expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sebulan Yang Panjang #5



'Uh! Aku tak percaya mereka melihat dadaku!' inner Sakura menjerit masam.
Sakura merajuk, ia berjalan di samping Sasuke, yang dengan kuat memegang jaket yang sekarang basah kuyup di sekitar tubuh mungil kekasihnya, sebuah kerutan tercipta di wajah pemuda itu. 'Sialan kau seragam murahan!' Sakura mengumpat diam-diam.
'Che... Dobe bodoh, dia melihatnya!' pikir Sasuke dengan marah, tatapan matanya seakan bisa membuat lubang di punggung Naruto, yang berjalan bersama Hinata di depannya. 'Aku tidak percaya dia melihat dada Sakura! Hanya aku yang diizinkan melihatnya!'
Sakura menatap Sasuke. 'Dia tampak tenggelam dalam pikirannya... dan sangat marah.' pikir Sakura menyimpulkan.
'Tentu saja, duh! Ada seorang pria yang memukulmu, meraba-raba tubuhmu, mencoba memperkosamu, meninjumu, hampir tenggelam, dan semua orang melihat dadamu... Kau harusnya sangat bahagia dia marah!' inner Sakura bersorak. Oh yeah, inner Sakura sangat senang sekarang.
Sakura mengerutkan kening lagi; ia tidak bisa menyelesaikan misinya sendiri! Apa alasan yang menyedihkan dari ninja Konoha seperti dirinya! Dia seharusnya menjadi salah satu Kunoichi terkuat di Konoha! Murid Hokage!
Sakura menunduk, marah pada dirinya sendiri. 'Sasuke-kun pasti berpikir aku menyedihkan.' pikirnya dengan sedih.
Sasuke melirik Sakura dari sudut matanya, ia menatap kekasihnya dalam-dalam. 'Tidak diragukan lagi, dia pasti bicara pada dirinya sendiri lagi.' pikirnya.
***
Dr. Hikaru sedang duduk di tempat tidurnya yang sangat nyaman dengan clipboard-nya yang menjengkelkan di pangkuannya ketika seluruh kelompok datang menerobos masuk. Naruto tampak senang, Hinata tampak kesal karena Naruto melihat dada Sakura. Dan Sakura dan Sasuke tampak... basah, dan marah... oh yeah, sangat marah.
"Ah, kalian semua sudah kembali! Luar biasa, bagaimana misinya?"
Sasuke dan Sakura hanya menatap Dr. Hikaru, sementara Naruto dan Hinata tetap diam, takut membuat marah salah satu dari teman mereka, atau lebih buruknya lagi, dari keduanya.
"Ehem, kurasa itu bukan... kabar baik. Oh ya, kita punya kamar lain!" seru Dr. Hikaru dengan gembira, sambil memegang sepasang kunci. Sebelum ada yang bisa mengatakan sesuatu, apalagi berkedip, Sasuke telah mengambil kunci itu.
"Hei, Teme! Siapa bilang kau bisa seenaknya mengambil kamar itu?" teriak Naruto, jarinya menunjuk menuduh pada Uchiha.
Sasuke berbalik dan memelototi si pirang bersuara nyaring itu, menyebabkan Naruto menutup mulutnya. "Kamar. Itu. Milik. Kami." ucapnya dingin dan perlahan. Ia meraih tas dan menyampirkannya di pundaknya, lalu meraih lengan Sakura dan menarik gadis itu pergi bersamanya.
"S-Sasuke-kun!" Sakura mencicit ketika ia ditarik keluar kamar.
Semua orang di ruangan itu diam.
"Itu tadi... menakutkan." ucap Naruto.
Hinata mengangguk setuju. "Y-Ya, benar."
"Eh… Dokter, bagaimana dengan, kau tahu... aturan untuk mereka." tanya Naruto.
"Oh, kamar mereka ada di sebelah kamar ini, kita akan mendengarnya jika sesuatu... terjadi." ucap Dr. Hikaru dengan gembira.
