expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jealousy #6



Mata Shion melebar ketika ia mendengar nama Uchiha Sasuke.
"Uchiha Sasuke…?" ulangnya seraya menatap Konohamaru.
Konohamaru memiringkan kepalanya bingung ketika Shion menatapnya. Shion mengalihkan pandangannya ke tangannya saat ia menyadari tangannya terkepal.
"Kau kenal dia?" tanya Konohamaru pada Shion. Shion menatap kembali pada Konohamaru dan mengangguk.
"Ya, aku kenal dia. Dia seorang... teman... Kenapa dia tidak memberitahuku kalau dia akan menikah!" ucap Shion sedikit terlalu keras.
"Um, dia baru saja melamar tadi malam," jawab Konohamaru. Konohamaru mengerjap ketika ia menyadari apa yang ia katakan. Apakah ia sedang membela Uchiha Sasuke, musuh terbesarnya? Namun pikirannya segera diinterupsi oleh gadis di depannya.
"Kenapa kita tidak memisahkan mereka saja?" tanya Shion. Konohamaru berkedip mendengar saran Shion. Apakah gadis itu sama dengannya, kehilangan seseorang yang sangat disayangi?
"Bagaimana mungkin?"
"Um, kau berusaha menjauhkan gadis itu dari Sasuke, sementara aku akan menjauhkan Sasuke dari dia. Membuat mereka menghabiskan waktu dengan orang lain mungkin akan membuat mereka berpisah... atau membuat mereka cemburu hingga mereka putus."
Konohamaru tersenyum ketika memikirkan rencana itu. "Itu mungkin berhasil!" serunya dan Shion mengangguk.
"Baiklah misi Break up the Love Birds dimulai sekarang!" Shion berbicara dengan keras.
Konohamaru menatap Shion mendengar nama sebutan misi mereka. Membuat gadis itu mengernyit.
"Apa kau tidak suka?" tanya Shion sambil melotot pada Konohamaru.
"Uh... tidak..." Konohamaru berbohong sambil tersenyum, menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Baiklah, jadi seperti yang aku katakan, Misi Break up the Love Birds dimulai sekarang!"
Konohamaru menghela napas sedikit dan mengangguk. Shion memutar matanya dan memalingkan muka. Konohamaru 
meregangkan tubuhnya dan ia melihat ke arah Shion ketika gadis itu menatapnya. Membuatnya tersenyum sedikit.
"Kita sebaiknya mulai sekarang," kata Konohamaru. Shion tersenyum dan mengangguk.
"Yeah..." gumam Shion sambil menyerahkan ponselnya. "Tulis nomor teleponmu. Aku akan meneleponmu nanti untuk memberitahumu apa yang terjadi pada misiku. Kau akan memberitahuku juga bagaimana keadaan di misimu."
Konohamaru mengambil ponsel itu dan memasukkan nomor teleponnya, kemudian mengembalikannya kembali pada Shion. 'Mungkin aku masih punya kesempatan untuk memenangkannya!' batin Konohamaru saat mereka mulai berjalan berpisah.
***
Dalam perjalanan menuju ke rumah Sakura, Konohamaru melihat seorang gadis berambut coklat gelap berjalan di depannya. Dan di sebelahnya ada seorang gadis yang lebih tinggi. Konohamaru berkedip dan memanggil mereka, "Hanabi, Hinata-nee!" Mereka berdua menoleh ke arahnya dan tersenyum.
"Konohamaru!" seru Hanabi sambil tersenyum. "Bagaimana kabarmu?"
Konohamaru tersenyum ketika ia mencapai mereka. "Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" tanyanya.
"Sama, aku juga baik."
"Kau mau kemana, Konohamaru?" tanya Hinata. Konohamaru memandangnya dengan senyum.
"Ke rumah Sakura-nee," jawab Konohamaru.
Hanabi tersenyum saat Hinata menatapnya. "Masih belum menyerah, eh?" tanya Hinata. Konohamaru menggelengkan kepalanya.
"Tidak."
"Senang mendengarnya," kata Hinata sambil tersenyum tipis. "Kami juga ingin ke rumah Sakura-chan."
Konohamaru memandang Hanabi. Senyumnya memudar ketika ia mengingat suara ayahnya yang mengatakan padanya bahwa gadis yang membantunya mengakui perasaannya ini benar-benar memiliki rasa untuknya.
Hanabi memperhatikan Konohamaru yang sedang menatapnya, membuatnya tersenyum.
