Setelah mengucapkan selamat malam pada Hinata, Konohamaru segera bergegas pulang. Bayangan tentang Sakura dan Sasuke menikah terus bermain di kepalanya. Ia membuka pintu depan rumahnya dan melangkah menuju kamarnya. Ia menyeret kakinya dan menjatuhkan dirinya di tempat tidur.
Ia menatap dinding yang penuh poster-poster dari game, artis, dan festival favoritnya. Ia menghela napas dan menutup matanya. 'Aku tidak bisa membiarkan dia menikah dengan pria dingin itu... aku tidak bisa,' pikirannya mulai memudar ketika kantuk mengambil alih dirinya.
***
Bunyi dering ponsel bergema di seluruh ruangan, mengganggu sepasang kekasih yang tertidur nyenyak akibat kelelahan karena kegiatan seks mereka. Tangan Sasuke terulur ke meja mencari ponsel itu, namun tidak mendapatkan apapun. Ia membuka matanya dan memandang sekeliling. Ia akhirnya menyadari bahwa bunyi dering itu berasal dari lantai, disaku celananya yang tergeletak sembarangan. Ia duduk di tempat tidur dan meregangkan badan. Ia membungkuk dan meraih celananya, menarik ponselnya keluar dan membukanya. Kemudian mendekatkan ponselnya di telinganya.
"Halo?" ucapnya dengan suara serak.
"SASUKE-TEMEEE!" sebuah suara berteriak di seberang sana. Sasuke segera menjauhkan ponsel dari telinganya saat orang itu meneriakan namanya. Ia juga mendengar lenguhan dari Sakura di sampingnya. Gadis itu memandangnya, berbaring telentang, memberinya tatapan bertanya. Sasuke mengangkat bahu sambil meletakkan ponselnya kembali ke telinganya.
"Dobe?" ucap Sasuke kesal.
"Teme, kau harus cepat ke sini! Suigetsu mabuk dan dia mencoba menggoda tamumu! Ngomong-ngomong jam berapa acara ini harusnya selesai?"
Sasuke menghela napas dan menjawab, "Harusnya sudah selesai jam 12 semalam. Dan sekarang jam lima pagi."
"Oh... maaf juga sudah mengganggu malammu dengan Sakura-chan, tapi kau harus menghentikan Suigetsu. Juugo dan aku tidak bisa menghentikannya."
"Baiklah, aku segera pulang," ucap Sasuke malas dan memutuskan sambungan telepon sebelum Naruto bisa mengatakan hal lain. Ia melihat kembali ke arah Sakura dan tersenyum kecil.
"Aku minta maaf, Cherry, aku harus pergi," kata Sasuke sambil mencium kening gadisnya. Sakura menutup matanya saat ia mencium aroma pria itu.
"Apa kau benar-benar harus pergi?" rengek Sakura, memanyunkan bibirnya. Sasuke mengangguk dan ia mencium bibir mungil gadisnya itu. Sakura balas mencium seraya memeluk leher Sasuke.
Setelah cukup lama, Sasuke menarik diri dan perlahan melepaskan lengan Sakura. "Hei, jangan cemberut. Aku akan menggantinya. Bagaimana jika nanti malam kita berkencan, hm?"
"Baiklah, beri tahu aku di mana dan kapan."
"Sekitar jam tujuh. Aku akan menjemputmu; pastikan kau memakai sesuatu yang anggun."
Sakura mengangkat alis kebingungan. Ia membuka mulutnya untuk berbicara, tapi sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, Sasuke mulai berbicara lagi.
"Ini kejutan," ucap Sasuke seraya berdiri dari tempat tidur dan mulai mengambil pakaiannya yang tergeletak sembarangan di lantai. Sakura memperhatikan saat prianya itu berpakaian. Ia bersiul dan menyeringai. Sasuke mengerjap dan menatap gadisnya. Sasuke sedikit tersipu dan setelah ia selesai berpakaian, ia balas menatap nakal ke arah Sakura.
Sasuke mencium pipi Sakura dan mengecup bibir gadis itu sebelum berbisik, "Sampai nanti, Cherry." Kemudian ia melangkah keluar rumah dan menuju ke mobil.
