Sai duduk di jembatan, memikirkan sesuatu. Ia memperdebatkan tentang apa yang harus ia lukis selanjutnya. Ia melihat ke kanvasnya yang masih kosong dan menghela nafas.
Ia berpikir untuk melukis air yang mengalir di bawah jembatan, tapi itu terlalu sederhana. Ia menatap matahari terbit dan berpikir untuk melukis matahari terbit, tapi itu terlalu membosankan dan ia sudah melakukannya berkali-kali.
Beruntung baginya, tim tujuh tidak harus berkumpul sampai jam dua belas nanti sehingga ia punya banyak waktu untuk memikirkan sesuatu untuk dilukis.
Sai menghela nafas sekali lagi dan bangkit dari tempat duduknya di pagar jembatan dan mulai berjalan pergi. Berkali-kali ia terus memikirkan tentang apa yang harus dilukisnya.
'Aku mungkin bisa melukis Lee dan Gai melakukan beberapa latihan bersama, tapi sepertinya terlalu aneh untuk seleraku.' pikir Sai ketika ia melewati dua pria berpakaian spandex hijau sedang melakukan latihan lari.
Kemudian Sai melirik ke sebuah kedai barbekyu, ia melihat Chouji di sana. 'Hm... melukis Chouji menjadi lebih gemuk dari yang sudah ada sepertinya tidak menarik bagiku.'
Sai menghela nafas sekali lagi dan terus berjalan. Beberapa menit berjalan, ia berhenti tiba-tiba ketika ia memikirkan ide bagus.
'Aku tahu! Ini adalah ide terbaik yang kumiliki hari ini! Aku hanya akan pergi ke patung Hokage dan menemukan sesuatu untuk dilukis di sana! Aku cukup yakin bahwa aku akan menemukan sesuatu yang menarik di sana untuk dilukis.' pikir Sai dengan senyum palsu terbentuk di wajahnya, kemudian ia mulai berjalan menuju patung Hokage.
Ketika Sai sampai di sana, ia merasa damai dengan ide hebat yang ia pilih ini. Ia telah mengeluarkan kanvasnya dan akan mulai melukis sarang burung yang ada di pohon ketika ia mendengar suara erangan yang membuatnya berhenti tiba-tiba.
'Apa itu?' Sai bertanya-tanya.
Kemudian ia mendengar suara seorang wanita mengerangkan nama seorang pria yang sangat dikenalnya.
'Kenapa dia mengerangkan namanya? Kurasa dia hanya merindukannya karena terlalu sibuk melakukan hal-hal ninja.' pikir Sai, tapi kemudian menyadari sesuatu. 'Tunggu sebentar... aku mendengar suara laki-laki juga, jadi apa itu berarti dia juga ada di sini?'
Sai kemudian berjalan ke tempat suara itu berasal dan matanya melebar melihat pemandangan yang ada di depannya.
'Apa yang mereka berdua lakukan? Kurasa ini semacam teknik yang belum kupelajari. Kalau begitu... aku akan melukis teknik baru ini! Rekan satu timku akan sangat bangga padaku ketika ini sudah selesai!'
Sai menyeringai lalu menyiapkan kanvasnya dan mulai melukis, sementara pasangan itu tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikan mereka.
***
Setelah Sai puas dengan lukisannya, ia memutuskan untuk menaruh karya seninya di rumahnya sebelum kembali ke jembatan untu bertemu dengan tim tujuh. Ketika ia tiba di jembatan, ia memperhatikan bahwa Sakura dan Sasuke sudah berada di sana.
"Halo, jelek, emo aneh." sapa Sai dengan senyum palsu di wajahnya, sementara kedua rekan satu timnya diam-diam menggeram.
'Aku TIDAK jelek!' pikir Sakura.
