Sasuke mengirim pesan ke kantornya bahwa ia tidak akan masuk pada hari Jumat. Ia menghabiskan sebagian besar harinya bersama Nichi, mengajaknya berkeliling menaiki sepeda, makan siang di taman, dan bermain dengan kereta api, sementara Mikoto mengajak Sakura berbelanja untuk mendapatkan pakaian baru dan beberapa barang untuk rumah baru Sakura.
Sesampai di rumah, Mikoto menyuruh para asisten rumah untuk mengatur meja di ruang makan, tempat ia, Sasuke, dan Nichi akan makan malam.
Setelah makan malam selesai, Sasuke dan Sakura membawa Nichi ke atas untuk mandi. Begitu bocah itu selesai dengan urusan mandinya, ia mengejutkan mereka semua dengan meminta Mikoto membacakan cerita pengantar tidurnya. Mikoto bahkan lebih mengejutkan Sasuke dengan menyetujuinya.
Sakura memberi isyarat agar Sasuke mengikutinya ke kamarnya. Mereka duduk berhadapan di tepi tempat tidur.
"Bagaimana keamanan di rumah baruku?" tanya Sakura.
Sasuke mengangguk. "Hatake Kakashi mengatakan dia mengirim beberapa polisi terbaiknya ke sana besok pagi. Untuk mengecek area di sana dan memastikannya aman."
"Aku sangat menghargainya." ucap Sakura. "Nichi dan aku hidup sendirian selama hampir empat tahun, tapi setelah penculikan kemarin, kau bisa mengerti bahwa aku sedikit gugup."
"Kau bisa tinggal di sini selama yang kau mau." ucap Sasuke mengulangi untuk yang kesekian kalinya.
"Aku tahu, tapi aku tidak ingin Nichi menjadi penakut. Aku juga tidak ingin diriku terus-terusan merasa takut." Sakura menggelengkan kepalanya. "Kami harus mandiri. Kau dan Hinata akan menikah minggu depan. Kalian berdua perlu waktu berdua untuk menjalin hubungan."
"Ya." Sasuke bergeser tak nyaman di tempatnya dan memalingkan muka.
"Yamanaka Miyumi menawarkan untuk mengadakan pesta rumah baru untuk kami pada hari Minggu." Sakura melanjutkan.
"Apa?" tanya Sasuke, mengerutkan kening.
"Pesta rumah baru." ulang Sakura. "Ini pesta untuk seseorang yang akan menempati rumah baru. Teman atau kerabat dekat biasanya membawa hadiah untuk sebuah rumah baru."
"Itu... tapi ibuku dan aku akan dengan senang hati membelikan apapun yang kau dan Nichi butuhkan, tanpa mendapatkannya dari mereka."
"Aku tahu, mereka hanya berusaha membantu." ucap Sakura. "Mereka selalu baik padaku." Ia tersenyum pada Sasuke. "Ibumu adalah negosiator yang sangat pintar. Dia bisa menawar harga meja makan dan kursi hingga setengah dari harga yang diminta semula. Dia mengatakan ada banyak kamar yang tidak digunakan di sini, dan aku dipersilakan untuk meminjam perabotan yang kami butuhkan sampai aku bisa mendapatkannya sendiri."
"Aku sebenarnya ingin memberikannya padamu, tapi kau mungkin tidak akan menerimanya." Sasuke mendengus.
"Ayolah." Sakura tersenyum pada Sasuke. "Aku tidak ingin berdebat."
"Aku juga tidak." Sasuke menghela napas. Ia meraih tangan Sakura dan meremasnya, "Aku berharap kau tetap di sini."
"Kita masih bisa bertelepon." ucap Sakura. "Kau boleh datang kapan saja. Aku yakin di awal-awal kami pindah, Nichi akan menginginkanmu untuk sering menemuinya. Dia dan aku bisa datang ke sini untuk berkunjung juga."
Aiko masuk memberitahu mereka bahwa Nichi sudah menunggu ucapan selamat malam. Mereka berjalan menyusuri lorong ke kamar Nichi dan menemukan bocah itu sudah di tempat tidur, dengan Mikoto duduk di tepi tempat tidur. Mikoto mencium pipi anak itu dan mengucapkan selamat malam.
"Mama! Papa!" Nichi tersenyum pada mereka. "Tidurlah bersamaku! Tempat tidurku cukup besar."
"Tidak," Sasuke menggelengkan kepalanya. "Kupikir kau sudah besar."
"Aku memang anak besar." ucap Nichi.
"Anak besar tidur di tempat tidur mereka sendiri, sendirian." Sasuke memberitahu Nichi. "Mereka tidak tidur dengan Mama atau Papa."
"Inoichi-jiisan lebih tua darimu dan dia tidur dengan Miyumi-baasan." jawab Nichi, melipat tangannya.
"Kau pasti menyelinap ke kamar mereka." ucap Mikoto dengan sedikit tawa.
