expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Tubuh Yang Tertukar



"Kau pasti bercanda," Sakura terkesiap. Apa ini benar-benar terjadi? Ia tak bisa mempercayainya.
Untuk sekali dalam hidupnya, Sasuke tidak menjawab dengan 'Hn' seperti biasa, karena kini ia serasa kehabisan kata-kata.
Tsunade melempar tatapan sedih palsunya. "Ya, tidak ada cara lain yang bisa dilakukan."
"Jadi maksudmu, aku terjebak di tubuhnya?!"
"Hn, bukankah itu mimpimu yang menjadi kenyataan?" sahut Sasuke dengan kejam pada Sakura.
"Tidak, tidak!"
Tsunade menyeringai dalam hati. Ia diam-diam memuji Kakashi.
***
Flashback
"Sakura, berhenti menjadi menyebalkan," ucap Sasuke yang tampak sangat kesal.
Sakura memelototi Sasuke. "Aku tidak melakukan apa-apa."
"Kau ada di hadapanku dan itu menggangguku." Sasuke balas melotot.
"Bisakah aku mengingatkanmu, bahwa satu-satunya alasan kenapa aku ada di hadapanmu adalah karena aku bertarung denganmu?" Sakura melemparkan beberapa kunai pada Sasuke dengan sangat akurat.
Sasuke melompat untuk menghindari kunai-kunai itu. Ia menyeringai. "Nah, itu lebih baik."
Sakura mendarat, melompat lagi dengan kepalan tangan yang terbungkus chakra. "Kau akan kalah!" Ia berteriak marah.
Sasuke memblokir pukulan itu, dan Kakashi yang duduk di tepi berpura-pura menonton latihan mereka, tapi yang sebenarnya adalah ia sibuk membaca buku mesumnya, Kakashi kemudian melemparkan dua kunai. "Tangkap," tambahnya dengan bosan.
Kedua kunai itu sangat aneh, namun Sasuke dan Sakura tetap menangkapnya tanpa menyadari sesuatu.
Sakura menyerang dan Sasuke memblokir, dan saat itulah hal aneh terjadi. Kedua kunai melakukan kontak dan rasanya seperti ada listrik mengalir melalui tubuh mereka. Baik Sakura dan Sasuke langsung terjatuh.
'Ups,' pikir Kakashi tanpa merasa bersalah.
"Apa apaan itu?!" seru Sakura, tapi tidak, itu bukan Sakura yang mengatakannya, itu Sasuke.
"Hn," jawab Sasuke, well, sebenarnya itu Sakura.
Mereka saling memandang. Sasuke kehilangan ketenangannya untuk sekali dalam hidupnya. Mata mereka berdua melebar.
Dan kemudian, "Kakashi-sensei!" teriak mereka serempak. Tapi mantan sensei mereka itu sudah pergi. Hanya meninggalkan asap.
End Flashback
***
Sekarang mereka berdiri di kantor Tsunade. Tubuh mereka saling tertukar. Ya, sekarang Sasuke berada di tubuh Sakura dan Sakura berada di tubuh Sasuke.
Dan solusi yang baru saja mereka dengar adalah, mereka harus berciuman untuk menghilangkan kutukan itu. Bukan sekedar ciuman sederhana, itu terlalu mudah, mereka bisa saja melakukannya. Tapi ini lebih buruk. Mereka harus melakukan French kiss. Sakura tidak bisa mengatasinya. Sasuke juga tidak. Tidak setelah Sasuke kembali.
Sakura mencintai Sasuke sebelum kepergian pemuda itu. Ia benar-benar memuja Sasuke. Tapi ia mengira segalanya akan berubah setelah pemuda itu kembali. Sasuke tidak akan lagi menjadi bajingan berhati dingin seperti dulu. Tapi dua tahun berlalu, Sasuke masihlah menjadi pemuda angkuh seperti dulu. Sasuke tidak berubah sama sekali. Sakura membencinya. Ia tidak mencintai Sasuke lagi. Jadi tidak mungkin ia akan mencium si bajingan itu.
"Itu tidak akan terjadi, Tsunade-shizou. Kau harus mencari cara lain."
