"London Bridge is falling down, falling down, falling down, London Bridge is falling down, my fair laaaady!"
Sasuke dan Naruto terus bernyanyi ketika mereka menunggu antrean untuk masuk ke dalam bus di hari ketiga mereka di Inggris. Sakura dan Hinata yang berada tepat di depan mereka terus menutupi telinga mereka. Dua remaja lelaki itu menyanyikan lagu yang sama sejak sarapan dan para gadis tidak tahan lagi.
"Build it up with iron bars, iron bars, iron bars, build it up with iron bars, my fair laaaaady!" Sai bergabung dengan Sasuke dan Naruto, membuat Sakura mengerang frustrasi.
"Oh tidak," Sakura melihat sekeliling dan tatapannya bertemu Ino, "Buat dia berhenti, Ino-pig."
"Pumpkin, tutup mulutmu," ucap gadis pirang itu dengan suara tinggi tapi Sai tetap tidak berhenti, "SAI!"
Hinata dan Sakura melompat mundur mendengar jeritan Ino, sedangkan Naruto dan Sasuke tertawa keras melihat ekspresi Sai yang terkejut, "Kau bisa berhenti," ucap Naruto, "Tapi Teme dan aku akan terus bernyanyi."
"Iron bars will bend and break, bend and break, bend and break," Mereka melangkah ke dalam bus dan berjalan ke tempat duduk mereka, masih bernyanyi, "Iron bars will bend and break, my fair laaaady!"
Hinata duduk di samping Naruto dan memukul lengan pemuda itu, "Hentikan. Kalian sangat menyebalkan!"
"Oke oke," sahut Sasuke, melemparkan dirinya ke kursi di sebelah Sakura, "Kami berhenti."
Sakura mengangkat lengannya, "Akhirnya."
Sasuke tersenyum, menjalin jari-jari mereka dan berbisik di telinga Sakura, "Apa aku akan mendapatkan ciuman karena berhenti bernyanyi?"
"Tidak," Sakura membentak tiba-tiba, "Tapi kau akan mendapat tamparan jika kau mulai menyanyikan lagu itu lagi."
"Auw," goda Sasuke, "Sepertinya seseorang bangun dengan mood yang buruk hari ini."
Sakura meletakkan kepalanya di pundak Sasuke, mendesah, "Aku benar-benar lelah, Sasu."
"Karena itu Saku," Sasuke mencium kening Sakura, "Biarkan aku bernyanyi untuk membuatmu tidur."
Sakura tersenyum, "Oke," Ia menutup matanya.
"Build it up with needles and pins, needles and pins, needles and pins," Sasuke mulai bernyanyi lagi, "Build it up with needles and pins, my fair laaaady!"
"Fuck," Sakura menarik diri dari Sasuke, "Kau kadang-kadang memang brengsek."
Sasuke terkekeh keras dan menarik Sakura lebih dekat, "Aku hanya bermain-main, Cherry. Aku akan berhenti. Aku janji."
"Janji?"
Sasuke mengangguk dan mencium tangan Sakura, "Janji."
Mr. Fredricksen, orang terakhir yang masuk ke dalam bus dan meletakkan tasnya yang besar di kursi pertama, tepat di sebelah Tsunade, "Selamat siang, anak-anak," Ia menyapa para siswa dengan senyum lebar, "Apa kalian siap untuk melihat Sungai Thames?"
Beberapa orang berteriak ya dan Sakura merubah posisinya menjadi berbaring di kursinya, meletakkan kepalanya di pangkuan Sasuke, "Apa kau baik-baik saja, Cherry?"
Sakura mengangguk, menguap, "Ya."
Sasuke membelai rambut Sakura dengan lembut ketika pengemudi menghidupkan mesin dan pemandu memulai pidatonya tentang Sungai Thames, "Ini adalah sungai besar yang mengalir di Inggris selatan," jelas Mr. Fredricksen, mengelus kumisnya, seolah berpikir, "Sungai ini mengalir melalui beberapa kota-kota lain dan kota-kota seperti Oxford, Reading dan Windsor."
Sakura menutup matanya ketika ia merasakan tangan Sasuke perlahan membelai leher dan daun telinganya. Untuk pemuda sebesar dan sekuat Sasuke, ia tentu tahu bagaimana menjadi lembut. Ia menyentuh Sakura seolah gadis itu terbuat dari kaca dan bisa pecah kapan saja. Sakura tersenyum pada dirinya sendiri dan meskipun in akan sedikit beresiko, ia meraih tangan Sasuke yang bebas dan menempatkan tangan pemuda itu di atas perutnya di balik kaosnya.
