expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Leads to You #21


Chapter 21 - Segalanya

"Aku mencoba menunggu, Saku, aku bersumpah," bisik Sasuke di dekat telinga Sakura ketika tangannya dengan cepat membuka setiap kancing baju gadis itu. "Aku akan naik ke lantai atas dan pergi tidur." Sasuke menarik baju Sakura terbuka, matanya menyapu payudara Sakura dan matanya sedikit berkilat ketika ia melihat puting gadis itu. "Tapi kemudian aku menyadari bahwa jika kita memulai dari awal, malam ini harus menggantikan malam itu. Dan kau dan aku seharusnya berada di sini, seperti ini, setidaknya sejak tiga tahun terakhir dan kupikir—" Sasuke berhenti, menggigit bibir Sakura dengan giginya dan kemudian mencium gadis itu dengan lembut, "—bahwa kita harus menebus banyak hal dan—" Bibirnya bergerak ke rahang Sakura, di mana ia menyapukan bibirnya ke kulit lembut yang ia temukan di sana, "—aku sangat menginginkanmu, Saku. Aku—" Tangan Sasuke bergerak ke rambut Sakura, memiringkan kepala gadis itu ke belakang untuk akses yang lebih baik ke bibir gadis itu, "—mencintaimu dan tidak ingin menyia-nyiakan satu menit lagi hanya karena ingin menyentuhmu jika aku bisa benar-benar—" Bibir Sasuke menekan bibir Sakura, lidahnya menyapu mulut gadis itu dan menahan erangan yang keluar dari kerongkongan gadis itu, "—menyentuhmu seperti ini lagi."

Sakura seakan tak bisa mempercayai dirinya. Bahkan jika Sasuke baru saja mengatakan hal-hal luar biasa itu, ini terasa tidak mungkin. Mereka baru saja menyelesaikan masalah tapi hanya ini yang bisa dipikirkannya. Dari saat ia mengakui perasaannya di kapal feri, hanya ini yang bisa ia pikirkan. Sentuhan Sasuke, ciuman Sasuke, kata-kata Sasuke, yang seperti obat terakhir atas luka yang dibawanya selama berbulan-bulan. Sasuke, aku tidak percaya kau ada di sini... kita di sini...

Mata Sasuke menjadi gelap, fokus untuk melihat wajah Sakura ketika ia menyelipkan tangannya ke payudara gadis itu dan turun ke perutnya untuk memegang pinggul gadis itu. Kepala Sakura terlempar ke belakang ketika gerakan lembut tangan Sasuke mengirimkan getaran kecil yang mengalir ke sekujur tubuhnya. Sasuke menarik Sakura ke arahnya, kaosnya bersentuhan dengan puncak kaku puting Sakura. Kepalanya menunduk dan melumat bibir Sakura dengan kuat, mengklaimnya berulang-ulang ketika ujung jarinya bergerak di pinggul gadis itu, membelai dan memijat dalam lingkaran kecil. Sakura merasa lemas dalam pelukan Sasuke. Sasuke mengambil kepemimpinan dan Sakura ingin menyerahkan dirinya begitu saja pada perasaannya tentang Sasuke dan reaksi tubuhnya terhadap pemuda itu.

Sambil menarik Sakura ke arahnya, Sasuke mengarahkan mereka berdua ke sofa tempat beberapa bulan yang lalu, Sakura menciumnya, menyalakan api yang kini terus berkobar. Dengan menggerakkan kedua tangannya ke atas lengan Sakura dan berhenti di pundak gadis itu, ia dengan lembut mendorong Sakura ke bantal. Sakura bersandar, dadanya sedikit terengah-engah saat napasnya tercekat di tenggorokannya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan ia hampir gemetaran karena antisipasi. Sasuke mengamati tubuh Sakura saat gadis itu duduk, kakinya sedikit terentang, napasnya tidak teratur. Kebutuhan yang dirasakan Sasuke selama berbulan-bulan mengalir di nadinya, berlipat ganda setiap kali matanya menatap Sakura. Jatuh di samping gadis itu di sofa, tangannya membelai pipi Sakura dan ia bertemu mata hijau gadis itu.

