Hari berubah menjadi minggu dan minggu berubah menjadi bulan. Hari dimana Sasuke dan Sakura rencanakan untuk pernikahan mereka kini tinggal hitungan beberapa jam lagi. Keduanya gugup dan tentu saja bersemangat.
Sasuke ada di mansion-nya bersama teman-temannya. Suigetsu dan Naruto sedang bermain kartu sementara Juugo sedang membaca buku. Sasuke hanya menonton Suigetsu dan Naruto bermain, meskipun, sebagian besar waktunya ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Untuk beberapa alasan yang tidak ia ketahui, ia tidak bisa menyingkirkan Shion dan fakta bahwa gadis itu mengencani Konohamaru dari pikirannya.
"Ini aneh..." Sasuke mulai berbicara sambil menutup matanya. Teman-temannya menatapnya dengan tatapan bingung. Bertanya-tanya apa yang ia bicarakan. "Shion dan Konohamaru, maksudku. Mantanku berkencan dengan rivalku..."
Naruto menyeringai dan mulai berbicara. "Apakah seseorang sedang cemburu?" tanyanya sambil berdiri.
Sasuke membuka mata hitamnya dan menatap teman berambut pirangnya itu. Tatapan yang diterima Naruto sangat mengancam dan dingin, membuatnya menelan ludah dan duduk kembali di tempat duduknya. Suigetsu dan Juugo menyeringai saat mereka menyadari itu.
"Besok akan menjadi hari yang besar jadi aku harus tidur lebih awal," ucap Sasuke sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari pintu. Naruto, Juugo, dan Suigetsu memperhatikannya pergi.
"Aku penasaran... apa dia akan menikah besok atau dia akan membiarkan rasa cemburu mengambil alih dirinya dan melakukan tindakan bodoh?" tanya Juugo sambil menutup bukunya. Naruto dan Suigetsu memandang Juugo dan menghela napas. Mereka semua bertanya-tanya akan hal yang sama.
Sasuke baru saja mencapai kamar tidur utamanya. Ia membuka pintu dan langsung menuju tempat tidurnya. Ia duduk di tempat tidur kingsize-nya dan melepas sepatunya. Ia menghela napas kemudian berbaring telentang.
"Besok kau akan menjadi ratuku... Sakura... Uchiha Sakura..." Sasuke berpikir sendiri seraya tersenyum. "Bagaimana kau akan dipanggil? Nyonya Uchiha atau Nyonya Sasuke...?" pikirnya hingga kantuk mengambil alih dirinya.
***
Mata Sasuke terbuka dan ia melihat seorang pria paruh baya di hadapannya.
"Jadi, apa kau setuju dengan kesepakatan ini, Uchiha Sasuke?" ucap pria paruh baya itu.
Sasuke tidak tertarik pada apa yang dikatakan pria paruh baya itu dan hanya menjawab, "Ya, baik..."
"Bagus kalau begitu temui dia dan katakan padanya kau sudah selesai dengannya."
Sasuke melangkah keluar dari mansion keluarga Miroku. Ia memasuki mobil yang menunggunya. Juugo membuka pintu saat Sasuke mendekat. Begitu Sasuke berada di dalam mobil, Juugo menutup pintu dan menuju sisi kemudi. Ia masuk ke mobil dan menatap pada Sasuke. Sebelum ia bisa bertanya ke mana tujuan berikutnya, Sasuke telah memberitahunya.
Setelah sekitar sepuluh menit berkendara, Juugo berhenti di sebuah taman yang Sasuke tuju. Sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, Sasuke telah membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Sasuke menutup pintu dan ia melihat kekasih berambut pirangnya pada saat itu. Wajahnya sedikit menyala sampai suara ayah gadis itu sebelumnya terputar dikepalanya, "Aku ingin kau mengakhiri urusan kecilmu dengan putriku. Aku sudah memilihkan seorang suami untuknya. Jika kau tidak mengakhirinya malam ini, aku akan melakukan sesuatu yang sama-sama ingin kita hindari. Cukup sederhana. Akhiri urusan kecilmu dan pastikan itu benar-benar berakhir atau aku akan menjatuhkan perusahaanmu dengan caraku. Jadi apa kau setuju dengan kesepakatan ini, Uchiha Sasuke?"