***
Sasuke segera sampai di mansion-nya. Ia dengan cepat menuju ke ballroom tempat tamu seharusnya berada. Ia mengerjap saat ia hanya melihat teman-temannya yang tertidur. Naruto tidur di lantai dengan uang di tangannya. Suigetsu tidur dengan posisi duduk dengan kepala di atas meja. Sedangkan Juugo, bersandar di dinding dengan mata tertutup.
Sasuke tak bisa percaya apa yang dilihatnya. Naruto menelepon dan membangunkannya, memberitahunya bahwa Suigetsu menggoda tamu yang seharusnya sudah pulang beberapa jam yang lalu. Alisnya berkedut saat ia mendengar langkah kaki memasuki ruangan. Ia berbalik untuk melihat siapa sosok itu.
"Shion...?" ucap Sasuke berbisik. Miroku Shion tersenyum saat ia berhenti tepat di depan Sasuke. Ia mengenakan gaun pendek putih yang menunjukkan kaki jenjangnya.
"Hai," sapa Shion.
Sasuke mendengus sambil menatap gadis itu. Ia tidak bisa mempercayainya. Kenapa gadis itu ada di sini dan pada jam seperti ini?
"Apa yang kau lakukan di sini?" Sasuke bertanya dengan kasar. Shion tersenyum tipis saat berjalan melewati Sasuke. Gadis itu berbalik ke arah Sasuke dan memiringkan kepalanya sedikit ke kanan.
"Apa kau tidak senang melihatku?" tanya Shion.
Sasuke tak menjawab. Apa yang harus ia katakan? Terakhir kali ia bertemu dengan gadis itu semua hal tak berjalan dengan baik di antara mereka.
Shion meletakkan tangannya di lengan Sasuke. "Baiklah, bagaimana dengan berdansa?"
"Kenapa kau di sini?" Sasuke bertanya lagi.
"Aku datang untuk bertemu denganmu, tentu saja. Sekarang, bagaimana dengan tawaranku untuk berdansa?"
"Baik, satu lagu dan kemudian pergilah," ucap Sasuke seraya meraih tangan Shion. Gadis itu tersenyum, memutar musik dengan remote yang ia pegang di tangan kirinya.
***
Konohamaru terbangun dari tidurnya. Ia mengusap matanya saat sinar matahari menerpa wajahnya. Ia duduk di tempat tidur dan melihat sekelilingnya. Setelah beberapa detik, ia membiarkan dirinya jatuh kembali ke tempat tidur. Pikirannya memutar kembali percakapan semalam dengan Hinata. Hari ini akan menjadi hari dimana ia harus mengatakan pada Sakura bagaimana perasaannya, tak peduli apapun yang terjadi nantinya.
Konohamaru bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil sepasang pakaian; kemeja hijau dan celana hitam. Ia menuju ke kamar mandi dan mandi dengan cepat. Selama di kamar mandi, pikirannya hanya pada satu hal, bagaimana caranya ia akan memberitahu Sakura bahwa ia mencintai gadis itu. Ia belum pernah mengakui perasaannya pada gadis yang ia sukai sebelumnya, ini akan menjadi yang pertama untuknya.
Setelah beberapa menit di kamar mandi, ia berjalan kembali ke kamarnya dan mulai merapikan rambutnya. Ia tengah melihat bayangan dirinya di cermin saat terdengar ketukan di pintunya. Konohamaru memandang pintu kamarnya dan berjalan mendekati pintu. Ia membukanya dan mendapati ayahnya berdiri di sana.
"Tousan?" kata Konohamaru dengan senyum kecil. Setelah ibunya meninggal, ia dan ayahnya mulai sedikit lebih dekat satu sama lain. Tapi tentu saja, ia tak pernah memberitahu ayahnya tentang perasaannya pada seorang gadis tertentu.
"Nak, ada tamu yang menunggumu di bawah," ucap ayahnya sambil tersenyum. Konohamaru mengerjap, bertanya-tanya siapa yang datang ke rumahnya sepagi ini. Ia mengangguk dan berjalan keluar kamarnya. Ia menuruni tangga dan melihat wajah yang sangat dikenalnya. Ia tersenyum ketika melihat seorang gadis berambut coklat gelap.