"Baiklah! Aku lelah; aku dengar penginapan ini punya mata air panas! Kurasa aku akan pergi, bagaimana Hinata-chan?" ucap Naruto dengan seringai mesum.
Hinata tersenyum. "Tidak, terima kasih." jawabnya.
Naruto menganga. "Apa?"
"Kau sendiri saja, Naruto-kun."
"Ah! Ini bukan karena insiden yang tadi itu, kan?"
"Tentu saja tidak, aku hanya ingin sendirian malam ini, jadi jangan repot-repot tidur denganku malam ini, Naruto-kun."
"Hinata-chan! Kau tahu, rasanya sekarang kau lebih cantik!"
"N-Naruto-kun!"
Dr. Hikaru... bingung?
***
"Sasuke-kun!" teriak Sakura, kesal pada sikap kekasihnya. Mereka akhirnya memasuki kamar dan Sasuke melepaskan lengan Sakura. Gadis itu menatap Sasuke. "Apa itu tadi?"
"Apa? Apa kau lebih suka tinggal disana?" tanya Sasuke kembali.
"Tidak! Tapi kau tidak harus bersikap seperti itu!" balas Sakura. Sasuke memalingkan muka dan menggumamkan sesuatu.
"Apa yang kau katakan, Sasuke-kun?" tanya Sakura, tidak mendengar apa yang pemuda itu gumamkan.
"Mereka menatapmu!" ucap Sasuke lebih keras.
Sakura menatap Sasuke seolah pemuda itu sedang menggunakan narkoba. "Mereka tidak menatapku, itu hanya paranoidmu saja." Itu hanya Naruto, dan dia setia pada Hinata, sehingga Sakura tidak khawatir.
"Hn. Tetap saja, aku bosan dengan semua omong kosong ini, Dobe dan terutama dokter sialan itu!" Sasuke mendesis di bagian terakhir, dan Sakura mengangguk setuju.
Mereka diam selama beberapa saat sampai Sasuke memecahkan keheningan itu. "Tunjukkan perutmu padaku."
Sakura tersentak. "A-Apa!"
Sasuke menatap Sakura seolah gadis itu orang gila. "Aku bilang tunjukkan perutmu... bagian di mana Shin memukulmu tadi." ucap Sasuke seolah itu adalah hal yang paling jelas di dunia.
Sakura sweatdrop.
"B-Benar." Sakura bergumam, ia melompat ke atas meja kecil dan mengangkat bajunya.
Sasuke menggerakkan jari-jarinya di perut Sakura yang kencang, di mana ia bisa dengan jelas mengetahui bagian yang terkena pukulan Shin, memar hitam dan biru yang buruk.
Sakura gemetar. "Itai!" Sakura secara tidak sengaja mendesis kesakitan.
Sasuke menarik tangannya dengan segera. "Gomen."
Sakura menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Aku bisa menyembuhkannya sendiri." ucapnya sambil meletakkan tangannya yang mengeluarkan chakra hijau di perutnya.
Tinju Sasuke mengepal. Seandainya ia masuk cukup cepat dan segera menolong Sakura, ini tidak akan terjadi!
Sakura memperhatikan kekasihnya itu. "Sasuke-kun? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya, khawatir.
Sasuke memandangi Sakura. "Baik." jawabnya singkat.
Hening lagi untuk beberapa saat.
"Sasu," Suara pelan Sakura memecah keheningan.
Sasuke mendengus, membiarkan Sakura tahu bahwa ia mendengarkan.
"Ano .. maafkan aku." gumam Sakura, memandang lantai.
Sasuke menatap Sakura dengan heran. "Nani?" tanyanya, bingung.
Sakura menghela nafas. "Karena tidak bisa menyelesaikan misi."
Sasuke menatap Sakura lagi. "Kita menyelesaikan misi." ucapnya, menyatakan dengan jelas.