"Apa kau baik-baik saja, Konohamaru?" tanya Hanabi. Konohamaru mengerjap dan mengangguk.
"Ya," jawab Konohamaru sambil tersenyum. Hanabi balas tersenyum dan lanjut berjalan bersama Hinata ke rumah Sakura. Diikuti Konohamaru yang berjalan tenang di belakang mereka.
***
Sasuke masih memandang Naruto dengan kesal. Meskipun sakit kepalanya mulai memudar.
Naruto menatap Sasuke sambil menyengir lebar. Ia tahu ia dalam masalah besar tapi ia tidak peduli. Dalam beberapa detik keheningan itu dipecah oleh suara ketukan pintu.
"Masuklah," ucap Sasuke sambil memandang pintu. Shion melangkah masuk ke dalam kamar, mengejutkannnya. "Apa yang…"
"Aku datang untuk menghabiskan waktu bersamamu hari ini!" potong Shion. "Aku juga dengar kau sudah bertunangan."
"Lalu kenapa?" ucap Sasuke dengan kasar. Naruto memandang mereka berdua tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kenapa?" Shion bertanya kesal. "Kenapa kau bertunangan dengan gadis lain?"
Sasuke mengangkat alis kebingungan. Naruto menatap Shion tanpa mengatakan apapun. Setelah beberapa detik terdiam, Naruto berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.
"Um, sepertinya aku harus pergi. Hinata-chan akan membunuhku jika aku terlambat." ucap Naruto seraya berjalan keluar kamar dan menutup pintu di belakangnya. Sasuke memperhatikan kepergian temannya sebelum kembali menatap ke arah Shion.
"Apa pentingnya bagimu? Kita tidak akan pernah berhasil."
"Itu tidak benar! Semuanya akan menjadi luar biasa jika... jika kau dulu tidak pergi tanpa mengatakan apapun padaku."
"Aku tidak punya pilihan…"
"Apa? Tentu saja kau punya pilihan! Semua orang mempunyainya!"
Sasuke menghela napas seraya tersenyum miring menatap Shion. "Lupakan itu... sudah terlambat. Aku sudah bertunangan dan aku bahagia dengannya."
Sasuke menatap Shion yang melotot padanya. Ia berdiri dari tempat tidur dan berjalan menuju ke kamar mandi. Shion hanya memperhatikannya berjalan ke kamar mandi.
"Bisakah kita menghabiskan hari bersama?" tanya Shion sebelum Sasuke menutup pintu. Sasuke memandangnya bingung. "Kau berhutang banyak padaku."
"Tidak ada yang akan terjadi di antara kita... Semuanya sudah berakhir," ucap Sasuke sambil menutup pintu kamar mandi, mengabaikan bagian 'berhutang banyak padaku'. Shion menghela napas seraya memandang pintu kamar mandi.
"Itu menurutmu," bisik Shion pada dirinya sendiri.
Setelah beberapa menit di kamar mandi, Sasuke keluar dengan pakaian casual. Ia menatap Shion yang sekarang duduk di tempat tidurnya.
"Aku tidak bisa menghabiskan hari bersamamu, aku harus pergi menemui tunanganku." ucap Sasuke seraya mengambil kunci mobil di meja. Saat ia akan meraih kunci itu, Shion meraih lengannya dan menariknya menjauh dari meja. Tidak mungkin ia akan membiarkan Sasuke pergi, tidak ketika ia yakin bahwa pria itu masih menyimpan perasaan untuknya.
Sasuke tersentak saat Shion menarik dirinya ke arah gadis itu dan berbisik "Jangan pergi," ke telinganya. Ia menatap Shion dan aroma tubuh gadis itu menari-nari di indera penciumannya. Kenapa Shion harus datang hari ini. Ia benar-benar harus pergi, ia harus meminta maaf pada Sakura karena meneleponnya larut malam dan ia juga sangat ingin bertemu gadis itu.
"Shion...," ucap Sasuke pelan, "Mungkin besok aku bisa menghabiskan hari bersamamu, tapi tidak hari ini." Shion menggelengkan kepalanya dan memegang lengan Sasuke lebih erat.
"Hai, Sasukee!"
Sebuah suara yang dikenal Sasuke terdengar dan pintu kamar terbuka. Sasuke dan Shion menoleh dan mendapati Suigetsu berdiri disana.
"S-Suigetsu!" ucap Sasuke terkejut. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya. Suigetsu mengangkat alisnya kebingungan ketika ia melihat Shion yang memegang lengan Sasuke erat-erat.
"Aku datang untuk meminjam mobilmu..." jawab Suigetsu.