"Oh, jadi kau suka saat aku membelaimu di sini, eh?" tanya Sasuke pada Sakura dengan senyum di wajahnya.
Sakura mengangguk, "Ya, Sasuke-kun."
Sasuke tersentak ketika mendengar Sakura memanggilnya begitu. Ini adalah pertama kalinya Sakura memanggilnya seperti itu dan jantungnya terasa berpacu lebih cepat mendengar kata itu keluar dari bibir Sakura. Ia menatap gadis itu, onyxnya penuh kegembiraan.
"Katakan lagi."
Sakura memandang Sasuke, sedikit bingung, "Ya?"
Sasuke menggelengkan kepalanya, "Tidak," ucapnya dengan suara serak, tidak keras, namun cukup terdengar oleh Sakura.
"Sasuke-kuuun," ucap Sakura, tersenyum lucu, "Aku ingin kau mengelus perutku, Sasuke-kun."
Sasuke menyeringai, mengusap-usap perut Sakura, "Seperti ini?"
Sakura menutup matanya lagi dan mengangguk; ia membelai lutut Sasuke dengan pelan, sepelan Sasuke membelai perutnya. Tangan malaikat. Itu adalah ungkapan terbaik untuk mendefinisikan sentuhan Sasuke. Bahkan ketika Sasuke kehilangan kendali atas tindakannya, ia masih akan begitu tenang. Sakura, di sisi lain, sedikit bergairah.
"Sungai ini memberikan namanya kepada Lembah Thames," Keduanya mendengar suara Mr. Fredricksen lagi, "Tapi apa kalian tahu apa yang ada di sana juga?"
Tidak ada yang menjawab, seisi bus hanya terus menatap pemandu dengan tatapan bosan.
"Baiklah, siapa yang ingin menjawabnya?" tanya Tsunade, jelas malu dengan kurangnya minat dari murid-muridnya.
"Jembatan London," sopir bus itu menyahut dan Mr. Fredricksen tersenyum lebar.
"Tepat sekali, bung!" Mr. Fredricksen berseru, "LONDON BRIDGE!"
"Oh tidak," ucap Sakura lebih kepada dirinya sendiri tapi Sasuke bisa mendengarnya dan mulai tertawa.
"Yo Temeee," teriak Naruto dari kursinya, "London Bridge, man!"
"Aku punya lagunya, kalian akan menyukainya," ucap Mr. Fredricksen, sambil memasang CD, "Ayo kita dengarkan sepanjang perjalanan ke jembatan."
Sakura mengerang ketika lirik lagu mulai memenuhi bus. Ia duduk tegak dan memandang sahabatnya, Hinata, yang menyembunyikan kepalanya di kedua tangannya, tampak frustrasi, "Ini tidak bisa terjadi."
"Pins and needles rust and bend, rust and bend, rust and bend, pins and needles rust and bend, my fairrr lady!" Mr. Fredricksen mulai bertepuk tangan dan bernyanyi menggunakan mikrofon, "Build it up with penny loaves, penny loaves, penny loaves, build it up with penny loaves, my faiiir lady!"
Naruto duduk berlutut, bergoyang bersemangat di kursinya, kepalanya bergerak ke depan dan ke belakang saat ia menyanyikan lirik lagu itu bersama dengan pemandu wisata, "Penny loaves will tumble down, tumble down, tumble down, penny loaves will tumble down, my faaaaaaaair lady!"
Sasuke berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak bernyanyi, tapi lagu itu melekat di kepalanya sepanjang hari ini dan ia hampir bergabung menyanyikan lagu itu bersama sahabatnya dan seisi bus. Ia menggumamkan lagu itu, mengetukkan jari-jarinya di pangkuannya.
"Oke, kau boleh bernyanyi, Sasu," ucap Sakura akhirnya, "Meskipun lagu ini adalah lagu yang paling menyebalkan yang pernah kudengar."
"Tidak, aku sudah berjanji padamu," jawab Sasuke, "Dobe bisa bernyanyi sendiri."
"Sasu…" kata ucap Sakura lagi, "Nyanyikan saja."
"Oke, jika kau memaksa," Sasuke menyeringai, "Build it up with silver and gold, silver and gold, silver and gold, build it up with silver and gold, my faaaair lady!"