"Tidak, kau yang menyelesaikan misinya; aku hanya menghalangi! Aku seharusnya bisa mendapatkan gulungan itu, dan tidak membuat kita hampir tenggelam!" ucap Sakura dengan marah, melompat dari meja kecil dan berjalan ke jendela, menyilangkan lengannya.
Sasuke menghela nafas atas sikap kekanak-kanakan Sakura; ia tidak keberatan jika harus melindungi kekasihnya itu.
Sakura tetap berdiri memandang ke luar jendela, menduga bahwa kekasihnya tercinta akan mendekatinya dan memeluknya, mengatakan padanya bahwa tidak apa-apa jika ia gagal menyelesaikan misi. Namun sebaliknya...
"Che. Berhentilah bertingkah seperti bocah."
'Kekasih tercinta sialan!' pikir Sakura sambil berbalik dengan cepat, menghadap Sasuke. "Apa kau bilang?" Ia berteriak, meletakkan tangannya di pinggulnya sekarang.
"Aku bilang berhentilah bertingkah seperti bocah. Meski kau tidak menyelesaikan misi seperti yang direncanakan, jangan meratap seperti itu." ucap Sasuke datar.
"Aku tidak meratapinya! Dan kau! Kau seharusnya tidak usah berbicara!" ucap Sakura dengan suara marah.
Sasuke mengangkat alis. "Apa?" tanyanya bingung, mengapa ia tidak boleh berbicara?
Sakura tetap diam. 'Sialan. Aku tidak memikirkan ini secara menyeluruh... apa yang harus kukatakan.' pikirnya panik.
'Oh, jenius yang hebat,' inner Sakura berkata menyindir.
"Jangan mencoba mengubah topik pembicaraan!" ucap Sakura akhirnya. Oh yeah, itu balasan yang bagus.
"Che, terserah. Jika kau ingin mengoceh, lakukan di tempat lain." ucap Sasuke sambil menyilangkan lengannya.
PLAK!
Sakura berdiri terengah-engah di depan Uchiha, yang kini kepalanya tertoleh ke samping akibat tamparannya. Sakura menarik napas dalam-dalam memikirkan apa yang baru saja ia lakukan pada Uchiha Sasuke.
'GADIS GILA! Kau baru saja menampar Uchiha Sasuke!' inner Sakura berteriak marah.
'Sial! Ini sakit sekali!' pikir Sasuke, tapi untuk beberapa alasan... ini membuatnya terangsang?
Setelah ia bisa merasakan otot-otot di lehernya kembali, ia menolehkan kepalanya menghadap Sakura, tanda merah besar tercipta di pipinya.
Mata Sakura membelalak. 'Apa yang baru saja kulakukan? Aku tidak pernah menamparnya sebelumnya!' pikirnya panik. "Sasuke-kun... aku—"
BAM! Sakura didorong ke dinding dengan kasar, membuatnya menjerit kaget.
Sasuke menjepit tangan Sakura di atas kepala gadis itu, jadi gadis itu tidak bisa melarikan diri.
Sakura tampak ketakutan. "S-Sasuke-kun, aku tidak bermaksud untuk—"
Sasuke menutup mulut Sakura dengan sebuah ciuman penuh gairah.
'Apa?' pikir Sakura bingung, ia bisa bersumpah bahwa mungkin Sasuke akan marah karena tindakannya, tapi tidak dengan cara ini!
'Siapa yang tahu bahwa Sakura bisa sangat seksi saat marah?' pikir Uchiha bungsu itu ketika ia memasukkan lidahnya ke mulut kunoichi merah muda itu. 'Che. Dia satu-satunya perempuan yang berani menamparku...' pikir Sasuke menyeringai seraya menarik diri karena kehabisan nafas.
Sakura menarik napas dalam-dalam. "Sasuke-kun... APA YANG KAU LAKUKAN!" Sakura menjerit dan memukul ringan dada Sasuke.
Sasuke mencium Sakura lagi. 'Jika ini satu-satunya cara untuk membuatnya diam, tak masalah. Kurasa aku menyukai sisi dirinya yang ini.'