"Tidak ada cara lain. Kecuali kalian ingin tetap seperti ini selamanya." Tsunade melipat tangannya.
Sakura menatap Sasuke. "Aku. Tidak. Akan. Pernah. Menciummu."
Sasuke balas menatap Sakura. "Aku juga tidak." Bagian terlucu adalah bahwa Sasuke mengatakannya dengan suara yang sangat feminin, yang tidak terlalu aneh memang karena ia... well, ia adalah seorang gadis sekarang.
Tsunade berusaha untuk tidak tertawa. "Kalian boleh pergi sekarang," ucapnya. "Oh, ngomong-ngomong. Aku tidak bisa mengirim kalian melakukan misi dalam kondisi seperti ini. Kalian tidak bisa melakukan jutsu, itu bukan tubuh kalian."
Sakura yang tampak geram dan Sasuke yang tampak sangat kesal berbalik dan berjalan pergi.
"Biarkan aku menjelaskan ini padamu. Kau tidak boleh mandi, pergi ke toilet atau membuka pakaian, selama kau masih di dalam tubuhku," ucap Sakura.
Sasuke menatap Sakura tak percaya. "Bagaimana mungkin aku harus hidup seperti itu."
"Aku tidak tahu," jawab Sakura.
"Jadi, aku hanya perlu mengompol di celanaku?" ucap Sasuke sarkastis.
"Tidak, tahan saja."
"Kurasa itu tidak akan berhasil."
"Hn," jawab Sakura.
Naruto berlari mendekat dan menyapa teman-temannya itu. "Hei, Sakura-chan! Sasuke-teme!" Ia berteriak.
"Hai, Naruto!" ucap Sakura yang berada di tubuh Sasuke.
"Tutup mulutmu," jawab Sasuke yang berada di tubuh Sakura.
Hal itu membuat mereka mendapat pandangan aneh dari Naruto. Namun si kuning itu tidak bertanya apa-apa. Ia melanjutkan berlarinya ke kantor Hokage, mungkin karena sudah terlambat...
Sakura dan Sasuke berjalan bersama. Mereka tidak tahu persis ke mana mereka harus pergi, jadi mereka hanya berjalan saja.
Tiba-tiba Sasuke melompat ke pohon.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Sakura ketika Sasuke mendarat di sebuah cabang pohon.
"Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa melompat dengan... hal-hal ini..." ucap Sasuke datar.
"Apa maksudmu?" tanya Sakura bingung.
"Ini benar-benar menyebalkan," jawab Sasuke sambil meletakkan tangannya di payudara tubuh Sakura.
Sakura memerah. "Berhenti menyentuh payudaraku!" Ia berteriak.
Sasuke hanya menyeringai. "Ini milikku sekarang. Jadi aku bisa melakukan apapun yang kumau. Hn, mereka cukup lembut," ucap Sasuke sambil meremasnya.
Sakura sekarang menjadi sangat marah. "Berhenti meremas payudaraku. Kau tidak punya hak atau apapun untuk melakukan itu."
Sasuke, mengabaikan apapun yang Sakura katakan, ia sepenuhnya penasaran oleh lembutnya payudara Sakura. Ia bergumam, "Aku ingin tahu apa selembut ini jika tidak dilapisi kain."
"Jangan berani-berani kau!" Sakura berteriak, ia melompat dan meninju Sasuke langsung dari cabang pohon, tapi gagal.
'Sial, Sasuke beruntung, aku lupa aku tidak punya kekuatan manusia superku saat ini,' pikir Sakura. Tapi di sisi lain, ia benar-benar tidak ingin melukai tubuhnya sendiri.
'Tapi hei,' pikir Sakura, 'Aku selalu ingin menyentuh perut Sasuke.' Ia menyeringai jahat. Setidaknya, ia masih selalu menginginkannya. Tapi bukan berarti ia ingin menjadi salah satu fangirl pemuda itu lagi. Lagipula, ia membenci Sasuke sekarang, kan? 'Aku hanya akan menggodanya dengan ini.'
Sakura mengangkat kaos Sasuke dan menyentuh perutnya. Ia menggerakkan tangannya di atas perutnya.