Sasuke menarik lengannya menjauh dari Shion saat cengkeraman gadis itu mengendur.
"Tentu, dan apa kau bisa mengantarku ke rumah Sakura?" tanya Sasuke sambil berjalan ke arah Suigetsu dengan kunci di tangannya. Suigetsu menjawab dengan anggukan dan kemudian menunjuk pada Shion bingung. Sasuke menoleh menatap gadis itu.
"Aku harus pergi, kita bisa bicara besok," kata Sasuke dan kemudian meninggalkan kamarnya bersama Suigetsu.
Suigetsu sesekali menatap Sasuke, menunggu jawaban, saat ia berjalan di samping temannya itu menuju pintu keluar.
Sasuke menyadari bahwa Suigetsu sedang menunggunya untuk menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan Shion. "Tidak ada yang terjadi."
"Benarkah?"
"Ya, benar."
"Jadi kenapa dia memegang lenganmu seperti itu jika kalian berdua tidak berkencan lagi?"
"Aku tidak akan mengkhianati Sakura!"
"Aku tidak bilang kau mengkhianatinya."
"Bagus, kalau begitu lupakan saja."
"Jadi apa yang..."
"Dia datang ke kamarku dan mulai berbicara tentang pertunanganku dengan Sakura dan kenapa dia bukan orang yang aku lamar. Aku sudah mengatakan padanya aku tidak lagi mencintainya, jadi kenapa dia terus datang?" ucap Sasuke kesal, menyela Suigetsu.
Suigetsu tetap diam begitu Sasuke menginterupsinya. Ia mendengarkan dengan baik sampai mereka mencapai mobil.
"Itu tidak benar, kan?" Suigetsu akhirnya bertanya sambil membuka pintu mobil. Sasuke menatap Suigetsu bingung dan menunggu temannya itu melanjutkan. "Maksudku kau memang masih mencintainya tapi itu tidak sama dengan cinta yang kau miliki untuk Sakura. Kau putus dengan Shion karena orang tuanya, dan karena kau belum memberitahu Shion, dia akan terus datang sampai kau memberitahu yang sebenarnya alasanmu putus dengannya, dan bukan terus memberinya jawaban tentang kau yang tidak mencintainya lagi."
Sasuke masuk ke mobil tanpa mengatakan apapun. Suigetsu mengikuti dengan masuk ke sisi pengemudi dan menutup pintu.
***
Sakura, Ino, dan Sai sedang duduk di meja makan membicarakan tentang kencan yang Sakura lalui dengan Sasuke semalam. Sai memutar matanya saat istrinya menjerit ketika Sakura menunjukkan cincin pertunangannya.
"Kapan? Kapan kau akan mencari gaun untuk pernikahanmu? Lalu apa yang akan kau persiapkan untuk bulan madumu?" tanya Ino, tidak memberi kesempatan pada Sakura untuk menjawab. Sakura hanya tersenyum gugup tepat ketika bel pintu berbunyi, menginterupsi Ino dengan sederet pertanyaannya.
"Aku akan membukanya!" ucap Sakura, ia berdiri dan berjalan menuju pintu dengan cepat. Ino mengerjap pada kecepatan berjalan temannya itu. Ia menatap Sai yang tersenyum padanya.
Sakura membuka pintu dan melihat Hinata, Hanabi, dan Konohamaru berdiri disana. Ia berkedip beberapa kali sebelum berbicara, "Hai, apa yang kalian lakukan di sini?"
"Apa? Apa kita tidak boleh mengunjungi seorang teman?" tanya Hinata dengan senyum lebar. Hanabi juga tersenyum sedangkan Konohamaru mengalihkan pandangannya dari Sakura.
"Kami ingin tahu bagaimana kencanmu dengan Sasuke-san," kata Hanabi. Sakura menatap Konohamaru, tahu bahwa ini bukan alasan remaja lelaki itu datang ke sini.
"Bagaimana denganmu, Konohamaru?" tanya Sakura pada Konohamaru yang sedang menatap Hanabi dan Hinata bergantian. Konohamaru memperhatikan ekspresi dari dua temannya dan menelan ludah dengan keras saat ia kembali menatap ke arah Sakura.
"A-Aku datang untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi tadi malam," gumam Konohamaru pelan, ia memandang ke arah tangannya, bermain dengan jari-jarinya. Sakura tersenyum sedikit dan melangkah ke samping untuk membiarkan mereka masuk.
"Ino dan Sai juga ada di sini," ucap Sakura ketika mereka masuk.