"Malam itu, aku seharusnya jujur ​​dan memberitahumu bahwa aku ada di sana karena betapa aku merindukanmu," Sasuke melihat mata Sakura yang berair, cairan mengumpul di bulu matanya ketika ia berbicara. "Aku seharusnya memberitahumu bahwa aku merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupku tanpa kau di dalamnya." Ia menggerakkan lidahnya di sepanjang bibir Sakura, mengerang ketika Sakura bergetar dan meraih lengannya. "Jadi aku akan memberitahumu sekarang, bahwa hidupku menyebalkan tanpamu. Hari terburuk yang pernah kita alami bersama masih lebih baik daripada hari terbaikku tanpamu."

Sakura memejamkan matanya saat ia merasakan air mata membasahi pipinya. Sasuke melihat air mata itu jatuh dengan rasa ingin tahu, matanya menatap sejenak pada bibir Sakura yang bengkak sebelum alisnya berkerut khawatir.

"Kenapa menangis, Sayang?" Tangan Sasuke meluncur naik dan menyapu air mata Sakura, perlahan-lahan mengusapkan ibu jarinya bolak-balik di kulit lembut wajah gadis itu.

Sakura tersenyum pada Sasuke, panas dan keintiman sentuhan Sasuke mengacaukan otaknya. "Karena aku tidak pernah membayangkan bahwa kita akan berada di sini, lagi, seperti ini."

Sasuke menyaksikan air mata jatuh lagi. "Ini hal terbaik, bukan?"

Mengangguk, Sakura menarik Sasuke dan mencium pemuda itu. "Tentu saja. Aku sangat merindukanmu... Sasuke-kun..."

Sasuke mengerang atas panggilan Sakura, "Katakan padaku..." Menarik Sakura ke arahnya, ia menenggelamkan kepalanya ke payudara Sakura, meraih puting gadis itu di antara giginya begitu keras hingga tubuh Sakura secara naluriah melengkung ke arah mulutnya. "Aku menunggu," desak Sasuke, bibirnya masih mengelilingi puting Sakura.

Sakura terengah-engah ketika Sasuke menggigit payudaranya lagi, memaksa dirinya berkonsentrasi untuk berbicara bahkan ketika lidah pemuda itu menyentuh puncak putingnya. "Aku merindukan suaramu... dan tawamu... dan fakta bahwa kau tidak pernah membiarkanku menganggap diriku terlalu serius. Dan tanpamu, sesakit apa diriku, masih ada lubang besar di hatiku yang tidak bisa diisi oleh siapa pun kecuali dirimu." Air mata menetes dari matanya. "Tapi yang paling penting, aku merindukan aroma tubuhmu. Aroma tubuhmu yang menandakan bahwa kau ada di dekatku. Itu adalah tanda bahwa semuanya aman dan nyaman dan baik-baik saja... tapi kau tidak ada di mana-mana... dan itu berarti tidak ada yang baik-baik saja. Tapi bayanganmu ada di mana-mana, Sasu... di mana-mana. Pikiranku tidak pernah jauh dari ingatanmu." Ia bertemu mata Sasuke dan memperhatikan bahwa onyx itu tampak bersinar, memantulkan cahaya kecil di atas pintu depan. Sasuke dengan cepat menangkup wajah Sakura di tangannya dan menarik gadis itu ke dalam ciuman berapi-api.

Ketika Sakura bergidik dan menarik diri untuk menarik napas, Sasuke menempelkan keningnya ke kening Sakura. "Aku melihatmu di mana-mana, Saku. Di mana-mana. Rasanya seperti kau menghantuiku. Dan kau ada di suatu tempat yang aku tidak tahu di mana, tapi kau satu-satunya yang kuinginkan... Fuck, Saku, kau satu-satunya yang kubutuhkan."