Sasuke memperhatikan apa yang Sakura lakukan dengan tubuhnya ketika ia mendongak. "Hentikan itu!" teriaknya dengan suara feminim, sangat bukan Sasuke sekali.
"Coba saja kalau bisa!" Sakura mengejek.
Sasuke melemparkan beberapa shuriken pada Sakura. Tapi gadis itu berhasil menghindar dan melompat ke cabang pohon lain.
"Ada apa, Sasuke-kun?" tanya Sakura menggoda.
"Berhenti menyentuh tubuhku! Itu bukan milikmu."
"Sasuke, kau menyebalkan. Jika kau berhenti menyentuh milikku, aku juga akan berhenti menyentuh milikmu."
"Hn," jawab Sasuke.
"Kau benar-benar bajingan!" Sakura tiba-tiba berteriak.
"Ngomong-ngomong, apa yang salah denganmu?" ucap Sasuke.
"Kau... Kau... Argh!" Sakura berteriak kesal.
"Kau pengecut sekali," ucap Sasuke.
"Apa?!" Sakura berteriak lagi.
"Ya, tentu saja. Aku yakin kau bahkan tidak berani menciumku," ucap Sasuke bosan.
"Kenapa juga aku harus mencium bajingan sepertimu?" ucap Sakura tak percaya.
"Kau tidak berani. Kau bilang kau membenciku, tapi pada kenyataannya, kau hanya berusaha mencegah dirimu untuk patah hati. Lagipula, kau lemah," Sasuke menekankan kata terakhir.
Ucapan Sasuke itu membuat Sakura marah. Ia telah berlatih bertahun-tahun dengan kunoichi yang mungkin paling kuat, yang sekarang menjadi Hokage kelima. Ia berusaha untuk tidak lagi menjadi lemah. Ia bahkan tidak tahan dengan kata-kata itu. Tidak, lemah tidak lagi ada dalam kamus Haruno Sakura. Ia jelas bukan orang yang lemah. Ia kuat. Ia bisa berhenti memuja Sasuke, setelah pemuda itu kembali. Jadi titik lemah itu terhapus juga.
Haruno Sakura kuat, dan tidak ada yang berani menyangkalnya, atau menghadapi kekuatan gilanya. Jadi mengapa Uchiha Sasuke meragukan fakta nyata bahwa ia kuat?
Karena pemuda itu masihlah seorang bajingan berhati dingin. Itu tidak akan pernah berubah.
"Aku tidak lemah," desis Sakura marah.
Sasuke menyeringai. "Buktikan padaku," ucapnya dengan suara rendah.
Sakura menelan ludah. 'Kita pasti bisa melakukannya!' inner Sakura menjerit.
Sasuke menyeringai lagi pada keraguan Sakura. "Lemah," ucapnya.
Sakura mengambil langkah ke arah Sasuke. Ia mendekat dan melakukan hal paling aneh yang pernah ia lakukan. Ia mencium dirinya sendiri. Setidaknya, wajahnya sendiri.
Sakura menjilat bibirnya yang lembut dan menyelipkan lidahnya ke dalam mulutnya. Lidahnya bertemu lidah Sasuke dan ada listrik mengalir melalui tubuh mereka lagi. Mereka berdua menarik diri.
Mereka saling tatap. Hanya perlu satu detik untuk menyadari bahwa mereka kembali ke tubuh mereka sendiri lagi.
Hanya butuh satu detik untuk mulai berciuman lagi. Sasuke menjepit Sakura di batang pohon terdekat dan memperdalam ciuman mereka. Ia menggerakkan tangannya ke balik baju Sakura dan gadis itu tersentak.
"Ada apa, Sakura? Bukan berarti aku belum pernah menyentuh mereka sebelumnya," Sasuke menyeringai.
'Mereka selembut yang kuduga,' pikir Sasuke saat menyentuh payudara gadis itu. Ia menggeram pelan. Lalu ia mulai mencium leher Sakura dan gadis itu mengerang sebagai respon.
"Sasuke-kun," erang Sakura.
Sasuke menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati leher Sakura. Menggigitnya sesekali.