Sakura mengerang saat tangan Sasuke menyelinap ke balik bajunya. Sasuke meninggalkan bibir Sakura dan pindah ke leher gadis itu.
"Mmh, Sasuke-kun..." Sakura bergumam pada dirinya sendiri, ia mendongak memberi lebih banyak akses untuk pemuda itu ke lehernya.
Sasuke bergerak lebih rendah ke tulang selangka Sakura setelah mendengar namanya dipanggil. 'Tuhan, aku menyukainya ketika dia menyebut namaku...' pikirnya seraya melepas bagian atas 'kostum' Sakura, menyisakan bra dan celana pendek gadis itu.
Sakura kesal karena Sasuke bersenang-senang sendiri, ia mengangkat kepala Sasuke kembali dan mencium bibir pemuda itu dengan kasar, tangannya menarik-narik baju pemuda itu dengan tidak sabar. Sasuke melepas bajunya di atas kepalanya, dan membuangnya. Kemudian Sakura melilitkan kakinya di sekitar Sasuke saat pemuda itu mendorong tubuhnya ke dinding di dekatnya. Tangan Sakura kini mulai membuka kancing celana Sasuke...
"AHH!"
Sakura dan Sasuke dengan cepat berjengit menjauh satu sama lain.
"M-Maafkan aku! Aku diminta untuk memeriksa kalian! Maafkan aku!" ucap Hinata meminta maaf sambil menutup matanya.
Sakura menghela nafas dari belakang Sasuke. "Tidak apa-apa, Hinata-chan."
'Sialan!' pikir Sasuke dengan marah.
"Bisakah kau tidak memberitahu yang lain tentang ini?" tanya Sakura.
Hinata berpikir sejenak. "Aku tidak akan memberitahu mereka, t-tapi kalian berdua mungkin lebih baik berhenti, mereka memintaku ke sini karena kami mendengar suara gedebuk." jelasnya tersipu.
'Sasu sialan.' Sakura mengumpat diam-diam, mengapa kekasihnya itu harus mendorongnya ke dinding? Oh, tapi diam-diam ia menyukainya.
"Terima kasih, Hinata-chan! Kau penyelamat, dan kami berjanji akan berperilaku baik untuk sisa malam ini." Sakura bersyukur, tapi Sasuke tampak kesal.
"Sama-sama, Sakura-chan. Sebaiknya aku pergi sekarang, selamat malam." ucap Hinata pelan dan menutup pintu.
Sasuke menyeringai, ia melangkah maju ke arah Sakura lagi, yang menghentikannya dengan menahan dadanya.
"Sasuke-kun, apa yang kau lakukan?" tanya Sakura dengan alis terangkat.
Sasuke mendengus jengkel.
"Sasuke-kun! Bagaimana kalau itu tadi adalah Dr. Hikaru, bukan Hinata? Kita pasti sudah kacau!" ucap Sakura kesal.
Sasuke menghela nafas. Malam ini ia tidak akan mendapatkannya.
"Dan kenapa kau membuatku takut seperti tadi! Kupikir kau marah..." Sakura cemberut.
"Che, bagaimanapun aku berhak melakukan sesuatu padamu, kau sudah menamparku!" balas Sasuke.
Sakura memandangi lantai dengan perasaan bersalah, jadi benar Sasuke marah. Ia mulai terisak.
Sasuke mendongak terkejut ketika ia mendengar isakan Sakura dan air mata mengalir.
'Sial! Aku membuatnya menangis!' Sasuke mengumpati dirinya sendiri. Ia perlahan berjalan ke belakang Sakura dan memeluk gadis itu, memutar tubuh gadis itu agar menghadapnya.
Sakura membenamkan wajahnya di dada Sasuke saat ia mulai menangis. Mood swing yang aneh.
"Aku tahu, hiks... kau membenciku!" Sakura terisak.