Sakura menangis tersedu-sedu, mendorong dirinya ke arah Sasuke ketika ia berusaha melawan air matanya. Ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ia ingin Sasuke ada di dalam kepalanya dan di dalam hatinya, bahkan ketika Sasuke berusaha menenggelamkan diri di dalam tubuhnya. Ia membutuhkan semuanya. Sekarang juga. Dengan Sasuke. Tangannya tiba-tiba bergerak di tubuh Sasuke, menarik kaos pemuda itu dan menyentak ikat pinggangnya.

Sasuke mengangkat sebelah alisnya ke arah gerakan Sakura yang cepat dan menuntut, lalu terkekeh. Bangkit dari sofa, ia menarik kaosnya melewati kepalanya. Ia membuka ikat pinggangnya dan menarik celana jeansnya ke bawah, melepasnya, dan Sakura meraih tangannya. Sakura menarik Sasuke kembali ke sofa dan Sasuke menyaksikan dengan tatapan berat ketika Sakura mengayunkan kaki di atas pahanya, mengangkang di pangkuannya. Sakura mengeratkan pinggulnya untuk menggesek kejantanan Sasuke di balik boxer tipis dan celana dalamnya sendiri. Shit, apa dia mempersiapkan ini? Sasuke menyeringai sesaat ketika ia memandangi kain tipis berwarna kuning berenda yang menahannya dari bagian terdalam dan terpanas dari tubuh Sakura. Mulutnya terasa seperti berair saat tatapannya terfokus pada rambut yang muncul dari balik renda tipis itu. Fuck... ini sangat panas. Sakura menggerakkan pinggulnya, menggoyang-goyangkan tubuhnya ke arah Sasuke, dan Sasuke menarik matanya dari selangkangan Sakura dan mengumpat keras ketika panas Sakura menekan kejantanannya. Tangannya meraih pipi bagian belakang Sakura. Gadis itu berseru, menggesekkan dirinya lagi. Sasuke harus melawan keinginan kebinatangannya untuk tidak mencengkeram rambut Sakura dan melemparkan gadis itu ke sofa untuk menidurinya. Ia melakukan hubungan seks yang tak terhitung jumlahnya dalam hidupnya. Shit, ia bahkan pernah berhubungan seks dengan gadis ini sebelumnya. Tapi ini berbeda. Ini terasa seperti tidak pernah ia alami selama bertahun-tahun. Gadis ini... hal-hal yang gadis ini lakukan pada jantungnya, apalagi tubuhnya, membuat setiap sentuhan terasa semakin bergairah. Sambil mengerang, tangan Sasuke memegang pantat Sakura saat mata mereka bertemu.

Sambil menggigit bibir bawahnya dalam upaya berkonsentrasi, Sakura menggerakkan jari-jarinya di bahu dan turun ke lengan Sasuke. Sentuhannya nyaris tak ada, seringan bulu, tapi Sasuke bergetar ketika seolah ada api berlari melewati tubuhnya. Menggerakkan tangannya dan memberikan lebih banyak tekanan, Sakura membawa telapak tangannya ke bahu Sasuke dan turun ke dadanya. Sakura menggeliat di pangkuan Sasuke, tindakan sensual membelai otot-otot keras Sasuke pada kulit telapak tangannya menyebabkan ia sendiri hampir menangis. Menyentuh Sasuke, hanya menggerakkan tangannya di atas tubuh Sasuke, sudah cukup untuk menyalakannya. Reaksi tubuhnya yang tidak terkendali akan membuatnya takut jika pemuda di depannya adalah orang lain. Tapi dia Sasuke-nya, jadi keinginannya untuk menyenangkan hati pemuda itu masuk akal. Sasuke memperhatikan, mulutnya ternganga, ketika Sakura mencondongkan tubuh ke depan dan menjulurkan lidah ke putingnya.