Sakura menggerakkan tangannya di balik kaos Sasuke dan merasakan otot-otot punggung pemuda itu yang kuat.
Sasuke menekan tubuhnya lebih dekat ke Sakura dan punggung gadis itu benar-benar menempel di pohon sekarang. Sakura bisa merasakan ereksi Sasuke terhadap tubuhnya.
"Kaulah yang lemah," ucap Sakura menyeringai.
"Aku tidak peduli tentang itu sama sekali." ucap Sasuke. "Kita akan melanjutkan ini di tempatku," tambahnya. Ia menggendong Sakura dan melompat dari satu pohon ke pohon lain.
"K-Kenapa, Sasuke-kun?" tanya Sakura bingung.
"Aku merasa seperti kita sedang diawasi," jawab Sasuke.
"Tapi siapa yang akan mengawasi kita?" tanya Sakura dengan polos. Ia benar-benar tak menyadari kenyataan bahwa di beberapa pohon jauh dari tempatnya dan Sasuke berada, mantan sensei dan shizou-nya mengawasi setiap gerakan mereka.
"Kau benar-benar jenius, Kakashi," puji Tsunade, ia tampak sedikit mabuk. Lalu menyesap sake-nya lagi.
"Tidak, kau yang jenius, Tsunade-sama," jawab Kakashi. "Aku hanya melempar kunai pada mereka. Lagipula kau yang menemukannya."
"Ya, kurasa kau benar. Tapi bagaimanapun juga, mereka akhirnya bersama sekarang. Biarkan klan Uchiha hidup!" ucap Tsunade dengan gembira.
Kakashi membuka halaman bukunya lagi. "Hmm, lagipula itu pasti akan terjadi, mereka hanya perlu dorongan sedikit."
Sementara di rumah Uchiha, seorang gadis berambut merah muda mengerang, "Oh! Sasuke-kun! Aku masih mencintaimu, Sasuke-kun."
"Aku tahu."
Dan beberapa menit kemudian, "Sakura... Kurasa aku juga mencintaimu..."
***
Sasuke dan Sakura berdiri di kantor Tsunade lagi. Keduanya terlihat sangat pucat.
Tsunade sedang duduk di belakang mejanya. Kedua shinobi itu baru saja memasuki kantornya dan melaporkan padanya apa yang terjadi. Lagi. Godaime melipat tangannya dan membiarkan dagunya bertumpu di atasnya. Ia mengerutkan kening saat ia menatap keduanya. Ini sangat aneh dan sangat tidak terduga. Siapa yang tahu bahwa kunai itu akan memiliki efek samping?
Tsunade menunggu Kakashi masuk. Lagipula, pria itu juga terlibat dalam hal ini.
Seseorang mengetuk pintu dan Tsunade berkata, "Masuk."
Kakashi melangkah masuk dan menatap Sakura dan Sasuke. "Kau memanggilku?" tanyanya pada Tsunade.
"Ya. Kita punya sedikit masalah. Jelas kunai itu lebih kuat dari yang kita duga," jawab Tsunade datar dan Sakura memelototinya.
"Hmm, apa masalahnya," tanya Kakashi dengan rasa ingin tahu.
"Apa masalahnya? Apa masalahnya? Aku akan memberitahumu apa masalahnya," jawab Sakura sebelum Tsunade bahkan bisa membuka mulutnya.
Tsunade hanya menyaksikan ekspresi di wajah Kakashi.
"Tenang, Sakura. Tapi kenapa kau tiba-tiba tampak begitu berbeda." ucap Kakashi.
Tsunade bisa melihat wajah Kakashi berubah dari terkejut menjadi sadar dan menjadi tidak percaya.
"Ya," ucap Tsunade, ketika Kakashi mengalihkan pandangannya padanya. "Sepertinya ada beberapa efek samping pada kunai itu. Setelah mereka, ehem, melakukan 'itu'. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah. Lagi."
Kakashi berusaha menahan tawa. Oh, seandainya Naruto tahu ini.
"Kita harus menemukan obat untuk ini. Ini tidak bisa dibiarkan."