"Inoichi-jiisan memiliki istri." Sasuke menggelengkan kepalanya. "Ketika kau sudah dewasa dan memiliki istri, maka kau akan tidur di tempat tidur dengan istrimu."
"Kau tidur di tempat tidur dengan Mama di rumah sakit." Nichi menunjuk. "Apa itu berarti Mama adalah istrimu sekarang?"
Mikoto berjalan meninggalkan kamar, tapi Sasuke bisa mendengar ibunya itu tertawa.
"Tidak, Mama hanya temanku." Sasuke menggelengkan kepalanya. "Aku masih harus menikahi Hinata."
"Aku tidak ingin kau melakukannya." Nichi mendengus, bibirnya mengerucut.
"Bagaimana jika Papa dan aku disini bersamamu sampai kau tertidur?" tanya Sakura.
Nichi dengan antusias menyetujuinya. Sasuke berbaring di satu sisi, dan Sakura di sisi lain. Nichi berbaring dengan tenang dan mendengarkan ibunya berbicara lembut tentang rumah baru mereka, betapa menyenangkannya rumah itu, dan bagaimana mereka nanti bisa bermain ayunan dan kotak pasir baru di halaman.
Nichi akhirnya tertidur. Sasuke dan Sakura masing-masing mencium kening bocah itu sebelum dengan hati-hati bangkit dari tempat tidur.
Sasuke mengantar Sakura ke kamarnya, mencium kening gadis itu juga sebelum ia berbalik dan pergi ke kamarnya sendiri yang entah bagaimana terasa kosong dengan cara yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Sasuke tidak ingin meminum obat tidur, ia khawatir Nichi mungkin membutuhkan dirinya pada malam hari. Akibatnya, tidurnya terasa gelisah. Ia bangun tak lama setelah jam 1 pagi, dan memutuskan untuk memeriksa Nichi.
Nichi tidak ada di tempat tidurnya. Sasuke berjalan pelan ke kamar Sakura, dan membuka pintu sedikit, cukup untuk mengintip ke dalam.
Nichi tidur secara diagonal di ranjang Sakura, dengan satu kaki di bantal, dan kepalanya di atas kaki ibunya.
Sasuke memperhatikan mereka sejenak sebelum dengan pelan menutup pintu. Ia tidak masuk untuk membenarkan posisi tidur Nichi, karena jika anak itu bangun, anak itu pasti memintanya untuk tidur disana.
Saat sarapan pagi berikutnya, Ayame membawakan amplop yang ditujukan untuk Sakura. Ia ragu-ragu sesaat sebelum membukanya, melirik Sasuke dan Mikoto.
"Tidak apa-apa, buka saja," ucap Mikoto. "Ini hanya sarapan keluarga, tidak perlu terlalu canggung."
Sasuke memandangi ibunya, sedikit terkejut bahwa ibunya menyebut Sakura dan Nichi sebagai keluarga, tapi ibunya itu hanya tersenyum dengan tenang.
Pesan di amplop itu tampaknya sangat singkat, Sakura membacanya hanya dalam waktu kurang dari satu menit dan mengembalikan kertas kembali ke dalam amplop.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Sasuke.
"Oh, ya." Sakura tersenyum. "Ini undangan yang dikirimkan Sabaku Gaara, adik dari istri Shikamaru. Aku hampir lupa bahwa aku dan dia harus menghadiri pesta." Ia menoleh pada anaknya, "Nichi, apa kau ingin pergi mengunjungi Miyumi-baasan dan Inoichi-jiisan? Gaara-jisan akan ada disana nanti."
"Gaara-jisan ada di rumah Miyumi-baasan?" tanya Nichi, bergerak senang di kursinya. "Apa kau kenal Gaara-jisan, Papa? Dia keren. Dia punya kuda. Kuda asli, bukan mainan seperti kudaku. Aku pernah diberi patung anak kuda. Apa patung kudaku terbakar, Mama?"
"Aku yakin begitu." Sakura menghela napas. "Tapi Gaara-jisan bisa membelikanmu yang lain."
"Kau akan pergi ke Tendo Foundation Ball bersama Sabaku Gaara?" tanya Sasuke, tiba-tiba merasa marah yang tidak masuk akal.
"Ya," jawab Sakura. "Dia telah menanyakannya padaku beberapa waktu yang lalu. Dia menerima penghargaan untuk penelitian kudanya. Dia sangat tidak nyaman dalam situasi sosial dan benci untuk pergi ke hal-hal semacam ini sendirian. Untung saja kita telah membeli gaun waktu itu, meskipun aku mungkin bisa saja meminjam satu dari Ino. Dengan semua yang terjadi belakangan ini, aku hampir lupa tentang pesta itu."