Sasuke menghela nafas, ia mengusap punggung Sakura dengan pelan, mencoba menenangkan gadis itu. "Sakura, aku tidak membencimu." ucapnya.
"K-Kau tidak?" tanya Sakura dengan pelan, menenangkan diri.
"Iie, aku tidak." ucap Sasuke lagi.
Sakura menarik diri. "Maaf telah menamparmu..." ucapnya dan mulai menyembuhkan pipi Sasuke yang merah dengan chakra hijaunya.
"Aa." ucap Sasuke sederhana dan mencium pucuk kepala Sakura.
Sakura tenggelam ke pelukan Sasuke lagi. Setelah beberapa menit menikmati pelukan satu sama lain, suara Sakura memecah keheningan. "Ne, Sasuke." gumamnya.
"Hn?" Sasuke mendengus.
Sakura menguap sebelum menjawab. "Aku lelah."
Sasuke menarik Sakura bersamanya ke tempat tidur dan berbaring, keduanya masih mengenakan pakaian mereka yang sekarang, tapi untung saja telah kering, dan tentunya tanpa atasan, keduanya terlalu lelah untuk repot-repot berganti pakaian.
Sakura menghela nafas saat ia meringkuk di pelukan Sasuke. "Selamat malam, Sasuke-kun." gumam Sakura.
"Hn." jawab Sasuke, yang hampir tertidur.
"Sasuke-kun." Sakura sekali lagi berbicara.
"Apa, Sakura?" jawab Sasuke dengan nada kesal, ia ingin segera tidur.
"Aku mencintaimu."
Sasuke tersenyum. "Aa." Dan mempererat pelukannya pada gadis itu.
***
"Hiiiinnaaataaa-chan!" Naruto merengek, ia berjalan di belakang gadis pemalu itu, yang luar biasa tenang hari ini, mengabaikan si pirang yang malang. "Kau tahu itu tak sengaja, kan?"
Sakura menghela nafas, ia berjalan di belakang mereka berdua, ia bukan satu-satunya yang memiliki masalah dalam hubungan!
Sasuke menyeringai ketika ia melihat bagaimana Naruto sedang merengek. 'Itu pantas dia dapatkan karena sudah melihat dada Sakura.' sorak inner Sasuke dengan puas.
Sakura menggeleng simpati melihat rekan setimnya yang berambut pirang itu. 'Semua lelaki itu bodoh.' pikirnya.
'Che yeah! Mau ke mana mereka tanpa kita para perempuan?' inner Sakura menjerit.
Sakura melirik ke arah Sasuke yang sedang... menyeringai! Ia dengan cepat memukul kepala kekasihnya itu.
"Sialan!" Sasuke mengumpat ketika ia memegang kepalanya yang sekarang sakit dan memandangi kekasihnya yang gila. "Apa?" Ia mendesis melalui giginya yang terkatup.
"Menyeringai senang pada masalah pasangan lain, itulah sebabnya!" ucap Sakura, menyilangkan lengannya.
Sasuke merengut, "Che, apa aku hanya diizinkan untuk menyeringai senang pada masalah hubungan kita?" tanyanya kesal.
Sakura memelototi Sasuke. "Kita tidak punya masalah!" ucapnya, sedangkan Sasuke hanya melempar pandangan penuh pengertian.
Sakura menghela nafas dan sebagian mengasihani dirinya sendiri ketika ia mulai berjalan lagi, itu benar! Hubungan mereka berantakan.
Sasuke, yang akhirnya tidak mendengar apapun dari kekasihnya yang berambut merah muda, hanya mendengus dan memasukkan tangannya ke dalam saku, mulai berjalan lagi.
Hiks.
'Bagus.' pikir Sasuke ketika ia mendengar satu isakan datang dari gadis di sebelahnya. "Sakura." ucapnya dengan suara putus asa.
Sakura dengan marah menyeka matanya. "Hubungan kita hancur!" Ia menangis lagi.
Sasuke meraih pergelangan tangan Sakura, menghentikan gadis itu berjalan. Naruto dan yang lainnya tidak terlihat lagi di depan mereka, namun suara Naruto masih bisa mereka dengar.