"Apa mereka mencoba menghilangkan kutukan itu?" tanya Kakashi. Sakura yang berada di tubuh Sasuke memelototi Kakashi. Bagi Kakashi, rasanya agak aneh, bahwa biasanya Sakura memelototinya dan Sasuke mendengarkan dengan penuh minat, tapi ini sebaliknya.
"Tentu saja," sahut Sakura kesal.
Kakashi mengalihkan pandangannya kembali ke Tsunade. "Apa kau tahu siapa yang membuat benda-benda itu?"
"Tidak, aku tidak tahu. Aku hanya tahu dari Jiraiya, jadi aku memerintahkannya untuk datang ke kantorku."
Seolah mendengar ucapan Tsunade, Jiraiya tiba-tiba masuk, tanpa mengetuk lebih dulu.
"Kau, dasar brengsek. Bagaimana kami bisa kembali ke diri kami sendiri lagi?" tanya Sakura dengan marah, yang tak lain adalah Sasuke. Ia mencengkeram kerah baju Jiraiya, menatap tajam pada sannin mesum itu.
Jiraiya hanya tampak bingung, dan bertanya-tanya mengapa gadis manis dan polos itu tiba-tiba menjadi sangat marah. Ia benar-benar tidak tahu ke mana arah bicara gadis yang mencengkeram kerah bajunya itu.
"Tenang, Sakura," ucap Jiraiya menenangkan gadis itu. Tapi gadis itu memelototinya lagi.
"Kau tahu betul, bahwa aku bukan Sakura."
Jiraiya menatap Tsunade mencari bantuan.
"Dia saat ini Sasuke," ucap Tsunade datar.
"Oh," Adalah satu-satunya hal yang dikatakan sannin mesum itu.
"Kau yang memberiku kunai," ucap Tsunade sambil mengerutkan kening.
"Y-Ya," lambai Jiraiya, berusaha menghindar dari membuat Tsunade marah. "Aku mendapatkannya dari suatu tempat dan berpikir itu akan, uh, menyenangkan untuk mencobanya pada seseorang."
Sekarang Sasuke bergabung dengan Sakura juga. "Kau apa?" tanya Sakura yang berada di tubuh Sasuke.
Jiraiya tertawa gugup. "Yeah, aku tidak benar-benar tahu bahwa akan ada efek samping."
"Tidak benar-benar tahu?" tanya Sasuke semakin marah.
"Orang yang memberikannya padaku, sepertinya memberitahuku sesuatu, hehe."
"Dan apa itu?" tanya Tsunade, terlihat sangat marah sekarang. Meskipun ini berhasil membuat muridnya dan satu-satunya keturunan Uchiha bisa bersama, tapi mereka terjebak satu sama lain sekali lagi.
"Uhm, kurasa dia memberitahuku sesuatu tentang..." Jiraiya sedikit ragu dan melirik kedua shinobi muda Konoha itu. "Kurasa, tentang pernikahan." Ia menelan ludah.
"Pernikahan?" tanya Kakashi, mengagumi idolanya itu. Ia berharap bahwa Jiraiya akan menggunakan sebagian dari keseluruhan kejadian ini di dalam seri Icha Icha berikutnya. Ia mencoba menyembunyikan kekagumannya, karena itu sepertinya bukan ide yang bagus jika diketahui oleh dua shinobi muda yang hampir bercinta di pohon.
"Ya, pernikahan. Ada dua cincin yang dibuat untuk menghilangkan kutukan itu." ucap Jiraiya. "Oke oke, kutukan itu terdengar sangat buruk," tambahnya dengan cepat ketika ia melihat wajah-wajah yang tidak percaya dan marah menatapnya.
"Apa tidak ada cara lain? Seperti kita akan memakai cincin itu, tanpa benar-benar menikah?" tanya Sakura.
"Tidak, maaf. Ia memberitahuku bahwa ini hanya akan berhasil jika pasangan itu benar-benar menikah. Kutukan itu tidak bisa dibodohi."
Kakashi menyembunyikan seringainya di balik maskernya. Jiraiya benar-benar jenius. Seluruh populasi shinobi Konoha menginginkan Sakura dan Sasuke bersama, well, kecuali untuk beberapa orang. Orang-orang seperti Lee. Tapi bahkan para tetua menginginkan mereka untuk bersama dan mengembalikan klan Uchiha.