"Sasuke dan Hinata dan aku semua akan pergi ke pesta." ucap Mikoto, ia memandang putranya yang tampak tidak senang tentang sesuatu. Ia kemudian kembali menatap Sakura, "Kita harus memberitahu Hinata dan memintanya untuk datang sore ini. Kita dapat saling membantu untuk menata rambut kita dan kalian berdua bisa meminjam beberapa perhiasanku. Aku masih dalam masa berkabung, jadi aku tidak akan mengenakan apapun, tentu saja."
"Itu terdengar seperti ide bagus." Sakura mengangguk setuju.
Sakura dan Mikoto mendiskusikan rencana untuk malam itu, sementara Nichi bercerita tentang kuda dan Gaara yang Luar Biasa. Sasuke hanya setengah mendengarkan mereka, bertanya-tanya bagaimana hidupnya sampai pada titik ini.
Sasuke dengan enggan merampungkan beberapa urusan Uchiha Industries pagi itu, karena ia tahu ibu Hinata setidaknya akan memaksanya mengambil cuti setelah pernikahan, bahkan jika mereka tidak berencana untuk bulan madu.
Sasuke juga mencatat beberapa ide tentang tempat-tempat yang bisa mereka kunjungi, hanya untuk menjauh dari semua orang dan bersantai selama beberapa hari setelah pernikahan. Ia tidak tahu apakah Hinata ingin melakukan itu, tapi ia akan menawarkannya.
Ia meneguk kembali anggurnya, menggelengkan kepalanya saat memikirkan dirinya harus menghabiskan waktu berdua dengan Hinata. Itu pasti sangat tidak nyaman.
Hujan turun, mereka tidak bisa keluar rumah, tapi Sasuke dan Nichi bermain bersama, sementara Mikoto memaksa Sakura menjalani perawatan kecantikan seperti menyemir rambutnya dan menghilangkan kulit mati serta mewarnai kukunya dan hal-hal misterius apapun yang dilakukan wanita untuk mempersiapkan diri menghadiri pesta. Hinata tiba di sore hari, dan setelah mengobrol singkat dengan Nichi, ia bergabung dengan Mikoto dan Sakura di ruang utama.
Sekitar satu jam sebelum pergi, Inoichi dan Miyumi tiba untuk menjemput Nichi. Salah satu asisten rumah mengepak beberapa pakaian tambahan untuk dibawa.
Sasuke dan Inoichi berbincang canggung tentang cuaca dan olahraga, sementara salah satu asisten rumah pergi memberitahu Sakura, Hinata, dan Mikoto bahwa Nichi siap berpamitan.
Ketiga wanita itu memeluk dan mencium anak itu, dengan Sakura yang berjanji akan menemuinya setelah pesta, dan Hinata yang mengatakan mereka akan segera bertemu lagi.
Sasuke mengantar Nichi dan keluarga Yamanaka ke teras depan. Sasuke mencium pipi Nichi dan melambaikan tangan saat menyaksikan mobil melesat keluar halaman. Setelahnya ia bergegas ke lantai atas untuk berganti pakaian, bersiap untuk pesta.
Ia turun empat puluh lima menit kemudian dan menemukan Ayame berbicara dengan seorang lelaki berambut merah.
"Uchiha Sasuke." ucap Sasuke, memperkenalkan dirinya.
"Sabaku Gaara." Lelaki itu tersenyum dan menjabat tangan Sasuke dengan cengkeraman kuat. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas sumbanganmu pada Tendo Foundation."
"Dengan senang hati." jawab Sasuke sedikit dingin. "Apa kau mau minum seraya menunggu?"
"Tentu." Gaara mengangkat bahu.
"Ayame, beritahu para wanita jika Sabaku Gaara sudah tiba di sini." Sasuke menginstruksikan.
Ayame mengangguk dan keluar dari ruangan.
Sasuke menuangkan anggur dan menunjuk ke arah sofa.
Gaara duduk, dan Sasuke duduk di sofa di seberangnya. Mereka masing-masing sibuk menyesap anggur, dan Sasuke mengambil kesempatan itu untuk mengamati tamunya.
Sabaku Gaara ini sedikit lebih pendek dari kakak ipar laki-lakinya, Shikamaru, tapi tampak jauh lebih kuat dengan dada dan bahu yang lebar. Dia mengenakan pakaian vintage, jenis pakaian retro yang tampak populer sekarang. Dan rambut merahnya tampak ditata rapi.
Mata Gaara menyipit saat ia juga mengamati Sasuke yang duduk diepannya.
Pintu ruangan itu terbuka, dan Sasuke sejenak begitu terkejut sehingga ia hampir lupa berdiri ketika seorang wanita memasuki ruangan.
Gaara juga berdiri, dan menyeringai lebar.
"Hai, Sakura!" sapa Gaara, melangkah mengelilingi sofa dan merentangkan lengannya lebar-lebar.
"Gaara!" Sakura memekik, dan melangkah maju ke pelukan Gaara yang mengangkatnya dari lantai.