"Sakura, hentikan ini, ini semakin menyebalkan." ucap Sasuke, sedikit lebih keras dari yang ia maksudkan. Ia segera menyesal mengatakannya karena mata Sakura menjadi lebih berair lagi. Sial, ia mengacau lagi. Ia mengusap rambut Sakura. "Sakura, aku—"
"Lupakan, kau benar." ucap Sakura dengan muram sebelum berjalan melewati Sasuke.
"Persetan." umpat Sasuke.
***
"Dan dia bilang aku dan Shika-kun harus menghabiskan lebih banyak waktu bersama!" ucap Ino dengan riang lalu ia menyesap sebagian dari sake-nya.
Sakura baru saja tiba dari misi sore itu dan Ino memutuskan bahwa ia akan mentraktir teman baiknya itu, dan itulah sebabnya mereka berakhir di sini di bar favorit Ino. Sakura belum berbicara dengan Uchiha termuda sejak kejadian sebelumnya.
"Kedengarannya kalian baik-baik saja." ucap Sakura dengan senyum yang dipaksakan dan menyesap sake-nya juga.
"Tentu saja! Bagaimana denganmu dan Sasuke?" tanya Ino pada Sakura akhirnya, setelah bercerita tentang dirinya selama hampir dua jam.
'Tipikal Ino.' pikir Sakura sendiri. Kemudian ia mengerang sebagai respons.
"Tidak begitu bagus?" Ino menanggapi reaksi gadis berambut merah muda itu.
"Dia hanya begitu... ugh!" Sakura tidak bisa berpikir sekarang.
Ino mengangguk mengerti. "Aku tahu apa yang kau maksud." Ia menghela nafas. "Beginilah apa yang harus kita lalui sebagai gadis." Ia mendramatisasi, yang mendapatkan tawa geli dari Sakura.
Sakura melirik jam dinding. Ya Tuhan sudah jam dua pagi, apa yang akan Sasuke pikirkan tentang dirinya yang pulang larut?
Sakura mendengus. 'Mungkin tidak ada, dia mungkin lega bahwa aku tidak ada di rumah. Dia bahkan tidak bertanya ke mana aku pergi sebelumnya!'
***
Sakura berjalan dengan lunglai di sebuah lorong gelap, itu adalah jalan tercepat untuk kembali ke rumah. Ia tidak perlu khawatir akan dirampok; bagaimanapun juga ia seorang ninja.
"Sasuke bodoh." gumam Sakura, tapi kemudian menutup mulutnya ketika seseorang meraih pergelangan tangannya.
Ia dengan cepat berbalik, tangannya siap untuk memukul penyerang itu. Tapi terhenti karena orang itu menangkap lengannya.
"Ryu?" tanya Sakura dengan keras. Ia tidak terlalu menyukai Ryu, karena pemuda itu sering sekali mencoba mendekatinya. Pemuda itu mungkin salah satu ninja terkuat di Konoha, hampir selevel dengan Sasuke dan Naruto, sehingga Sakura menaruh rasa hormat pada pemuda itu.
"Apa aku membuatmu takut, Sakura-san?" tanya Ryu dengan suara halus, membuat Sakura bergidik karena alasan yang tidak diketahui.
"Hanya sedikit." jawab Sakura dengan gugup ketika ia mencoba untuk menarik lengannya dari genggaman Ryu. "Aku benar-benar harus pulang sekarang." tambahnya. Tapi pemuda itu tidak melepaskannya.
"Biarkan aku mengantarmu." Ryu menawarkan.
"Tidak usah, tidak apa-apa; aku benar-benar harus pergi sekarang. Sasuke akan—"
BAM!
Sakura didorong ke salah satu dinding batu bata di lorong itu.
"Selalu saja Uchiha!" seru Ryu tiba-tiba, saat itulah Sakura akhirnya mencium bau alkohol di napas pemuda itu.