"Fuck, Sakura," ucap Sasuke serak, menyelipkan jari-jarinya ke rambut Sakura di sepanjang bagian belakang kepala gadis itu. Sakura menyeringai di tubuh Sasuke, menjulurkan lidahnya untuk mengusap puting pemuda itu lagi.

Sasuke memiringkan kepalanya untuk mencium Sakura, menekan pinggul Sakura ke bawah pada saat yang sama hingga ereksinya terasa membakar ke dalam diri gadis itu. Sakura bergerak menggesek ke tubuh Sasuke, menekan payudaranya ke arah pemuda itu.

"Kau menggodaku," gumam Sasuke di bibir Sakura. Sakura menggelengkan kepalanya untuk tanda tidak setuju dengan Sasuke, tapi kemudian menarik diri untuk lanjut menjalankan tangannya di atas tubuh pemuda itu.

"Kau tahu," Sakura bertemu mata Sasuke ketika jari-jarinya menelusuri otot-otot perut pemuda itu, "Bahwa aku mencoba menghafal rasa tubuh kita malam itu. Rasa saat berada di bawah tanganku..." Suara Sakura terdengar halus. Telapak tangannya meluncur dan mengencangkan otot bisep Sasuke. "...dan di kulitku," Sakura mengusapkan lidahnya di sepanjang tulang selangka Sasuke, menghirup aroma tubuh pemuda yang dicintainya itu. Ia menggerakkan lidahnya ke leher Sasuke dan ke rahangnya, di mana ia dengan lembut meletakkan satu ciuman di sana. "Tapi aku benar-benar mencoba menghafal perasaan saat kau berada di dalam diriku." Sasuke menghembuskan napas keras pada kata-kata Sakura, tangannya berkeliaran di punggung gadis itu.

"Jadi kau ingat betapa luar biasanya rasa itu?" Tangan Sasuke meluncur perlahan dan menetap di perut Sakura yang rata. "Cara kau terasa sangat pas di sekitar penisku, seolah kau dibuat hanya untukku?"

Hasrat kasar bergerak-gerak di tubuh Sakura. Kehangatan telapak tangan Sasuke, ditambah dengan kata-kata erotis Sasuke, hampir menyebabkan Sakura terbang. Ia gemetaran di pangkuan Sasuke, mengerang ke telinga pemuda itu, "Sasuke-kun, aku menginginkanmu."

Sasuke berdenyut-denyut di balik boxernya. Ia merasa seperti akan meledak dari tekanan dan rasa sakit di dalam tubuhnya. Mendorong Sakura dari pangkuannya, ia menekan gadis itu ke sofa. Ketika Sakura berbaring, ia menggerakkan tangannya ke bawah di antara paha Sakura, menggosokkan jari telunjuknya ke klitoris gadis itu yang tertutup kain tipis. Sakura memutar kepalanya ke satu sisi, sedikit menekan pinggulnya ke tangan Sasuke.

Sambil membungkuk hingga mata Sasuke bisa menatap Sakura, ia bergumam, "Fuck, Sayang, caramu melebarkan kakimu untukku dan memohon padaku untuk menidurimu? Aku tidak bisa mengeluarkan bayangan itu dari kepalaku." Ia menekankan jarinya lebih keras pada klitoris Sakura, menggoda dan berputar-putar tapi tidak menerobos ke balik penghalang kain tipis. "Apa kau tahu berapa kali aku mengingatnya?"

"Oh... Tuhan... Sasu," keluh Sakura, gambaran visual tentang Sasuke yang menyenangkan dirinya sendiri untuk kenangan malam itu membuat kulitnya menyala dan terasa terbakar.

Sasuke bergerak pelan, menggerakkan kepalanya ke bawah ke arah Sakura ketika ia menempatkan tubuhnya di hadapan gadis itu, menghimpit gadis itu lebih dalam ke bantal sofa. "Apa kau tahu berapa kali sejak aku pindah ke sini hingga aku harus membelai diriku sendiri ketika aku mendengarmu mandi? Dan aku selalu membayangkanmu saat itu, mendorong dirimu ke tanganku, memohon padaku untuk menidurimu," Ketika mulutnya berjarak beberapa inci di atas bibir Sakura, ia bertanya, "Apa kau pernah memikirkannya, Saku?"