"Kau terlihat luar biasa!" Gaara memberitahu Sakura.
Gaara menoleh ke wanita lain di ruangan itu dan menjabat kedua tangan mereka secara bergantian.
Mikoto, tentu saja masih dalam masa berkabung, mengenakan gaun hitam polos, atau setidaknya warna yang sering dikenakan keluarga Uchiha, dan tanpa perhiasan.
Hinata mengenakan gaun ungu tua, memakai kalung keluarga Hyuga, dan mengenakan anting-anting zamrud milik Mikoto. Mereka juga tampaknya telah melakukan sesuatu dengan rambut mereka, karena tampak ada warna kemerahan di sana.
Sakura... Sakura tampak luar biasa. Gadis itu mengenakan gaun biru yang Sasuke pilihkan untuknya. Rambutnya ditarik ke belakang dari wajahnya dan di jepit dengan jepit berhiaskan berlian. Gadis itu mengenakan perhiasan keluarga Uchiha, kalung mutiara dan sepasang anting-anting.
"Kalian bertiga, menakjubkan." Sasuke memberitahu mereka.
"Aku berani bertaruh mereka akan membuat semua kepala di pesta dansa menoleh." Gaara setuju.
"Bagaimana kalau kita pergi sekarang?" tanya Mikoto.
***
Pesta itu diadakan di villa perkebunan Tendo. Kereta yang ditarik oleh kuda putih menunggu di titik penjemputan untuk mengantar para tamu ke lokasi pesta.
Sama seperti sebagian besar pesta membosankan lainnya, berbagai minuman disajikan, sementara para tamu berbaur, diikuti oleh makan malam formal, lalu penghargaan dan pidato, kemudian dansa.
Mikoto, Sasuke, Sakura, Hinata, dan Gaara akhirnya tiba disana. Tendo Akiyama selaku tuan rumah dengan sopan menyambut Sasuke dan ibunya ketika mereka masuk, namun dengan cepat perhatiannya beralih pada seseorang.
"Gaara!" Akiyama menyambut lelaki berambut merah itu. "Senang bertemu denganmu! Bagaimana kabar kuda cokelat dari Nigeria itu?"
"Dia brilian." Gaara tersenyum cerah. "Sebagian besar lukanya sudah sembuh. Tampaknya penglihatannya tidak akan benar-benar pulih, tapi itu tidak menghalangi pergerakannya."
"Bagus!" seru Akiyama. "Setelah semua urusan disini selesai, aku akan melihat jadwalku apakah aku bisa ke sana selama beberapa hari."
Mikoto undur diri untuk berbicara dengan seseorang, sementara Sasuke melakukan hal yang sama, pergi bersama Hinata dan berbicara dengan Gekko Hayate.
Sasuke mengobrol tentang bisnis seperti yang diajarkan ayahnya, memaksimalkan kesempatan untuk berteman dengan para profesional lain di sebuah acara di mana sebagian besar dari mereka hadir karena mereka ingin menampilkan kekayaan mereka.
Ia juga terus mengawasi Sakura, yang dengan sopan masih berdiri dengan Gaara, dan sesekali bergabung dengan percakapan Gaara dan Akiyama.
Sasuke menyadari, banyak pria secara terbuka menatap dan mengagumi Sakura, tapi sangat sedikit yang benar-benar mendekati gadis itu. Gaara tampak benar-benar tak memperhatikan atensi disekelilingnya untuk Sakura, tapi ia secara berkala menoleh untuk tersenyum pada gadis itu.
Hampir semua polisi yang Sasuke kenal ada di sana, diam-diam membaur sebagai tamu. Tidak ada hal besar terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dan tidak ada kegiatan kriminal pada malam hari, tapi tetap saja harus selalu waspada dan tidak lengah dengan situasi seperti ini.
Shikamaru dan Temari datang berbicara dengan Sakura dan Gaara, tak lama kemudian Sai dan Ino turut bergabung.
Sasuke merengut memandang mereka, kemudian bergabung berbicara dengan Hideyoshi Shinji, yang saat ini sedang berbicara dengan Mikoto dan Hinata.
Selang beberapa menit, Tuan rumah mengumumkan bahwa sudah waktunya untuk pergi ke meja makan.
Sasuke, Hinata, dan Mikoto duduk di meja kedua karena menjadi salah satu penyumbang teratas untuk badan amal. Bersama beberapa dosen Hinata, Shikamaru dan istrinya, Temari.
Gaara dan Sakura ada di meja utama, bersama keluarga Tendo, dan beberapa tamu penting lainnya.
Sebagian besar percakapan makan malam itu didominasi oleh dosen Hinata dari kedokteran, dia memuji keterampilan Hinata yang luar biasa dalam meracik obat-obatan, lalu kemudian mengoceh tentang Shikamaru sebagai polisi yang bijaksana, setara dengan orang-orang seperti Kakashi dan Shinji.