"Ow! K-Kau menyakitiku, Ryu." ucap Sakura seraya berusaha untuk lepas dari cengkeraman pemuda itu. Tapi sayangnya tidak bisa.
"Kau tidak pernah memperhatikanku! Ketika aku sama baiknya dengan dia! Kenapa harus dia?" teriak Ryu.
Wajah Sakura yang ketakutan berubah menjadi merah karena amarah. "Untuk satu hal, dia memiliki lebih banyak keunggulan daripada kau!" balas Sakura berteriak. Hm, sangat hormat.
"Diam!" Ryu berteriak lagi menekan Sakura lebih keras ke dinding. Ia menjepit lengan Sakura di atas kepalanya, menahannya tetap di tempat dengan salah satu tangannya, lalu menggunakan tangan yang lain untuk menelusuri tulang pinggul Sakura, menyebabkan gadis itu gemetar. "Sakura-san, kau sangat cantik, salah satu yang paling indah yang pernah kulihat... tidak heran Uchiha begitu menyukaimu." Ia berbisik dengan dingin, jarinya bergerak di bibir Sakura.
Sakura menyentakkan kepalanya. "Pergi dari sini." ucapnya dengan dingin.
Ryu menyeringai. "Siapa saja akan rela membunuh untuk memilikimu... dan di sinilah aku, denganmu, semua untuk diriku sendiri." ucapnya dengan sadis.
Sakura bergidik, jijik, ia selalu berpikir bahwa pemuda itu mentalnya terganggu, dan pemuda itu sangat terobsesi padanya sepanjang waktu.
Ryu menyeringai lagi dan ia mencium leher Sakura dengan pelan. Sakura menyentakkan kepalanya lebih keras lagi kali ini.
"Ah!" Sakura tersentak saat merasakan logam dingin di tenggorokannya.
Ryu menyeringai lagi ketika ia menusuk kulit Sakura sedikit, mencolek darah itu. Lalu tersenyum dan menjilatinya.
"H-Hentikan! Biarkan aku pergi!" Sakura berbisik ketakutan. Ya Tuhan, ia akan diperkosa!
Ryu tertawa dingin, ia mulai membuka kancing depan blouse Sakura. Sakura berputar dan menyentakkan tubuhnya, mencoba melarikan diri, tapi perutnya ditendang oleh pemuda itu.
***
Sasuke menghela nafas, ia berbaring di sofa, tempat tidur sementaranya. Ia melirik jam lagi; sudah jam setengah tiga pagi. Kenapa Sakura belum kembali? Ia menduga bahwa Sakura pergi dengan Ino ke suatu tempat, tapi seharusnya gadis itu sudah kembali sekarang.
Ia secara mental menendang dirinya sendiri karena sangat khawatir. Ia seharusnya tidak perlu terlalu khawatir, Sakura bisa mengurus dirinya sendiri, lagipula gadis itu adalah seorang ninja Konoha.
***
"Mmmppphh!" Sakura mencoba menjerit ketika Ryu melumat bibirnya dengan kasar. Air mata mengalir di wajahnya dalam ketidakberdayaan. Ia sekarang hanya mengenakan bra dan rok. Ia belum pernah dicium oleh orang lain selain Sasuke sebelumnya, dan ia tidak menyukai pengalaman ini! "B-Berhenti! Hentikan!"
Sakura mencoba lagi untuk menendang Ryu. "AH!" Ia menjerit ketika merasakan logam dingin menggores perutnya. Ia menutup matanya kesakitan.
Tangan Ryu mulai meraba pahanya. 'Tidak!'
Tangan itu bergerak semakin ke atas, Sakura mencoba menjerit lagi.
'Tidak…'
Tangan Ryu kini mencapai ujung celana dalam Sakura.
'Hentikan! HENTIKAN!'
Pemuda itu mulai menarik celana dalam Sakura ke bawah.
"Apa yang kau lakukan?" Suara dingin terdengar dari belakang Ryu.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)