"Hanabi!" Konohamaru menyapa gadis itu ketika ia sampai di mana gadis itu berdiri.
"Selamat pagi, Konohamaru!" ucap Hanabi dengan riang. Konohamaru mengangguk.
"Ya, pagi juga," balas Konohamaru. "Jadi, apa yang membawamu kemari pagi-pagi begini?"
"Hinata-nee memberitahuku bahwa kau akan menyampaikan perasaanmu pada Sakura-nee hari ini, apa itu benar?!" tanya Hanabi seraya meraih kedua tangan Konohamaru. Konohamaru mematung sesaat dan mengangguk.
"Ya, setidaknya aku akan mencoba," jawab Konohamaru, nada suaranya tampak memudar. Bagaimana cara seseorang menyampaikan perasaan mereka pada seorang gadis yang mereka sukai?
Hanabi memperhatikan nada suara Konohamaru dan mengerutkan kening.
"Jika kau mempertahankan sikap seperti itu, kau tidak akan mendapatkan dia," ucap Hanabi menggoda. "Kau harus berpikir positif. Katakan pada dirimu sendiri, kau akan mendapatkannya bagaimanapun juga!"
Konohamaru mengerjap dan mulai tertawa kecil. "Yeah!"
***
Setelah Sasuke dan Shion selesai berdansa, gadis itu menepati janjinya untuk pergi dari mansion Sasuke. Begitu gadis itu pergi, Sasuke menghela napas dan melihat teman-temannya yang sedang tidur. Ia berjalan ke arah Naruto dan mengambil uang yang dipegang temannya itu.
Naruto melompat dari tidurnya. Sasuke menatap teman berambut pirangnya itu dan menyeringai saat Naruto memandangnya. Temannya itu tersenyum gugup.
"U-Um, Sasuke-teme! Kapan kau sampai di sini?" tanya Naruto sambil berdiri. Sasuke tak menjawab dan memukul Naruto dengan uang yang dipegangnya. "Oi! Apa-apaan?!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Tidak ada yang terjadi. Semua orang pulang jam dua belas," ucap Naruto gugup. Ia menatap uang yang digunakan Sasuke untuk memukulnya, "Eh, kau tahu uang itu adalah milikku, kan?"
Sasuke melihat uang itu dan mengangkat bahu, "Tidak lagi. Ini bayaran untukku karena beraninya kau membohongiku dan membangunkanku jam lima pagi." Kemudian ia mulai berjalan pergi.
"Teme, kau pasti bercanda! Aku memenangkan uang itu dengan jujur!" teriak Naruto seraya mengejar Sasuke.
'Jika aku tidak segera memikirkan sesuatu, aku harus membatalkan kencanku. Oh, ayolah, Naruto pikirkan sesuatu!' Pikir Naruto berteriak pada dirinya sendiri. "Aku terpaksa melakukan itu, Teme. Aku butuh uang itu. Aku ada kencan malam ini dan Suigetsu dan Juugo mengambil uang simpananku. Aku tak bisa membatalkan kencanku lagi! Aku mohon, Teme!" teriak Naruto memohon.
Sasuke memutar bola matanya, menyerahkan uang itu pada Naruto, dan melangkah menuju ke kamarnya.
Naruto memandang Sasuke yang meninggalkan ruangan setelah menyerahkan uang itu padanya. Ia menghela napas lega, tapi kemudian ia memutuskan untuk mengikuti Sasuke ke kamarnya.
"Jadi, apa yang kalian berdua lakukan semalam?" tanya Naruto dengan senyum lebar. Sasuke menoleh pada temannya dan terus berjalan.
"Kau tidak perlu tahu," jawab Sasuke. Ia membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk. Naruto tetap mengikutinya.
"Jadi, kau melamar Sakura-chan?" tanya Naruto ketika ia duduk di tempat tidur. Sasuke sedikit tersipu dan memalingkan muka. Membuat Naruto menampakkan cengiran lebar.
"Aku tidak sempat," jawab Sasuke. "Aku tidak bisa membawanya kemanapun karena sudah terlalu malam."