Untuk sesaat, Kakashi memikirkan gagasan bahwa mungkin para tetua telah mengatur semuanya. Bukankah ini terlalu sadis? Namun, ini masih merupakan ide bagus dan telah bekerja dengan sempurna. Sasuke dan Sakura akan menikah dan tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk itu. Ia yakin bahwa mantan muridnya itu tidak akan terlalu senang dengan kenyataan bahwa mereka harus menghabiskan sisa hidup mereka dengan bertukar tubuh berulang-ulang. Tidak, mereka pasti akan menikah, Kakashi yakin itu.
Tsunade menghela nafas. "Ya, kalian boleh pergi, Sakura, Sasuke. Aku akan berbicara tentang detail pernikahan kalian dengan Jiraiya sendiri."
Sasuke menatap shizou-nya dengan tak percaya. Ya, itu memang Sasuke yang menatap, namun di dalam tubuh pemuda itu adalah Sakura. "Apa? Detail pernikahan kami?"
"Ya, kau sudah dengar. Ini satu-satunya cara untuk kembali menjadi dirimu sendiri lagi."
"Benar..." jawab Sasuke tepat sebelum ia pingsan. Untung saja segera ditangkap oleh Sakura, yang tak lain adalah Sasuke asli.
"Gadis yang menyebalkan," ucap Sasuke yang asli.
"Kau sebaiknya terbiasa dengannya," ucap Kakashi, mengedipkan mata. Ia kemudian dengan cepat menghilang sebelum Sasuke bisa menghajarnya, meskipun mungkin kekuatan Sasuke akan lebih lemah karena dia tidak terbiasa dengan tubuh Sakura untuk berkelahi.
Sasuke berjalan keluar dari pintu, dengan Sakura di gendongannya. Itu terlihat agak aneh, karena yang terlihat adalah seorang gadis menggendong lelaki dengan gaya bridal style.
Ketika mereka berada di luar kantor Hokage, Sakura masih tidak sadarkan diri.
'Dia mengalami hari yang berat,' pikir Sasuke, ia memandangi tubuhnya sendiri di gendongannya. Ia tidak bisa benar-benar terbiasa dengan itu.
Sial, ia masih berusia sembilan belas tahun dan harus menikah dengan Sakura, selama sisa hidupnya, karena beberapa orang idiot berpikir akan menyenangkan untuk melakukan lelucon ini.
'Sialan, Jiraiya brengsek,' Sasuke menggeram dalam hati.
Lalu Sasuke menatap pada Sakura. Ia hampir tidak bisa mengatakan bahwa ia mengagumi fitur wajah gadis itu, karena yang ia tatap sekarang adalah wajahnya sendiri.
Ia telah mengakui bahwa ia mencintai Sakura, jadi secara teknis ia tidak harus benar-benar keberatan dengan kenyataan bahwa ia akan menikah dengan Sakura selama sisa hidupnya. Ia hanya merasa tidak siap menikah. Namun, ia berharap untuk mengembalikan klannya sesegera mungkin. Jadi, begitu mereka akan menikah, mereka bisa memulai semua dari awal.
Sebenarnya, sekarang ia memikirkannya, apa ini benar-benar akan seburuk itu? Ia telah mengakui bahwa ia mencintai Sakura, ia mengagumi kecantikan dan kekuatan Sakura. Serta kekuatan batinnya yang setara dengan kekuatan fisiknya. Sasuke menyeringai. Sakura baik dalam hal memasak juga, gadis itu akan menjadi istri yang luar biasa. Tiba-tiba Sasuke merasa jauh lebih baik.
"Sakura-san!"
Tiba-tiba seseorang berteriak. Sasuke yang berada di dalam tubuh Sakura berbalik, bertanya-tanya orang idiot mana yang memanggil calon istrinya. Ia menatap tajam ke mata bulat si idiot itu. Alis tebalnya yang seperti ulat bergerak naik turun, alis itu mungkin membuat banyak gadis akan iri. Potongan rambut yang mengerikan membuat penampilannya semakin lengkap. Setelan spandeknya juga tampak semakin ketat setiap kali Sasuke melihat si alis tebal ini.