Sakura mengangguk pelan, mata Sasuke terbelalak dan memohon bahkan ketika tubuh gadis itu gemetar karena rayuan kata-katanya. Dia mencoba membunuhku, pikir Sakura. Ia tidak pernah mendengar Sasuke berbicara seperti ini... tidak pernah tahu betapa menggodanya hanya kenangan satu malam mereka bisa bersama sampai kata-kata panas menyelinap dari bibir pemuda itu. Ia menggigit bibirnya dan melengkung ke tubuh Sasuke, memunculkan erangan dari dalam tenggorokan Sasuke ketika ia menggesek tubuh pemuda itu.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara Sasuke nyaris berbisik ketika bibirnya meluncur di atas bahu Sakura dan turun untuk menggigit payudara gadis itu lagi.

"Jari... jarimu," Sakura terengah-engah. Sasuke menekankan jarinya ke klitoris Sakura lagi dan gadis itu merintih.

"Oh ya?" Sasuke menyukai cara Sakura gemetar ketika suaranya rendah dan serak. Ini membuatnya gila, betapa responsifnya gadis itu. Tangannya meluncur turun beberapa inci lebih jauh dan ia menyelipkan ujung jari kelingkingnya ke balik celana elastis gadis itu. "Aku juga memikirkan itu... jari-jariku di dalam dirimu... betapa aku sangat menginginkanmu."

Sakura mencicit ketika ia merasakan jari kelingking Sasuke meluncur melewati lipatannya dan menyelinap ke dalam intinya. Ya Tuhan, Sasu... Aku akan meledak. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, godaan itu hanya membuat kulitnya terbakar lebih panas. Ia membutuhkan Sasuke. "Lagi," erangnya, pinggulnya terangkat dari sofa untuk memaksa bahkan bagian kecil dari tubuh Sasuke masuk lebih jauh di dalam dirinya. Ia akan meledak; kulitnya akan berantakan jika Sasuke tidak meredakan kebutuhan ini segera.

Sasuke berada di antara kaki Sakura yang terbentang di sofa dan memerhatikan gadis itu melengkungkan tubuhnya melawan godaan kelingkingnya. Sakura sangat menakjubkan. Sakura selalu cantik... tapi dengan dada yang memerah, tubuh telanjang dan menginginkannya, gadis itu adalah hal paling menakjubkan yang pernah dilihatnya. Ia menarik tangannya dari tubuh Sakura dan gadis itu meringis, kehilangan sedikit penetrasi yang ditawarkan jari Sasuke.

Sasuke tidak sabar lagi. Ia mengaitkan jari-jarinya di atas celana dalam Sakura dan menariknya ke bawah dengan satu gerakan. Melemparnya ke lantai, ia berdiri dan membuka boxernya. Sakura membuka matanya, membiarkan matanya menyapu otot-otot tubuh Sasuke dan menetap pada ereksi pemuda itu. Ia bergetar, memori malam itu datang, berulang-ulang, dan tekanan Sasuke di dalam dirinya beberapa bulan yang lalu berpacu di otaknya.

"Sasuke-kun," erang Sakura, matanya tertutup ketika ia memiringkan pinggulnya dari sofa dan melengkung ke arah Sasuke dalam permohonan.