"Benarkah?" tanya Hinata saat ia berjalan menuju ruang makan untuk bertemu dengan Ino dan Sai. Hanabi dan Konohamaru mengikuti di belakangnya. Sakura menutup pintu dan juga menuju ke ruang makan. Ia menghela napas sebelum ia memasuki ruang makan dan bergabung dengan yang lain.
Begitu semua orang duduk mengelilingi meja, bel pintu berbunyi lagi.
"Aku akan membukanya," ucap Konohamaru sambil berdiri dari tempat duduknya. Sakura menggelengkan kepalanya dan berdiri. Ia tersenyum pada Konohamaru.
"Tidak, aku saja," kata Sakura dan berjalan menuju pintu. Ia membuka pintu dan melihat Sasuke berdiri di hadapannya.
Sasuke berkedip, ia mendesah dan memiringkan kepalanya. "Apa? Tidak senang melihatku?" ucap Sasuke dengan cemberut. Sakura menatapnya selama beberapa detik sebelum melangkah ke samping untuk membiarkannya masuk. Sasuke berjalan dengan kesal mendapat sambutan seperti itu dari tunangannya. Ia mengharapkan ciuman atau sesuatu yang manis seperti biasanya, tapi malah sebaliknya, ia tidak mendapat apa-apa selain tatapan.
"Apa aku mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang salah?" tanya Sasuke saat Sakura hanya memandangnya.
Setelah beberapa saat dalam keheningan, Sakura menutup pintu dan berjalan menuju ruang makan, mengabaikan Sasuke yang kebingungan, yang akhirnya mengikuti di belakangnya. Semua orang memandang pasangan itu saat mereka masuk. Segera semua mata tertuju pada orang di sebelah Sakura.
Sasuke mengerjap ketika ia melihat seisi ruangan duduk tenang di sekeliling meja. Ia melihat Konohamaru  dan mulai merasa tak nyaman. Dari awal ia memang tak menyukai Konohamaru, dan dengan sikap lancang bocah itu yang mencium Sakura-nya, membuatnya semakin tak menyukai bocah itu.
Sakura memandang Konohamaru dan Sasuke bergantian, menunggu sesuatu yang mungkin akan terjadi di antara mereka. Keheningan itu pecah ketika Ino bertanya pada Sasuke, pertanyaan yang sudah ditanyakannya pada Sakura sebelumnya.
"Jadi, Sasuke, kapan pernikahannya?"
Sasuke mengalihkan pandangannya ke arah Ino dan tersenyum sedikit.
"Um, kami belum memutuskan. Aku hanya melamarnya semalam dan aku datang hari ini untuk mengajak Sakura mendiskusikannya malam nanti." jawab Sasuke.
"Aku harus pergi," kata Konohamaru sambil berdiri dari kursinya. Semua orang menoleh melihatnya.
"Kuantar...?" ucap Sakura. Konohamaru mengangguk ketika ia berjalan menuju pintu. Sakura mengikutinya dalam diam. Konohamaru membuka pintu dan melihat ke arah Sakura.
"Maaf aku tidak bisa menjelaskannya," ucap Konohamaru sambil memaksakan diri untuk tersenyum. Sakura mengangguk dan balas tersenyum palsu.
"Jangan khawatirkan tentang itu." ucap Sakura. Konohamaru mengangguk dan melangkah pergi.
Sakura menutup pintunya dan kembali ke ruang makan. Seisi ruangan sekarang berbicara tentang pernikahan antara Sasuke dan Sakura. Keduanya mendesah dan mereka hanya menjadi pendengar percakapan.
Setelah beberapa jam, Sasuke dan Sakura akhirnya ditinggal berdua. Sai dan Ino pamit pulang karena harus berbelanja makanan, sedangkan Hinata akan bertemu dengan Naruto dan harus bersiap-siap, dan Hanabi akan membantu Hinata memilih sesuatu yang nyaman untuk kencannya.
Sakura dan Sasuke tidak berbicara apapun. Pikiran mereka masih terjebak dalam percakapan yang diangkat Ino sebelum pergi. Pembicaraan tentang Sasuke yang harus siap menghadapi perubahan suasana hati Sakura 'ketika' ia membuat gadis itu hamil nantinya. Sakura mencoba membayangkan dirinya yang sedang hamil, sedangkan Sasuke tampak menebak-nebak perubahan suasana hati apa yang akan Sakura rasakan jika gadisnya itu hamil.