"Aku bukan emo aneh! Aku bahkan tidak mendengarkan musik emo jadi aku tidak bisa dianggap emo. Tentu aku membunuh saudara laki-lakiku dan hampir menghancurkan desa karena aku begitu terjebak dalam balas dendamku dan aku bertindak seolah-olah aku membenci dunia, tapi itu tidak berarti bahwa aku emo. Aku pribadi suka menganggap diriku sebagai grunge, tapi aku tidak memiliki kecanduan narkoba... yeah aku hanya kecanduan Sakura, jadi aku hanya akan berpura-pura bahwa Sakura adalah narkoba, jadi ya aku grunge.' Sasuke menyeringai pada dirinya sendiri.
"Selamat pagi menjelang siang, Sai." Sakura mencoba menyapa sebaik mungkin, ia sedang dalam suasana hati yang baik karena sesi paginya dengan Sasuke.
"Aku ingin memberitahu kalian berdua bahwa aku menyaksikan sesuatu yang sangat menarik hari ini." Sai berbicara.
"Kami tidak peduli." ucap Sasuke datar sambil memejamkan mata dan menyilangkan lengan.
"Oh, tapi kupikir kalian berdua akan tertarik dengan apa yang kulihat pagi ini." ucap Sai yang menarik perhatian Sakura.
"Jadi... apa yang kau lihat pagi ini?" tanya Sakura.
"Hm... aku melihat dua wajah yang sangat familiar pagi ini melakukan beberapa hal yang sangat menarik yang tidak kupahami." ucap Sai, sementara Sasuke tiba-tiba membuka matanya dan Sakura membelalak.
'Sial! Jangan bilang bahwa dia juga memergoki kami!' pikir Sakura.
'Hn, tidak adakah yang lebih baik untuk dilakukan daripada melihat orang bercinta. Dia sama mesumnya seperti kakashi, Naruto, Jiraiya, dan Lee...' pikir Sasuke.
"Jadi, apa yang kau lihat?" ucap Sakura berusaha untuk tidak panik.
"Itu sesuatu yang aku belum pernah lihat dari seorang wanita dan pria lakukan bersama sebelumnya, tapi aku tahu kalian berdua pasti tahu apa yang kubicarakan." Sai tersenyum dengan senyum palsu di wajahnya.
"Hn?" Sasuke mengangkat sebelah alisnya.
"Ya, kau pasti tahu apa yang kubicarakan, emo aneh, dan aku bahkan melukisnya!" ucap Sai.
"APA! Kau melukisnya!" Sakura menjerit, sementara Sasuke melotot ke arah Sai.
"Ya, sepertinya kita masih memiliki banyak waktu tersisa dan kalian tampak sangat tertarik, aku akan kembali ke tempatku dan membawa lukisanku nanti, agar Kakashi dan Naruto dapat melihatnya juga. Aku yakin mereka akn menyukai lukisanku. Cukup lucu." ucap Sai kemudian menghilang dalam kepulan asap, meninggalkan pasangan itu.
Sasuke mulai menggertakkan giginya sementara Sakura bergeser mendekati Sasuke.
"Sasuke-kun..." Sakura mulai berbicara.
"Aku tahu, tapi jangan khawatir, kita akan menghancurkan lukisan itu." ucap Sasuke.
"Tapi bagaimana caranya?" tanya Sakura pada Sasuke.
Sasuke menoleh dan menyeringai pada Sakura. "Jangan khawatir, ikuti aku." ucap Sasuke kemudian mereka memutuskan untuk berjalan-jalan bersama, mencoba mencari tahu ke mana rekan mereka pergi, tapi kemudian mereka berdua menyadari bahwa mereka tidak tahu di mana Sai tinggal dan juga tidak ada orang lain yang tahu. Ini membuat mereka kacau.
***
Sekarang sudah jam dua belas siang dan Sai berjalan ke jembatan dengan lukisan di tangannya, ia melihat Naruto yang bersemangat, Sakura yang tertekan, Sasuke yang marah dan Kakashi yang mesum, yang sedang membaca buku-buku mesum miliknya.