Hinata menggelengkan kepalanya dan memanggil Sakura, "Ini akan menjadi hari yang panjaaaang."
Sahabat berambut merah mudanya itu mengangguk, "Ingatkan aku tentang itu."
***
"Gold and silver I've not got, I've not got, I've not got, Gold and silver I've not got, my fair laaaady!" Sasuke menyanyikannya dengan keras ketika ia melangkah keluar kamar mandi, ia telah mengenakan piyamanya dan melompat ke tempat tidur, "Here's a prisoner I have got, I have got, I have got, here's a prisoner I have got, my fair lady!"
"Cukup, Sasu. Aku tidak tahan lagi dengan lagu itu," Sakura menghela nafas, "Maksudku, bernyanyi di bus tidak masalah, tapi sampai membelinya di iTunes?" Ia menggelengkan kepalanya dan menutup buku catatannya, "Itu terlalu berlebihan."
Sasuke mengambil buku catatan dari pangkuan Sakura dan mencium leher gadis itu, "Apa kau cemburu dengan Lady baruku?"
"Lady yang mana?" tanya Sakura, menggigit bibir untuk menghindari erangan.
"Fair Lady dari London Bridge."
Sakura memutar matanya dan mendorong Sasuke, "Kau suka membuatku jengkel, eh?"
Sasuke tersenyum, mengangguk, "Ya, Cherry."
"Aku yakin itu."
Sakura meletakkan buku catatannya di dalam kopernya lagi, masih memperdebatkan tentang lagu yang terus digumamkan Sasuke. Sedangkan pemuda itu tengah mengganti saluran televisi, mencari sesuatu yang menarik untuk ditonton.
Sakura menatap Sasuke seraya berjalan ke kamar mandi, "Dan kau bahkan tidak memperhatikan apa yang kukatakan."
Sasuke mengalihkan pandangannya dari TV dan menatap Sakura tepat saat gadis itu menabrak pintu kamar mandi yang tertutup dan jatuh ke lantai.
"Aduh," Sakura meringis, menutupi hidungnya dengan tangannya, "Sialan."
Sasuke berlari ke arah Sakura, "Astaga, kau baik-baik saja?"
"Tidak," rengek Sakura sambil menggelengkan kepalanya.
Sasuke terkekeh, "Kau sangat ceroboh, Saku," Ia memberikan ciuman di ujung hidung Sakura lalu mencium bibir gadis itu dengan lembut. Sakura melingkarkan lengannya di leher Sasuke dan menarik Sasuke mendekat, membuat pemuda itu setengah berbaring di atas tubuh Sakura. Sasuke menghisap bibir Sakura sedikit, membelai rambutnya dan menggelitik hidung gadis itu dengan hidungnya sebelum menarik diri dan menempelkan keningnya dengan kening Sakura.
"Auw," ringis Sakura lagi, terkikik, "Dahiku juga sakit, Boo."
Sasuke memutar matanya dan berdiri, membantu Sakura berdiri juga, "Kau harus lebih berhati-hati atau suatu hari nanti kau akan patah tulang."
Sakura memijat dahinya, "Ini semua karena lagu bodohmu."
"Lagu itu tidak bodoh," protes Sasuke, "Itu keren."
"Itu stupid."
"Tidak, itu cool."
"Itu stupid," ucap Sakura lagi dan menjulurkan lidah pada Sasuke, "Stupid Bridge could fall down right nooow, fall down right now, fall down right nowww," Ia mengejek Sasuke, "Dan aku tidak akan peduli—"
Sasuke berpura-pura tersinggung, "Kau akan mati sekarang," ucapnya dan mulai berlari mengejar Sakura.
Sakura menjerit dan berlari ke kamar mandi, berusaha menutup pintu, tapi Sasuke tiga atau empat kali lebih kuat darinya, jadi pemuda itu dengan mudah mendorong pintu terbuka dalam waktu kurang dari satu menit. Sasuke mengambil langkah lebih mendekat, dan Sakura terus melangkah mundur sampai punggungnya bertemu dengan dinding kamar mandi. Sasuke menyeringai dan meletakkan kedua tangannya di kedua sisi Sakura, membuat Sakura mustahil untuk membebaskan diri dari Sasuke.
"Oke," Sakura menggigit bibir bawahnya, "Aku bersedia bernegosiasi denganmu."
Sasuke mengangkat satu alisnya, "Akan kudengarkan," ucapnya, "Tapi percayalah, kau telah menyakiti perasaanku dan jembatan London juga."