Sama seperti biasanya, Sasuke membenci ocehan yang berada di dalam acara semacam ini, ia hampir lega ketika Tendo Akiyama akhirnya naik podium untuk menyambut semua orang. Istrinya, kedua putranya, salah satu menantu perempuannya, dan cucunya juga turut berbicara bergantian.
Mereka membacakan pencapaian apa saja yang dilakukan badan amal Tendo Foundation selama setahun terakhir, memberikan ucapan terima kasih pada para penyumbang terkemuka, dan mengumumkan Sabaku Gaara sebagai pemenang penghargaan tentang kepeduliannya pada hewan dalam Tendo Foundation untuk tahun ini.
Musik mulai diputar dan para tamu bergabung di lantai dansa.
Sasuke berdansa dengan Hinata, lalu dengan ibunya, beberapa teman ibunya, dan istri dua eksekutif Uchiha Industries.
Ia tetap mengawasi Sakura, yang telah berdansa dengan Gaara, semua pria di keluarga Tendo, dan Awadachi Utakata.
Ia kehilangan jejak Sakura saat ia berdansa dengan teman ibunya.
Sasuke dengan cepat mengatakan pada teman ibunya itu bahwa ia ingin pergi ke kamar mandi dan dengan cepat matanya memindai sekelilingnya. Hinata berdansa dengan pamannya, dan ibunya berdansa dengan Shinji. Lagi. Rupanya Sasuke harus mengatasi hal itu suatu saat nanti.
Sasuke menyelinap keluar dari ruang dansa, dan memeriksa serambi, sekitar kamar mandi, dan area minuman. Ia memperhatikan ada beberapa orang di luar di dekat air mancur, jadi ia berjalan keluar untuk memeriksa.
Berkat rambut Sakura yang khas, ia menemukan gadis itu bersama Gaara, anak pertama Tendo Akiyama, dan teman kencannya di salah satu teras luar ruangan. Untung saja, ada balkon hampir tepat di atas tempat mereka duduk yang bisa diakses Sasuke melalui tangga luar.
Anak pertama Tendo dan kekasihnya berjalan pergi tepat setelah Sasuke berada di posisi.
Sasuke bisa melihat bahwa Sakura dan Gaara sedang berbicara, sesuatu tentang artikel. Tiba-tiba ia mendengar gesekan langkah kaki di belakangnya, ia menoleh sekilas ke belakang.
"Mengikuti aku, Nara?" tanya Sasuke tanpa berbalik.
"Aku seorang polisi." ucap Shikamaru. "Ketika aku melihat seseorang yang mencurigakan, itu tugasku untuk mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan."
Sasuke mendengus. "Aku hanya memastikan Sakura baik-baik saja, aku tidak merencanakan kejahatan kriminal."
"Sakura akan baik-baik saja bersama Gaara." Shikamaru meyakinkan Sasuke. "Dia mengenal Sakura sejak lama. Dia tidak akan membiarkan bahaya datang pada Sakura."
"Dia seorang pria." Sasuke menyipitkan matanya dan merengut. "Dan Sakura adalah wanita muda yang cantik."
Shikamaru tertawa. "Gaara terobsesi dengan kuda-kudanya. Dia mungkin tidak akan tahu apa yang harus dilakukan dengan seorang wanita jika dia memilikinya."
Sasuke tetap merengut, terus memperhatikan Sakura dan Gaara.
"Kau peduli padanya." ucap Shikamaru dengan serius. Sasuke berbalik untuk menatapnya. "Tapi apa kau pikir kau telah melakukan hal benar dengan bertingkah seperti ini? Minggu depan, kau akan menikah. Apa kau akan mengusir dan menyingkirkan siapapun yang mendekati Sakura? Apa kau pikir itu adil baginya, menahan dia dari kesempatan menemukan kebahagiaan dengan orang lain?"
"Diamlah, Nara." bentak Sasuke dan berjalan pergi.
Ia berjalan kembali ke dalam dan lengannya segera di raih oleh Nyonya Hyuga.
"Kami sudah mencari-carimu! Kau harus di lantai dansa dengan Hinata!" seru Nyonya Hyuga.
Sasuke praktis diseret kembali ke lantai dansa di mana Hinata menunggu bersama Mikoto.
Lagu berakhir saat Sasuke menginjakkan kakinya di lantai dansa.
Penyanyi pengisi acara tersebut melangkah maju ke mikrofon.
"Sekali lagi, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang karena telah hadir di sini malam ini, dan atas sumbangan kalian pada Tendo Foundation." Ia berhenti sejenak menunggu tepuk tangan mereda. "Dan kita juga memiliki pasangan yang sangat istimewa di sini malam ini, yang belum dapat mengumumkan pernikahan mereka yang akan datang secara terbuka karena kematian ayahnya baru-baru ini. Jadi silakan kalian bergabung denganku untuk mengucapkan selamat pada Miss Hyuga Hinata dan Lord Uchiha Sasuke."