Mendengar hal itu, cengiran Naruto memudar. "Kau pasti bercanda... lalu kapan kau akan melamarnya?"
"Malam ini. Aku akan mengajaknya makan malam, lalu aku akan melamarnya begitu kami selesai."
"Aku harap semuanya berjalan dengan baik." Naruto menepuk pundak Sasuke.
"Ya, aku juga berharap begitu."
***
"Aku menyukaimu!" Konohamaru berkata cukup keras, wajahnya memerah. Gadis di depannya mulai terkekeh. Ia menggelengkan kepalanya.
"Tidak terlalu buruk, tapi kau mungkin harus sedikit menurunkan nada suaramu," ucap Hanabi sambil tersenyum. "Setidaknya kau mengatakannya tanpa terdengar gugup."
Konohamaru menghela napas, ia tersenyum dan mengangguk seraya menatap Hanabi.
Hari terus berlalu, Konohamaru tetap berlatih mempraktekkan pengakuan perasaannya bersama Hanabi. Gadis itu melakukan yang terbaik untuk bertindak seperti Sakura sementara Konohamaru mencoba membayangkan Hanabi sebagai Sakura. Ia ingin menyampaikan perasaannya dengan baik. Ia ingin gadis itu tahu betapa ia menyayanginya dan betapa ia menginginkannya. Setiap kali pikiran-pikiran pesimis melintas, ia akan mengingat tentang percakapannya dengan Hinata. Ia tidak bisa menyerahkan Sakura pada Sasuke. Ia yakin ia bisa memberikan yang lebih baik daripada pria itu, dan ia akan membuktikannya tidak peduli apapun.
"Oke, ayo latihan lagi," ucap Hanabi ceria. Konohamaru mengangguk dan mulai lagi dari awal.
"Sakura-nee?" ucap Konohamaru. Hanabi memandang temannya itu dengan senyum kecil.
"Ya, Konohamaru?" ucap Hanabi sambil mencoba untuk menjaga nada suaranya tetap seperti Sakura.
"Aku menyukaimu... aku... aku ingin kau menjadi pacarku!" ucap Konohamaru. Suaranya terdengar serius saat ia menatap mata Hanabi. Gadis itu berkedip beberapa saat sebelum tersenyum pada Konohamaru.
"Hebat, Konohamaru!" seru Hanabi. Konohamaru memerah dan tersenyum.
"Menurutmu begitu?" tanya Konohamaru. Dan Hanabi mengangguk.
"Yap! Kau sudah tampak lebih siap untuk berbicara padanya."
"Ayo kita pergi menemuinya," ajak Konohamaru dengan gembira.
***
Jam telah menunjukkan pukul tujuh ketika Sasuke sampai di depan rumah Sakura. Ia memandang ke arah pintu dan teringat percakapannya dengan Naruto.
"Teme, bagaimana caramu akan melamar Sakura-chan?" tanya Naruto. Sasuke memandang temannya itu saat ia berbaring di tempat tidurnya.
"Aku belum yakin, kurasa setelah kami makan malam, aku akan melamarnya," jawab Sasuke seraya melihat langit-langit kamarnya.
Naruto mengangkat alisnya. "Kau pasti bercanda! Sebaiknya kau memikirkan sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan atau kau akan mendapatkan kata 'tidak' dari Sakura-chan," kata Naruto.
Suigetsu dan Juugo berjalan masuk ke kamar tak lama setelah itu. Naruto dan Sasuke memandang mereka.
"Hai teman-teman," sapa Naruto sebelum berbalik menghadap Sasuke lagi.
"Pagi," balas mereka satu demi satu. Sasuke hanya menghela napas, ia mulai memikirkan apa yang harus dilakukan.
Juugo memandang Sasuke. "Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.
Naruto memandang Juugo. "Dia sedang memikirkan cara yang terbaik untuk melamar Sakura-chan."
Suigetsu dan Juugo mengerjap dan mereka saling memandang. Kemudian mereka berdua melihat kembali ke arah Sasuke.
"Kau masih belum melamarnya?!" Suigetsu dan Juugo bertanya dengan suara cukup keras.
Sasuke menghela napas dan keluar dari mobilnya.
***
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)