"Sakura?" Sasuke membisikkan nama gadis itu dengan lembut, memaksa Sakura untuk membuka matanya dan menatap Sasuke. Ketika mata mereka bertemu, Sasuke menyelipkan tangannya ke bawah di antara paha Sakura. Mata Sakura terkunci pada Sasuke ketika pemuda itu melebarkan kakinya terbuka, jari-jari Sasuke dengan mudah meluncur masuk ke dalam lorong basah Sakura, menenggelamkan dua jari jauh di dalam diri gadis itu, membuat gadis itu menjerit. Saat Sasuke membelai Sakura, ia menurunkan kepalanya ke arah Sakura lagi dan meletakkan bibirnya kembali ke telinga gadis itu. "Aku sudah memikirkan hal ini juga, Sayang. Seratus kali. Seberapa ketat kau di jari-jariku dan bagaimana basahnya dirimu karena menginginkanku." Jari-jarinya melambat, nyaris tidak bergerak di dalam diri Sakura, "Kenapa, Saku? Kenapa kau sangat menginginkanku?"

Sakura menatap Sasuke dengan mata lebar, penuh nafsu saat ia hanya berfokus pada sensasi di antara kedua kakinya.

"Katakan, Sakura... kenapa?" Sasuke meningkatkan tempo jarinya hanya sedikit ketika pinggul Sakura menekan tangannya. Jari-jarinya sedikit melengkung, menggoda dan mengejek ketika jarinya hampir tidak menyentuh titik ajaib di dalam diri Sakura. "Kenapa, Saku?" Sasuke menggigit bibir Sakura. Kejantanannya berkedut, berdenyut meminta masuk ke dalam diri Sakura. Konsentrasi, Uchiha... buat ini sepadan untuknya jika kau ingin mendengar kata-kata itu lagi. "Saku?" Ia mengangkat jari-jarinya ke atas, dengan kasar menusuk titik manis Sakura.

Lutut Sakura menyentak bersama, hampir berteriak dari intensitas serangan Sasuke. Sasu... aku ingin... aku butuh... Kumohon.

Sakura mengerang, mendorong dirinya ke tangan Sasuke berulang kali dalam upaya sia-sia untuk meredakan tekanan yang terbentuk tinggi di dalam dirinya. "Karena aku mencintaimu..." Ia menggigit bibirnya, memutar pinggulnya, dan meremas jari-jari Sasuke di dalam dirinya.

Sasuke menggeram pelan saat kata-kata itu mengirimkan denyut ke seluruh tubuhnya. Sambil menyeringai puas karena Sakura memberikan jawaban yang tepat, ia mendorong jari-jarinya dalam-dalam dan melengkungkannya ke G-spot Sakura. "Fuck... ya kau mencintaiku... dan kau akan terus mencintaiku." Menjatuhkan kepalanya ke leher Sakura, ia fokus pada jari-jarinya di dalam diri gadis itu. Ia mengumpat di leher Sakura ketika gadis itu mulai mengencang di sekitar jari-jarinya. Bibirnya menyentuh pipi Sakura sebelum menempel di bibir gadis itu, sementara jari-jarinya terus bergerak ahli jauh di dalam Sakura, menekan, melengkung, dan mendorong. Sasuke memperhatikan wajah Sakura ketika gadis itu menekankan pinggulnya untuk terakhir kalinya dan kemudian pundak dan punggungnya melengkung di sofa ketika ia mengencang erat di sekeliling jari Sasuke. Sakura menjeritkan nama Sasuke, dan Sasuke melihat air mata mengalir dari mata gadis itu. Sakura jatuh kembali ke sofa, gemetaran, ketika orgasme bergolak di dalam dirinya.

Dengan cepat, Sasuke menarik jari-jarinya dari tubuh Sakura dan melebarkan kaki gadis itu dengan kasar. Tubuh Sakura masih gemetaran karena orgasme yang telah mengguncangnya, dan Sasuke menekan kejantanannya ke dalam diri gadis itu.