Sasuke menghela napas dan berjalan mendekati Shion. Ia menatap ke tanah selama beberapa detik saat ia memikirkan sebuah kebohongan untuk dikatakan. Ia menatap Shion dan ia melihat senyum gadis itu mulai memudar dan kekhawatiran tampak mulai mengambil alih.
"Shion, kita perlu bicara," suara Sasuke terlalu rendah untuk didengar. Shion memiringkan kepalanya sedikit, melempar tatapan bertanya.
Sasuke menarik napas panjang dan mulai berbicara, "Aku tidak bisa... aku tidak bisa bersamamu lagi."
Mata Shion melebar selama beberapa detik. Ia memaksakan senyum yang seolah menunjukkan 'Ini tidak lucu'.
Sasuke menatap ke tanah. "Maaf Shion... aku... hanya tidak mencintaimu lagi..." ucapnya sambil memaksakan diri untuk menatap gadis itu. Jika ia ingin Shion memercayainya, entah bagaimana ia harus menunjukkan bahwa ia bersungguh-sungguh. Mata Shion mulai berair. Shion mengusap matanya dan mulai lari menjauh darinya. Sasuke menutup matanya dan menghela napas.
Saat ia membuka kembali matanya, ia menemukan dirinya berada di taman yang berbeda. Ia sekarang mengenakan tuksedo hitam. Ia melihat orang-orang sekarang berdiri dan iringan lagu pengantin wanita sedang dimainkan. Ia segera menatap pada gadis yang akan menjadi istrinya, gadis itu berjalan menyusuri karpet yang ada di antara kursi-kursi tamu. Gadis itu berbalik untuk menghadap pada Sasuke begitu ia sampai disamping Sasuke. Untuk beberapa alasan yang tidak Sasuke ketahui, ia tidak bisa melihat wajah gadis itu. Sasuke melepaskan veil dari wajah gadis itu. Matanya melebar saat ia menyadari itu bukan Sakura, itu adalah Shion.
***
Sasuke duduk di tempat tidurnya dengan napas terengah-engah. Ia mengusap matanya dan berdiri. Ia membuka pintu kamarnya dan mengerjap ketika ia melihat Naruto. Temannya itu menyengir lebar.
"Hai Teme, aku baru saja akan membangunkanmu supaya kau bisa bersiap-siap untuk pernikahanmu..." Naruto baru saja mulai berbicara ketika ia ditarik masuk oleh Sasuke. Sasuke menutup pintu kamarnya dan menatap ke arah teman berambut pirangnya yang tampak kebingungan.
"Di mana Juugo?" tanya Sasuke dengan tangannya masih di kenop pintu.
"Dia pergi untuk menjemput pengantin wanita," jawab Naruto. "Ada apa, Teme? Apa ada yang salah?"
Sasuke menggelengkan kepalanya dan kemudian mendesah. "Sebenarnya ya... aku bermimpi aneh, aku ingin memberitahu Juugo."
"Kau juga bisa memberitahuku! Aku tidak akan memberitahu siapapun."
Sasuke tersenyum sedikit. Bagian dari apa yang baru saja Naruto katakan itu benar. Naruto tidak akan memberitahu siapa pun kecuali Suigetsu dan Juugo.
"Aku menikahi Sakura, kan? Aku tidak menikahi Shion, demi Tuhan!" tanya Sasuke sedikit panik.
Naruto mengerjap pada pertanyaan itu dan hanya menjawab, "Tentu saja kau menikahi Sakura-chan. Kenapa kau akan menikahi Shion ketika dia sudah berkencan dengan bocah pendek itu?"
"A-Aku mencintai Sakura, kan... maksudku..." Sasuke mulai berbicara dan suara Naruto memotongnya.