"Maaf aku terlambat, tapi pagi ini aku telah melukis sesuatu yang sangat menarik." ucap Sai.
"Sungguh? Kenapa kau tidak menunjukkan pada kami apa lukisanmu itu." ucap Kakashi sambil meletakkan bukunya.
"Ya! Aku ingin melihat lukisanmu! Percayalah!" teriak Naruto.
"Umm, bukankah seharusnya kita berlatih?" tanya Sakura.
"Atau pergi melakukan misi?" tanya Sasuke.
"Siapa yang peduli? Aku ingin melihat lukisannya. Sekarang Sai, tunjukkan pada kami apa yang kau lukis." ucap Kakashi, kemudian Sai menyeringai pada timnya itu, ia perlahan melepas kain yang menutupi lukisan itu.
'Sial, aku akan menjadi bahan ejekan sepanjang hari.' pikir Sakura.
'Ini menyebalkan, tapi tunggu sebentar... jika semua orang tahu tentangku dan Sakura, maka kami bisa mulai melakukannya kapan saja dan di mana saja kami mau!' pikir Sasuke.
'Ya Tuhan, kuharap itu lukisan ramen!' pikir Naruto.
'Kuharap itu lukisan pasangan yang berhubungan seks!' pikir Kakashi.
'Hehe, aku tahu mereka akan menyukai lukisanku.' pikir Sai, kemudian ia menarik lepas kain yang menutupi lukisan itu dan mata semua rekan setimnya melebar.
'Hah...' pikir Sakura.
'Apa...' pikir Sasuke.
'Itu...' pikir Naruto.
'SIALAN!' pikir Kakashi ketika mereka semua memandangi lukisan Anko yang sedang berbaring telanjang dengan Kakashi yang juga telanjang berada di atasnya.
"Kakashi, tadi pagi aku melihatmu menggunakan teknik baru ini dan kupikir ini sangat menarik, jadi aku melukisnya." Sai menjelaskan.
"Kakashi-sensei! Kenapa kau berhubungan seks dengan Anko?" Naruto berteriak, sementara Sakura dan Sasuke menghela nafas lega bahwa bukan mereka yang dilukis di atas kanvas itu.
"A-Apa... kau tahu... Sasuke dan Sakura juga berhubungan seks!" teriak Kakashi, sementara mata pasangan yang ditunjuk itu melebar.
"Haha ya bagus, sensei, dan aku dan Sasuke akan melakukan hubungan seks panas setelah pertemuan ini." ucap Naruto bercanda, sementara semua orang memberinya tatapan aneh. "Apa?" tanya Naruto.
"Tidak ada..." Sakura bergumam, ia membuang muka.
Sasuke mengerutkan kening ke arah si kuning itu. "Kenapa kau, dobe?" ucap Sasuke kesal.
Naruto mengabaikan Sasuke, "Kakashi-sensei, kenapa kau berhubungan seks dengan Anko?" teriak Naruto.
"Baiklah, misi hari ini dibatalkan dan kalian semua bisa makan ramen sepuasnya! Aku yang mentraktir!" Kakashi menyeringai.
"Ya ampun! Ayo Sai!" seru Naruto ketika ia mulai menyeret Sai yang masih memegang lukisannya. Lupa tentang topik utama.
Kakashi kemudian menoleh dan memperhatikan bahwa Sakura dan Sasuke masih tetap di tempat mereka.
"Hm? Apa kalian tidak menginginkan ramen gratis?" tanya Kakashi.
"Oh tidak, kurasa kami perlu memberimu pelajaran." Sasuke berbicara.
"Tentang apa?" tanya Kakashi.
"Tentang posisi yang kau lakukan dalam lukisan itu, itu semua salah!" ucap Sakura.
'Oh tidak...' pikir Kakashi.
'Saatnya pembalasan.' Sasuke menyeringai ketika penyiksaan dimulai.
***
To be continued.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)