"Fuck, Sakura!" Sasuke berteriak ketika ia merasakan riak di sekeliling kejantanannya. Sakura benar-benar sangat ketat. Ia menggertakkan giginya, menekan lebih dalam ke dalam diri Sakura. Tangannya bergerak turun ke tubuh Sakura, meraih pergelangan kakinya dan mengangkat kakinya dari di sofa. Meletakkan kaki gadis itu ke atas bahunya, ia mendorong dirinya terus masuk ke dalam diri gadis itu. Sakura menekankan pinggulnya ke arah Sasuke lagi dan lagi. Gadis itu mengencang di sekeliling Sasuke, masih turun dari puncak orgasmenya, dan Sasuke pikir ia akan langsung meledak merasakan semuanya saat itu. Menutup matanya dan berpikir tentang apa pun selain fakta bahwa ia tenggelam di dalam Sakura, ia menarik napas dalam-dalam. Fokus, Uchiha. Ini pacarmu. Jangan mengacau dan terlihat seperti orang idiot! Dengan tekad bulat, ia mengarahkan matanya ke payudara Sakura dan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan, menarik dirinya keluar sampai kepala kejantanannya tetap berada di dalam Sakura sebelum mendorong masuk kembali. Sakura gemetar di bawah Sasuke, tangannya dilemparkan ke belakang kepalanya ketika ia melengkungkan tubuhnya ke arah pemuda itu.

"Goddamn," Sasuke menggerutu, matanya berkedut tertutup pada sensasi inti basah Sakura di sekelilingnya. "Kau benar-benar sangat ketat... Sakura," erangnya, mendorong masuk dengan kasar. Sakura melengkung dan Sasuke mengumpat rendah. Sambil mendorong lagi dengan keras, matanya terbuka dan ia menatap Sakura. Mendorong sedalam mungkin yang ia bisa dengan geraman parau.

Sakura mengangkat tubuhnya ke atas, menggerakkan pinggulnya ke atas dalam upaya agar Sasuke masuk lebih jauh lagi. "Sasuke-kun, tolong," erangnya, mata mereka masih terhubung.

"Fuck, Saku... ini... oh shit," Sasuke ingin mengatakan sesuatu yang sangat romantis. Ia ingin membungkuk dan membisikkan puisi di telinga Sakura. Tapi sebagai gantinya, ia hanya bisa menatap Sakura dengan takjub dan mengumpat sebagai respon ketika gadis itu memohon lebih banyak di bawahnya. Sasuke merasa napasnya seperti tersedot dari paru-parunya ketika ia memandang Sakura. Akhirnya. Akhirnya, dia milikku.

Mereka bergerak bersama, dalam irama yang lambat pada awalnya. Kepala Sakura berguling-guling ketika tangannya meluncur naik dan melewati dada Sasuke, menikmati kelicinan kulit Sasuke yang berkeringat. Ia membuat suara kecil melengking pada saat Sasuke memberi dorongan dan pemuda itu mengerang, mencoba mengabaikan suara kecil seksi yang keluar dari tenggorokan Sakura. Ketika Sakura melepaskan kakinya dari pundak Sasuke, ia mengangkat kakinya yang lain untuk melingkar di pinggang pemuda itu, menarik Sasuke untuk berada di atasnya dan mendorong tubuhnya sendiri ke atas, putingnya menyapu dada pemuda itu. Sasuke mengerang, merasakan kejantanannya mulai mengencang, dan mengambil langkah dorongan yang lebih keras. Ia menyelipkan tangannya di antara tubuh mereka, jarinya memijat tempat tepat di atas klitoris Sakura. Ia merasakan Sakura mengencang dan semakin basah di sekitar miliknya dan tahu bahwa gadis itu akan orgasme lagi. Ia ingin bercinta dengan Sakura selama berjam-jam, tapi tahu ia hanya punya beberapa detik tersisa. Aku akan menebusnya nanti, pikir Sasuke sambil mendorong miliknya jauh ke dalam inti gadis itu. Ia menahannya di sana sesaat, hanya berfokus pada panas yang berapi-api di sekitarnya, dan Sakura mengeluarkan erangan keluhan. Melihat ke bawah, ia melihat alis Sakura berkerut frustrasi karena kurangnya gesekan. Ketika mata gadis itu tertuju padanya, ia perlahan-lahan menarik miliknya mundur sebelum mendorong pinggulnya dengan keras, membanting dirinya masuk kembali.