"Apa-apaan ini, Teme? Kau tidak bisa mulai mengalami demam pernikahan sekarang!" Suara Naruto menunjukkan sedikit kekesalan. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba tenang. "Dengar, Teme... Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Shion, tapi aku tidak berpikir aku pernah melihatmu sebahagia kau bersama Sakura-chan. Tapi, aku bukan orang yang akan menikah, jadi kau harus membuat keputusanmu dalam satu jam."
Naruto meninggalkan kamar Sasuke dan menutup pintu di belakangnya. Sasuke menghela napas dan duduk di tempat tidurnya.
"Terima kasih banyak Dobe..." pikir Sasuke pada dirinya sendiri. "Mimpi yang bodoh..."
Sasuke mendongak saat ia mendengar ketukan di pintu kamarnya. "Masuk!" Ia berteriak agar orang itu bisa mendengar.
Pintu terbuka perlahan dan seorang gadis berambut pirang melangkah masuk ke dalam ruangan. Sasuke mengerjap ketika ia melihat siapa orang itu. Ia membuka mulutnya untuk mulai berbicara tapi terinterupsi oleh gadis itu.
"Aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu dan kuharap kau akan memiliki kehidupan yang menyenangkan bersamanya," ucap Shion sambil tersenyum. Sasuke menghela napas dan tersenyum.
"Terima kasih, Shion," balas Sasuke sambil berdiri. "Aku ingin memberitahumu alasan sebenarnya aku memutuskanmu..."
Shion terkikik karena terkejut. "Aku sudah tahu alasan sebenarnya. Aku mengetahuinya pada malam itu ketika aku kembali dari taman. Ayah memberitahu Ibu tentang hal itu... Tidak apa-apa, Sasuke. Aku tidak harus memaksamu... Aku mungkin akan melakukan hal yang sama jika aku berada diposisimu." Shion tersenyum, melihat sekeliling kamar Sasuke. "Um, kau harus segera bersiap-siap. Kau hanya punya waktu empat puluh lima menit sebelum pesta pernikahan dimulai."
Sasuke mengangguk dan Shion melangkah keluar dari kamarnya. Keduanya telah lega sekarang. Shion lega akhirnya bisa menerima semua kenyataan yang sebenarnya dan Sasuke lega bahwa ia akhirnya bisa menyingkirkan perasaan tak nyaman itu dari dadanya.
Sasuke berdiri dan melihat ke dinding di samping lemari pakaiannya. Ia tersenyum ketika ia melihat foto yang diabadikan Naruto ketika ia mencium Sakura pada kencan kedua mereka. Ia kemudian memandang lemari di mana tuksedonya disimpan.
***
Empat puluh menit telah berlalu sejak ia mendapat kunjungan dari Shion. Sasuke sekarang telah berada di taman, berdiri di depan air mancur yang berputar. Ia memandang Naruto, yang menjadi best man-nya, dan dua temannya yang lain berdiri di belakangnya. Juugo dan Suigetsu tersenyum ketika mereka melihat para tamu yang memenuhi tempat duduk disana.
Setelah semua orang duduk, pianis mulai memainkan lagu untuk mengiringi para bridesmaid. Bridesmaid pertama yang keluar adalah Hinata. Ia mengenakan gaun merah panjang yang menutupi kakinya, tanpa lengan dan ketat di bagian atas, menunjukkan lekuk tubuhnya. Tepat di dekat pahanya, gaun itu mulai melebar. Rambutnya disanggul dengan beberapa helai menggantung longgar. Saat ia mendekat, Naruto mengulurkan lengannya. Hinata tersenyum saat ia meraih lengan Naruto. Begitu mereka beberapa langkah menjauh dari Sasuke, Hinata dan Naruto berpisah dan pergi ke tempat mereka.
