan akan terasa sakit secara fisik, ini bukan tempat yang tepat untuk pertama kalinya mereka bercinta. Tidak di kolam renang hotel dengan teman-teman mereka di sana.
"Ya," bisik Sakura pelan, "Terlalu cepat."
Sasuke mengangguk, "Aku mengerti, Cherry," Ia mencium bibir Sakura dengan cepat, "Kau selalu membuatku kagum setiap saat."
"Kau juga membuatku kagum setiap saat," ucap Sakura, membelai lembut punggung Sasuke dengan jarinya. Ia membenamkan wajahnya di leher Sasuke, bernapas perlahan di sana, "Kau membawaku ke tempat-tempat yang aku tidak pernah berpikir akan pergi sebelumnya."
Sasuke tertawa, "Aku tahu perasaan itu," Ia menatap payudara Sakura, "Kami-sama, kau memiliki tubuh yang indah, Cherry."
Sakura tersipu malu.
"Ohh jangan bilang kau merasa malu sekarang?" ucap Sasuke bercanda dan menutupi payudara Sakura dengan bikini lagi, "Lebih baik?"
Sakura cemberut, "Sasuke-kun! Jangan kejam padaku, ayolah..." Ia membelai leher Sasuke dan berbisik pada pemuda itu, "Aku hanya tidak menjadi diri sendiri ketika kau ada di sekitarku, aku tidak sadar apa yang aku lakukan ketika kau menyentuhku."
"Aku punya efek besar pada orang lain," Sasuke menatap Sakura dengan geli, "Jangan khawatir."
Sakura meninju pelan dada Sasuke, "Kau sangat menyebalkan."
Sasuke melahap bibir Sakura lagi selama beberapa menit sebelum menarik diri dan berbisik di telinga gadis itu, "Ya, tapi kau sangat menyukaiku."
"Mungkin kau karmaku, eh!"
Sasuke mengangkat bahu, "Mungkin," dan kemudian ia mengangkat alisnya, menyeringai, "Atau kau bisa menganggapku sebagai nasibmu."
Sakura merasakan perutnya mengencang, "Ti-dak," ucapnya dengan suara parau, "Ini takdir."
Sasuke mengusap bibir Sakura dengan jarinya, merasakan tubuhnya berdesir mendengar suara parau gadis itu, "Kenapa kau bilang begitu?"
Sakura memejamkan mata lagi, menghela napas dalam-dalam, "Aku percaya nasib adalah masa depan yang bisa berubah," ucap Sakura, "Dan takdir—"
Sasuke menyela, membelai leher Sakura dengan bibirnya, "Dan takdir?"
Sakura mencium cuping telinga Sasuke dan berbisik di telinga pemuda itu, "Oh itu sesuatu yang tak akan terhindarkan, Sasuke-kun."
Sasuke tertawa, "Itu omong kosong, Saku."
"Mungkin," ucap Sakura, menarik wajah Sasuke untuk mencium bibir pemuda itu sekali lagi, "Tapi itu terdengar lebih menyenangkan daripada nasib, bukan begitu?"
"Ya..." ucap Sasuke, mengusap bagian belakang leher Sakura dan memperhatikan gadis itu selama satu menit dalam keheningan, "Aku lebih suka berpikir bahwa apa yang kita miliki tidak bisa dihindari, Cherry," ucapnya, tersenyum, "Itu berarti kau akan terikat denganku untuk waktu yang lama."
Sakura hanya bisa merasakan kupu-kupu menggelitik perutnya, "Beruntungnya aku."
***
To be continued
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)