Sasuke melirik Hinata, yang terlihat tak nyaman sama seperti yang ia rasakan.
Perlu beberapa saat untuk Sasuke menyadari bahwa ini pertama kalinya ia dipanggil sebagai Lord di depan umum, dan itu hanya memperbesar kegelisahannya.
Penyanyi itu kemudian mengatakan hal-hal omong kosong lainnya yang benar-benar tidak Sasuke dengarkan.
Semua orang memujinya dan Hinata, sementara Nyonya Hyuga berseri-seri dan Mikoto tersenyum kosong.
Penyanyi itu melambai pada band, dan mereka memutar lagu kembali.
Sasuke dan Hinata meninggalkan lantai dansa setelah lagu dimulai. Beberapa menit kemudian pesta mulai mereda dan sebagian besar orang telah pergi sesaat setelah mengucapkan selamat pada mereka.
Sakura menghampiri mereka berdua semenit kemudian. "Gaara akan mengantarku kembali ke mansion. Aku akan mengambil beberapa pakaian ganti dan menginap di rumah keluarga Yamanaka malam ini karena pesta rumah baru akan diadakan besok. Kami akan pulang setelah pesta besok, oke?"
Sasuke mengangguk, tidak bisa melakukan banyak hal di depan umum tak peduli seberapa besar ia tidak menyukai ide Sakura untuk menginap dengan Gaara di rumah keluarga Yamanaka, bahkan jika Sai, Ino dan anaknya akan berada di rumah yang sama.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Hinata pulang bersama orang tuanya, dan Sasuke pulang bersama ibunya.
Sasuke telah minum beberapa gelas anggur di pesta, jadi ia membatasi dirinya hanya dengan minum dua tegukan anggur di rumahnya sebelum ia pergi tidur.
***
Sasuke bangun keesokan paginya saat mendengar ponselnya berbunyi akibat ada satu email masuk.
Ia mendapat pesan dari Hyuga Hiashi, mengecam Sasuke karena membuat keluarga mereka menjadi "tontonan" di berita koran pagi ini dan mengatakan bahwa dia hanya bisa berharap Sasuke akan membersihkan nama mereka di mata publik.
Sasuke menghela napas, berganti pakaian, dan menuju ke lantai bawah untuk melihat apa yang dibicarakan pria itu.
Mikoto ada di meja dengan secangkir teh dan croissant. Yang mengejutkan, Hinata ada di sana juga, dengan koran terbuka di depannya.
"Jadi, apa lagi kali ini?" tanya Sasuke ketika ia duduk di sebelah Hinata.
Hinata tak menjawab. Ia hanya memberikan koran ke arah Sasuke.
"Para wartawan itu, tentu saja." ucap Mikoto. "Rupanya gugatan pencemaran nama baik yang kita ajukan terakhir kali tidak membuat mereka berhenti untuk melakukannya lagi."
Judul berita itu seakan berteriak keras.
Skandal Uchiha Terbaru : Miliarder Serakah, Akan Menikahi Pewaris Hyuga Selama Masa Berkabung Ayahnya - dengan istri di sampingnya!
Ada gambar besar Sasuke, Sakura, dan Hinata bersama Nichi di restoran, diikuti oleh artikel yang menuduh bahwa Sasuke menikahi Hinata hanya untuk uang, sementara di depan umum memamerkan Sakura dan Nichi sebagai istri dan anak haram mereka. Sumber Artikel itu juga mengatakan bahwa Sasuke mengaku sebagai ayah Nichi di rumah sakit. Menurut artikel itu, Hinata yang malang tidak berdaya untuk menghentikan cara-cara licik Sasuke, tapi begitu putus asa demi mendapatkan nama Uchiha sehingga dia bersedia menikah dengannya. Sasuke dan Sakura, sementara itu, digambarkan sebagai manipulator serakah yang berusaha untuk mengambil kekayaan Hyuga untuk diri mereka sendiri, karena Sasuke diketahui telah menghabiskan banyak uang sejak kematian ayahnya. Bahkan ada implikasi bahwa Sasuke dan Sakura telah membunuh Fugaku untuk mendapatkan kendali atas warisan Uchiha.
Namun, bagian yang membuat Sasuke segera menghubungi pengacaranya pada Minggu pagi itu, adalah paragraf terakhir yang mendesak Perlindungan Anak-Anak untuk memeriksa keselamatan dan kesejahteraan Nichi, menyarankan bahwa anak itu tidak boleh berada di bawah asuhan dua orang yang mengerikan seperti Sasuke dan Sakura.
Di telepon, pengacara meyakinkan Sasuke bahwa tidak ada seorangpun dalam kapasitas resmi penegakan hukum atau perlindungan anak akan menganggap serius tuduhan itu, dan bahkan jika kebetulan ada yang melakukannya, fakta bahwa Uchiha sudah begitu transparan dengan kantor kepolisian akan menguntungkan mereka.