Hanabi hanya beberapa langkah di belakang Hinata dan disambut oleh Suigetsu. Ia mengenakan gaun yang sama dengan Hinata dan rambutnya pun juga sama. Sedangkan Ino menjadi maid of honor. Ia meraih lengan Juugo begitu ia mencapai pria itu. Kemudian mereka berdua berpisah dan pergi ke tempat mereka.
Kini pianis mulai memainkan lagu untuk mengiringi pengantin wanita. Semua orang berdiri dan berbalik untuk melihat sebuah limo. Dalam beberapa detik, Sakura muncul dari dalam limo tersebut. Ia memandang para tamu sejenak sebelum melihat ke tempat Sasuke berdiri. Ia tersenyum saat ia berjalan ke arah pria itu. Sasuke tersenyum ketika melihat betapa cantiknya Sakura dalam balutan gaun pengantinnya.
Dengan setiap langkah yang Sakura ambil, ia melewati tamu-tamunya dan lebih dekat dengan Sasuke yang akan menjadi suaminya. Pria itu mengulurkan tangannya untuk Sakura. Sakura meraih tangan Sasuke dan Ino mengambil buket bunga yang dipegang Sakura. Keduanya tersenyum satu sama lain saat Sai mulai berbicara. Sai diminta langsung oleh Sasuke untuk menikahkan mereka.
Setelah pidato panjang dari Sai, akhirnya tiba saatnya bagi Sasuke dan Sakura untuk mengucapkan janji mereka.
"Aku, Haruno Sakura, menerimamu Uchiha Sasuke, untuk menjadi suamiku. Untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang hingga selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelebihan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Dan di sini, aku berjanji padamu dengan kesetiaanku." ucap Sakura sambil tersenyum dan memasangkan cincin di jari manis Sasuke. Pria itu menyeringai dengan kebahagiaan.
"Giliranmu, Sasuke," kata Sai.
Sasuke mengangguk dan mulai berbicara, "Aku, Uchiha Sasuke, memberimu cincin ini, memakaikannya dengan cinta dan kebahagiaan. Aku memilihmu untuk menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelebihan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, dan inilah janji setiaku yang tulus." Ia kemudian memasangkan cincin di jari manis Sakura.
"Kau sekarang bisa mencium pengantinmu," kata Sai sambil tersenyum.
Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang Sakura saat ia mulai mencium istrinya itu. Sakura balas mencium Sasuke kembali dan melingkarkan lengannya di leher Sasuke, hingga semua orang bersorak. Mereka memutus ciuman mereka dan bergegas melangkah ke limo. Di pintu limo, Ino memberikan buket bunganya. Sakura tersenyum ketika ia melihat kerumunan gadis-gadis yang menumpuk beberapa meter darinya.
Hinata menghela napas saat Hanabi tersenyum dan berbisik padanya, "Siap-siap!" Hinata memutar matanya. Ia sebenarnya tidak ingin terjebak dalam kerumunan gadis-gadis yang berebut untuk mendapatkan buket bunga. Tapi Naruto dan Hanabi memaksanya.
Sakura berbalik dengan memunggungi kerumunan gadis-gadis. Ia melemparkan buket melewati atas kepalanya dan berbalik untuk melihat siapa yang berhasil menangkapnya. Hanabi melompat sama halnya seperti yang dilakukan gadis-gadis lainnya. Hinata diam saja, tapi ia memperhatikan bahwa buket itu mengarah langsung padanya. Ia menghela napas dan meraih buket itu begitu berada di jangkauannya. Hanabi tersenyum cerah padanya.
"Heh, kau mendapatkannya!" Hanabi berkata dengan gembira. Hinata membalas senyum Hanabi dan kemudian melangkah menuju Naruto yang juga tersenyum.
Sakura dan Sasuke segera masuk ke dalam limo. Juugo yang bertugas sebagai sopir, menutup pintu dan menuju ke kursi kemudi dan mulai menjalankan mobil keluar dari taman.
Konohamaru dan Shion tersenyum atas kebahagiaan ini, mereka saling berpegangan tangan dan mulai kembali ke tempat mereka.
***
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)