"Pergilah, idiot," jawab Sasuke.
Jelas, Lee akan berpikir bahwa yang menyuruhnya pergi dan memanggilnya idiot adalah bunga sakuranya tercinta.
Ekspresi Lee tampak seolah-olah telah mendapat tamparan di wajahnya. Air mata mengalir di pipinya. "Kenapa, kau menyuruhku pergi, Sakura-san?"
"Aku tidak menyukaimu." Adalah jawaban dingin yang Lee dapatkan.
Lee kemudian berlari dengan kecepatan cahaya. Mungkin untuk memberi tahu Maito Gai tentang pertemuannya yang mengerikan dengan bunga sakuranya tercinta.
Sasuke tidak bisa menahan diri untuk tidak menyeringai. Tapi mungkin itu terlihat sangat aneh. Warga Konoha tidak terbiasa dengan Sakura yang menyeringai, yang menggendong seorang lelaki bersamanya.
Ketika Sasuke tiba di rumahnya, ia membuka pintu dengan sikunya dan meletakkan tubuhnya sendiri di sofa. Ia menunggu sampai Sakura bangun, membuat teh untuk dirinya sendiri.
Begitu ia kembali ke ruang tamunya, ia melihat tubuhnya duduk tegak, dan masih terlihat agak bingung.
Sasuke meletakkan cangkirnya di atas meja kecil. Ia duduk tepat di samping Sakura. "Jadi?" tanyanya pada Sakura.
"Aku tidak tahu. Kurasa kita harus setuju dengan itu," jawab Sakura, tahu apa yang ingin diketahui Sasuke. "Kau tahu, aku selalu ingin menikah denganmu suatu hari, ketika aku masih muda. Tapi kemudian kau kembali dan bertindak seperti bajingan berhati dingin yang sama dengan dirimu sebelum kau pergi dan kemudian aku benar-benar melupakanmu."
"Benar-benar melupakanku?" Sasuke menyeringai.
"Kau tahu maksudku. Aku benar-benar membencimu. Tapi setelah atau, uh, kejadian ini, aku sangat menyukaimu lagi." Sakura mengedip pada Sasuke.
Sasuke yang melihat wajahnya sendiri mengedip padanya, merasakan getaran ngeri menjalar ke tulang punggungnya. "Aku hanya berharap ini akan segera berakhir. Aku tidak tahu apa aku bisa menangani ini lebih lama."
Sakura mengangguk. "Kurasa ini tidak memberi kita pilihan selain menikah." Ia menghela nafas. "Uchiha Sakura," renungnya. "Kedengarannya tidak terlalu buruk, bukan?" tanyanya menggoda.
Sasuke menyeringai. Benar-benar tidak buruk. "Kedengarannya bagus bagiku."
Sakura melihat jam yang tergantung di ruang tamu. "Sudah malam. Kurasa kita harus tidur agar lebih baik. Aku akan menginap di sini, karena aku tidak bisa pergi ke tempat lain dalam kondisi seperti ini," Ia menghela nafas lagi.
"Tidak masalah. Setelah kita menikah, kau akan tinggal di sini selamanya."
"Ya, tentu saja. Sebenarnya, aku menantikannya." Lalu Sakura memeluk Sasuke, tentu saja yang terlihat adalah Sasuke memeluk tubuh mungil Sakura.
Banyak fangirl berdiri di luar rumah Sasuke dan melihat Sasuke memeluk gadis Haruno dengan penuh semangat.
"Bisakah kau percaya itu?" pekik seorang gadis ke gadis di sebelahnya, yang langsung pingsan.
Perlahan mereka bubar dan kembali ke rumah masing-masing, bertanya-tanya bagaimana mungkin gadis bodoh dengan jidat lebar itu bisa membuat Uchiha memeluknya.
Keesokan harinya, Sasuke dan Sakura mempersiapkan diri untuk bertemu Hokage.