Sakura memutar matanya, "Baik, aku minta maaf telah mengejek lagumu bodoh," Ia membelai rambut Sasuke, "Dan aku minta maaf telah berkata bahwa jika jembatan itu runtuh aku tidak peduli."
"Hmm, lanjutkan," ucap Sasuke, menutup celah di antara mereka dan menempelkan bibirnya di leher Sakura.
"Aku minta maaf karena menghapus lagu itu dari iPhone-mu," tangan Sakura bergerak ke daun telinga Sasuke, memijatnya dengan lembut.
"Kau tidak menghapus laguku."
Sakura menghela nafas, membelai perut Sasuke dengan jarinya sementara tangan lainnya masih menempel di daun telinga pemuda itu, "Ya, tapi aku benar-benar berencana untuk melakukannya."
Mereka saling berpandangan, "Hmm biar kupertimbangkan apakah aku akan memaafkanmu."
"Ayolah Sasu," ucap Sakura, mengecup bibir Sasuke dengan bibirnya, "Please."
"Hmm… aku tidak tahu."
Sakura menjilat bibir bawah Sasuke perlahan dan cemberut, "Sasuke-kun!"
Sasuke memejamkan matanya, mengetahui bahwa ia tidak bisa berdebat lagi. Ia kalah dalam pertempuran melawan Sakura dan ia tahu bahwa Sakura sengaja memanggilnya menggunakan suffix kun. Sialan, Sakura begitu seksi setiap mengucapkan kata-kata apapun dari mulutnya, tapi lebih seksi saat memanggilnya seperti ini.
Sasuke memeluk pinggang Sakura, "Ini tidak adil."
Sakura terkikik, "Oh tentu saja."
Sasuke meraih Sakura dalam pelukannya dan membawanya kembali ke tempat tidur, mereka berdua berbaring di sana. Sakura menguap dan mengubah posisinya menjadi tengkurap.
"Matikan lampunya, Boo." gumam Sakura. Sasuke melakukan apa yang Sakura minta dan gadis itu memberi ciuman di dada Sasuke, "Terima kasih."
Sasuke tersenyum dan membelai punggung Sakura, merasakan gadis itu menyesuaikan diri dengan tubuhnya. Sakura meletakkan lengan kirinya di dada Sasuke dan menggosok kaki dinginnya di kaki Sasuke, seperti yang ia lakukan setiap malam untuk mencari kehangatan.
"Boo?"
"Hm?" jawab Sasuke yang sudah mengantuk.
"Boleh aku menjadi istrimu mulai sekarang?"
Sasuke tertawa, "Tentu."
Sakura mengangkat wajahnya dan menempelkan bibirnya di bibir Sasuke, "Terima kasih." Ia mencium ringan pemuda itu.
"Menciumku lagi dan aku tidak akan membiarkanmu tidur."
Sakura menjauh dari Sasuke, "Hellooo... besok kita akan ke Cambridge!" ucapnya protes, "Aku perlu istirahat untuk itu!"
Sasuke mengerang, "Kau menyebalkan sekali, Saku."
Sakura berbaring menyamping dan begitu juga Sasuke, keduanya menatap mata satu sama lain, bernapas gugup pada fakta sederhana bahwa mereka hanya saling berdekatan namun itu sudah membuat tubuh mereka bereaksi seolah mereka menyentuh satu sama lain.
"Dan kau brengsek, "jawab Sakura, membelai pipi Sasuke dengan tangannya. Ia menelusuri sisi wajah Sasuke dengan jarinya, merekam ekspresi pemuda itu di benaknya, "Tapi aku masih menyukaimu."
Sasuke melingkarkan tangan kanannya pada Sakura dan menarik gadis itu mendekat, "Ya, ya," ucapnya sarkastis, "Kita memang diciptakan untuk satu sama lain."
Sakura terkikik, "Hmm, Sasuke-kun."
Sasuke merasa perutnya seakan terikat, "Sialan," Ia bergumam pada dirinya sendiri, "Apa yang sudah kulakukan?"
"Kau sendiri yang mengatakan kita akan bersenang-senang di sini," Sakura mencium cepat cuping telinga dan bibir Sasuke, lalu merebahkan kepalanya di bantal lagi, "Sekarang hadapi itu, tampan."
Sasuke menghela nafas, "Aku merasa sangat kacau."
***
To be continued
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)