"Jadi, apa yang kau lakukan jam tiga pagi, Sasuke-kun?" tanya Sakura begitu ia tersadar dari imajinasinya. Sasuke mengerjap dan menatap Sakura. Ia tersenyum gugup. Oh, ia dalam masalah besar.
"Aku... aku minta maaf," ucap Sasuke mencoba mencari cara untuk menjelaskan seluruh situasinya. "Sampai di rumah aku tiba-tiba merindukanmu, jadi aku memutuskan untuk meneleponmu."
"Apa yang kau lakukan hingga pulang ke rumah jam tiga pagi?"
"Um, Naruto membawaku ke... bar?" ucap Sasuke, lebih seperti bertanya daripada menceritakannya.
Sakura memiringkan kepalanya bingung. "Tapi kau tidak minum, kan?"
"Itu yang aku pikirkan."
"Apa yang kau pikirkan?"
"Maksudku, aku tidak tahu aku tidak minum...?"
Sakura memutar matanya, ia berdiri dan tersenyum sedikit. Sasuke memandang gadis itu dengan wajah polos. Ia tidak ingin mendapat masalah dengan orang yang paling ia cintai.
"Jadi um malam ini?" tanya Sasuke, mengubah topik pembicaraan.
"Malam ini?" tanya Sakura sambil menatap Sasuke. "Diskusi tentang pernikahan?"
Sasuke mengangguk sebagai jawaban.
"Datanglah kesini sekitar jam tujuh dan kita bisa mulai merencanakan semuanya. Aku juga ingin membuatkanmu makan malam, Sasuke-kun."
Sasuke tersenyum dan menarik Sakura hingga gadis itu jatuh dipangkuannya. "Dan setelah itu?" Ia menatap Sakura dengan seringai.
Sakura tersipu, melingkarkan lengannya di leher Sasuke. "Setelah itu..." Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, Sasuke telah melumat bibirnya.
***
Konohamaru bertemu dengan Shion setelah ia meninggalkan rumah Sakura. Misi itu sepertinya gagal untuk mereka berdua.
Shion memandang Konohamaru, ia berdiri di sana dalam keheningan. Ia menghela napas dan mulai bermain dengan rambutnya. Keduanya tidak mengatakan apapun kecuali "Apa yang terjadi" yang berasal dari mulut Konohamaru.
"Aku minta maaf," akhirnya Shion berbicara. "Aku mencoba menghentikannya tapi kemudian temannya datang dan dia melarikan diri."
Konohamaru menatap Shion dan tersenyum sedikit. Siapa dirinya? Ia tahu sejauh apapun, rencana ini tidak akan berhasil.
"Tidak apa-apa; ayo lupakan saja misi ini. Mereka akan tetap bersama satu sama lain tanpa peduli tentang kita," ucap Konohamaru. Shion mengerjap dan menatap Konohamaru. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang dan terus menatap Konohamaru. Bagaimana bisa Konohamaru mengatakan itu?
"B-Bagaimana kau bisa menyerah pada seseorang yang kau cintai?" tanya Shion sedikit terlalu keras. Konohamaru hanya tersenyum padanya.
"Kau tahu, mungkin aku akan mengatakan hal yang sama kemarin, tapi sekarang aku berpikir kenapa aku ingin membuat orang yang kucintai menderita? Jika aku mencintainya, aku akan membiarkannya pergi sehingga dia bisa bahagia, bahkan jika itu berarti aku tidak akan menjadi orang yang membuatnya bahagia."
"Aku... aku tidak bisa..." Shion mulai berbicara ketika tiba-tiba sepasang bibir mengunci bibirnya. Ia tersipu saat menyadari siapa yang menciumnya.
Wajah Konohamaru memerah saat ia menarik diri. Ia memalingkan muka agar Shion tidak bisa melihat wajahnya yang memerah. Ia tak percaya ia mencium orang lain, terutama seseorang yang baru saja ia kenal. Tapi orang itu sama seperti dirinya, kehilangan seseorang yang dicintai.
"Maaf," bisik Konohamaru, memecah kesunyian. Shion menatap Konohamaru yang masih memerah. Ia menggelengkan kepalanya sedikit untuk membebaskan diri dari pikirannya yang terasa penuh.
"Jangan minta maaf..," Shion berbisik cukup keras sehingga Konohamaru bisa mendengarnya. Konohamaru menatap Shion lagi. Gadis itu menyengir lebar, yang membuatnya terkekeh.
"Misi Break up the Love Birds gagal." ucap Shion sebelum ia mencium Konohamaru sebagai balasan ciuman pemuda itu tadi.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)