"Aku tidak peduli apa yang dipikirkan kepolisian tentang diriku!" Sasuke marah. "Aku tidak ingin siapapun lagi menganggap bahwa Sakura bukan ibu yang baik! Kali ini aku ingin wartawan itu hancur dan berhenti untuk selamanya!"
Ia menendang meja dan memutus panggilan telepon dengan pengacaranya, ia berbalik dan menemukan Hinata berdiri di belakangnya.
"Maaf." ucap Hinata dengan pelan. "Aku tahu kau sangat mencintai mereka."
"Aku menyayangi Nichi." Sasuke menggelengkan kepalanya, menggertakkan giginya, mencoba menenangkan dirinya. "Tapi Sakura telah menjadi ibu yang luar biasa bagi Nichi, dan dia tidak pantas menerima ini, terutama setelah apa yang ayahku lakukan padanya."
"Sasuke, tidak apa-apa." sela Hinata. "Aku tahu kau juga mencintai Sakura."
"Aku..." Sasuke berhenti.
"Aku berharap segalanya bisa berbeda." ucap Hinata. "Untuk kita berdua."
Sasuke menegakkan tubuh, menatap mata Hinata. "Sudah waktunya kita bicarakan tentang ini."
***
Keangkuhan Sasuke menguap pada saat ia mengemudikan mobilnya menuju rumah Yamanaka, tempat ia menjemput Nichi seminggu sebelumnya.
Ia mengambil napas dalam-dalam, menguatkan diri, sebelum mengetuk pintu rumah Yamanaka.
Pintu dibuka oleh istri Shikamaru, Temari, yang kemudian memandang Sasuke dengan rasa ingin tahu yang tidak pasti, tapi juga tak berbicara sepatah katapun.
"Temari, siapa..." sebuah suara wanita terdengar dari dalam, lalu berhenti tiba-tiba. Temari bergeser ke samping dan Nyonya Yamanaka muncul memandangi tamu rumahnya. "Uchiha." Sasuke berdiri kaku di sana. "Oh, ya ampun, ayo masuk?" Miyumi dengan cepat mengganti kerutan di keningnya dengan senyum ramah.
"Aku datang untuk bertemu Sakura." Sasuke berhasil mengeluarkan suaranya.
"Oh ya ya." Miyumi mengangguk. "Dia di sini. Semua orang di sini."
Miyumi membimbing Sasuke ke ruang keluarga, yang diisi dengan lebih banyak orang daripada yang pernah dilihatnya saat menjemput Nichi sebelumnya.
"Papa!" Nichi berteriak, berlari melintasi ruangan memeluk kaki Sasuke.
Sasuke mengangkat Nichi dan menggendong bocah itu.
Nichi memandang ke belakang. "Di mana Hinata-basan?" tanyanya, memiringkan kepalanya.
"Dia tidak disini." Sasuke memberitahu Nichi. "Dia bersiap-siap untuk kembali ke Osaka. Kau benar. Dia tidak ingin menikah denganku. Dia tidak ingin menikah dengan siapapun sekarang. Dia hanya ingin pergi ke Osaka dan melanjutkan kuliah kedokterannya. Kurasa dia akan baik-baik saja. Dia bilang dia ingin menjadi bibi tersayangmu."
Mata Nichi melebar. "Kau datang untuk menikahi kami?" cicitnya.
"Aku tidak bisa menikahimu, tapi aku bisa menikahi Mamamu dan membawa kalian berdua pulang ke rumah bersamaku." Sasuke tersenyum pada Nichi.
"Yay! Mama!" Nichi memekik, meminta turun dari gendongan Sasuke dan berlari kembali ke sisi ibunya. "Apa kau dengar itu? Papa ingin kita!"
"Tapi kontrak pernikahan itu..." ucap Sakura bingung.
"Aku menegosiasikan ulang kontraknya." Sasuke mengangkat bahu dan menyeringai. "Aku mengumpulkan segala macam undang-undang era feodal yang masih ada di buku dan menggunakan itu untuk menguatkan negosiasiku, meskipun berjalan rumit tapi aku berhasil mengubah betrothal contract menjadi courtesan contract. Dengan begitu, aku memberikan sejumlah uang dan kursi di dewan Uchiha Industries pada Hyuga Hiashi, dan dia memberikan Hinata padaku sebagai courtesan, dan aku juga telah membeli saudara perempuan Hinata."
Terdengar gumaman rendah di antara mereka yang duduk di ruangan itu.
"Kau membeli Hinata sebagai courtesan?" Ino berteriak, bangkit dari tempat duduknya. "Dan kau juga membeli saudara perempuannya?"