Ketika mereka tiba di kantor Hokage, mereka melihat Naruto, Hinata dan anggota dari rookie sembilan berdiri di sana. Tim Gai juga ada di sana. Lee tampak menggenggam saputangan, terus-menerus menyeka air mata dari matanya. Dan Gai terus menepuk kepala Lee, mengasihani murid kesayangannya itu.
Semua orang memandangi Sasuke dan Sakura dengan penuh harap. Tsunade berdiri di depan mejanya yang berantakan dan Jiraiya berdiri di sebelahnya. Dia tampak kacau. Rupanya Tsunade tidak membiarkan Jiraiya begitu saja atas kejadian ini. Kakashi berdiri di sisi lain Hokage. Dan dua belas shinobi lainnya, bersama dengan sensei mereka, telah membentuk dua garis.
Sasuke dan Sakura terkejut oleh orang-orang yang datang. Kenapa mereka semua ada di sana?
Jawabannya segera mereka dapatkan.
"Kita semua berkumpul di sini, untuk menikahkan pasangan ini," Tsunade memulai.
"Tunggu sebentar," sela Sasuke yang ada di tubuh Sakura. "Kita menikah? Sekarang?" tanyanya tak percaya. Sementara Sakura tampak terkejut.
"Ya. Semakin cepat semakin baik," jawab Tsunade dengan tegas.
Sakura menelan ludah. Sasuke hanya menghela nafas, untuk pertama kalinya ia pasrah membiarkan sesuatu terjadi padanya.
"Baik. Seperti yang sudah kukatakan, kita semua berkumpul untuk menikahkan pasangan ini. Kita mempercepat ini, karena ada hal-hal lain yang harus dilakukan. Jadi, mari kita lompati bagian berbasa-basi dan langsung ke intinya. Sasuke, apa kau akan menerima Sakura sebagai istrimu?"
"Ya," desah Sasuke, yang berada di tubuh Sakura.
"Dan apa kau akan menerima Sasuke sebagai suamimu, Sakura?"
"Ya," desah Sakura.
"Kalau begitu aku nyatakan kalian resmi menjadi pasangan suami-istri. Oh, sebelum aku lupa, Jiraiya, cincinnya tolong." Tsunade menatap ke arah Jiraiya dan menunggu. Untung saja, ero sennin itu setidaknya tak lupa untuk membawa cincin itu bersamanya.
Jiraiya menyerahkan cincin itu ke pengantin baru dan mereka menempatkan cincin itu di jari masing-masing.
"Sekarang kau bisa mencium pengantin wanita, tapi aku lebih suka kau melakukannya di tempat lain, karena aku sibuk," ucap Tsunade, melambaikan tangannya ke pintu. "Oh, ya. kalian berdua harus menandatangani ini." Ia mendorong selembar kertas dan mereka berdua menandatanganinya. Dan segera setelah Sakura menandatanganinya, ada listrik yang mengalir di tubuh mereka lagi dan mereka kembali ke tubuh masing-masing. Mereka berdua melompat mundur sedikit dan saling memandang.
"Cepat keluar dari sini!" teriak Tsunade pada mereka semua.
Mereka mematuhi perintah Hokage dan pergi.
***
Di kediaman Uchiha, Sasuke dan Sakura saling memandang.
"Aku senang aku menjadi diriku sendiri lagi, dan kali ini akan selamanya," Sakura tersenyum.
"Hanya ada satu hal lagi yang harus dilakukan," Sasuke menyeringai. "Kita akan mulai membangkitkan klan... sekarang!"
"Tapi kita belum memberi tahu orang tuaku!" Sakura memprotes.
"Mereka akan segera tahu," Sasuke menyeringai lagi. Menggendong Sakura di atas bahunya.
Kali ini mereka benar-benar memulai tujuan kedua Sasuke.
***
Pada saat yang sama, Tenten dan Neji saling bertarung. Yang tidak mereka perhatikan adalah dua kunai yang sangat mencurigakan. Jiraiya bersembunyi di pohon. Oh, ia akan sangat senang dengan yang satu ini. Ia terkekeh. Ia memiliki banyak cincin kawin yang tersisa, setidaknya cukup untuk membuat calon rookie menikah.
***
The End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)