"Sebenarnya, kata courtesan tidak berarti seperti apa yang orang pikirkan sekarang." Sasuke mendengus mengamati kuku-kuku jarinya seolah-olah ia bosan, lalu kembali memandang Ino dengan tajam. "Mereka dijadikan pelayan untuk pria atau wanita penguasa yang membelinya, tentu saja dalam kapasitas apapun yang dibutuhkan. Beberapa dari mereka menjadi penasihat politik atau ekonomi, beberapa menjadi penyair atau penyanyi atau seniman. Banyak dari mereka diberi sebuah pernikahan yang terhormat ketika Tuan mereka tidak lagi membutuhkan layanan mereka atau untuk memperkuat aliansi politik. Kapasitas kontrak yang kubuat menyatakan bahwa dua bersaudara Hyuga ini akan melayaniku sesuai dengan kebijaksanaanku. Itu berarti aku memiliki kuasa untuk mengirim Hinata ke Osaka dan memerintahkan Hanabi untuk melanjutkan sekolahnya. Dan ayah mereka tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikannya. Aku juga memiliki hak untuk menikahkan salah satu atau keduanya nanti dengan seseorang yang kusetujui."
"Kau melakukan ini karena kau ingin memamerkan kebaikan hatimu?" Ino berteriak dari tempatnya di sebelah Sai. "Kau membebaskan Hanabi dan Hinata dari ayah mereka yang egois dan akan mendukung masa depan mereka, tanpa mendapat keuntungan apapun?"
"Sejujurnya, aku tidak peduli kau mau percaya atau tidak aku melakukan ini. Aku tahu sedikit tentang memiliki ayah yang sombong dan egois." ucap Sasuke dingin. "Dan tentu saja aku mendapatkan keuntungan sebagai balasannya. Aku tidak lagi berkewajiban menikahi Hinata."
"Bukankah ini terasa sedikit mendadak?" tanya Miyumi.
"Aku bisa menunggu selama yang Sakura inginkan," komentar Sasuke, menatap Sakura. "Tapi aku tidak merasa bahwa banyak yang akan berubah."
"Tapi bagaimana dengan rumah baruku?" tanya Sakura.
"Bagaimana dengan itu?" Sasuke mengangkat bahu lagi. "Rumah itu dibiarkan kosong sebelumnya. Kita bisa menggunakannya sebagai rumah liburan jika kau mau. Aku satu-satunya pewaris properti Uchiha. Aku punya banyak rumah untuk tempat Hanabi dan Hinata bisa tinggal dan uang lebih dari cukup untuk mendukung hidup mereka."
"Sasuke," Sakura menggelengkan kepalanya, ia melangkah maju ke depan lelaki itu. "Aku tahu kau sangat menyayangi Nichi. Aku tidak akan pernah berusaha menjauhkannya darimu. Tapi kau tidak perlu melangkah sejauh ini dan membuang hidupmu..."
"Aku tidak membuang hidupku." sela Sasuke, menatap Sakura seolah-olah seisi ruangan itu tidak memperhatikannya dengan seksama. "Aku memberikannya padamu."
"Sasuke, kau tidak bisa mengorbankan masa depanmu dengan Hinata dan menikahiku hanya karena kau menyayangi Nichi." Sakura memprotes.
"Kau masa depanku. Aku tidak melakukan ini karena aku menyayangi Nichi." Sasuke memberitahu Sakura. "Meskipun memang aku menyayanginya lebih dari yang kupikirkan." Ia menatap Sakura. "Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Aku tidak mencintaimu karena Nichi. Aku tidak mencintaimu karena kau ibu Nichi. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku mencintaimu." Ia menggelengkan kepalanya. "Aku tahu ini tidak cukup, aku hanya tidak tahu harus berkata apa lagi. "
Mereka menatap satu sama lain untuk waktu yang lama, sampai seorang wanita tua berseru, "Sakura-chan, jika kau tidak segera mencium pria itu, aku yang akan menciumnya." ucap Nenek Chiyo, kerabat dekat dari keluarga Yamanaka.
Sakura tersenyum geli pada Sasuke dan lelaki itu segera menariknya mendekat, "Cepat cium aku dan selamatkan aku dari nenek itu." bisiknya, kemudian menekan bibirnya ke bibir Sakura.
Sakura otomatis melingkarkan lengannya di leher Sasuke, balas mencium lelaki itu. Lengan Sasuke melilit di pinggang Sakura, menyeringai dan memperdalam ciuman mereka, tentu saja tanpa memikirkan seisi ruangan yang memperhatikan mereka.
"Ino-basan, lepaskan aku! Aku ingin melihat Papa dan Mamaku!" raung Nichi saat matanya ditutup oleh tangan Ino.
"Bisakah kalian berhenti dan lanjutkan itu nanti?! Dasar tidak senonoh!" protes Ino yang masih berusaha menutupi Nichi yang protes dan bergerak-gerak di pangkuannya.
***
The End.
Nangung kaaak
BalasHapusPliiis bikin extra chapter 😭🙏
Iya kak plisss extra chap��
BalasHapus