"Sasuke-kun... hampir... ohhhh," seru Sakura, tekanan terbentuk di dalam dirinya dengan cepat.

"Saku... Sayang... ayo keluarkan, Sakura," pinta Sasuke, orgasmenya mulai berlari di dalam tubuhnya.

Sakura bergetar, kata-kata Sasuke mengirimnya berputar menuju orgasmenya. Bergerak menekankan pinggulnya pada Sasuke untuk yang terakhir kalinya, ia membanjiri milik Sasuke saat ia mengejang di sekitar pemuda itu. Dinding bagian dalam Sakura meremas kejantanan Sasuke, Sasuke akhirnya menyerah, menyemburkan cairannya di dalam Sakura dengan dorongan terakhir.

Jatuh di atas Sakura, Sasuke menjilat keringat dari tulang selangka Sakura dan kemudian mencium gadis itu. Sakura terengah-engah, jantungnya berdebar kencang pada perasaan luar biasa dari milik Sasuke yang masih berdenyut di dalam dirinya.

Mereka tetap di sana, dengan tubuh berkeringat, terengah-engah pelan selama beberapa menit. Ketika Sakura merasa ia bisa menggerakkan otot terkecil sekalipun, ia berbisik, "Sasuke-kun?" Tangannya melingkar ke belakang leher Sasuke saat ia menunggu jawaban pemuda itu.

"Ya, Sayang?" Sasuke menjawab dengan tenang di bahu Sakura.

"Aku mencintaimu... dan ini luar biasa."

Sasuke terkekeh, melingkarkan lengannya di pinggang Sakura sambil berusaha untuk tidak membebani gadis itu dengan berat badannya. "Aku juga mencintaimu... dan ini sangat luar biasa."

Sakura memeluk Sasuke sejenak, meremas pelan rambut pemuda itu, menghirup aroma rambutnya, sebelum ia menyadari betapa lemah dan lelahnya ia dari perjalanan panjang mengelilingi Kagoshima, drama emosional yang dimainkan saat di kapal feri, dan seks luar biasa yang mengakhiri hari itu. Melepaskan diri dari dekapan Sakura, Sasuke dengan hati-hati menarik keluar kejantanannya dari gadis itu. Membungkuk untuk menggendong Sakura, ia membawa gadis itu ke kamar. Ia mendudukkan Sakura di lantai dan menyibak selimut, lalu mengangkat Sakura lagi sebelum meletakkan tubuh gadis itu di atas seprai.

Begitu Sakura di atas tempat tidur, Sasuke merangkak ke belakang Sakura dan menarik selimut ke atas tubuh mereka berdua. Lengannya melingkari bahu Sakura, dan gadis itu menyandarkan kepalanya di lekukan lengannya, menghela napas dengan nyaman. Tangan Sakura bergerak ke perutnya, di mana gadis itu mengaitkan jari-jari mereka.

Mereka berbaring diam selama beberapa menit dan kemudian Sasuke meraih wajah Sakura untuk mencium gadis itu dengan lembut. Sambil menarik diri, ia berkata, "Beginilah seharusnya malam itu, seandainya pikiranku lurus."

Sakura mengangguk. "Kita harus meletakkan semua itu di masa lalu, Sasuke-kun. Aku telah menahan amarah dan merasa sakit cukup lama. Dan sungguh, jika kau mencintaiku dan aku mencintaimu, kenapa kita harus berpisah? Aku lelah berusaha melawan satu hal yang sebenarnya sangat kuinginkan di dunia ini." Menatap mata Sasuke, "Dan itu dirimu."

Sasuke menyeringai, mengecup kening Sakura. "Aku tidak pantas dimaafkan tapi aku akan menerimanya. Aku seorang bajingan yang beruntung, Saku."

Sakura menguap, tubuhnya tenggelam lebih jauh ke tempat tidur ketika otot-ototnya mereda. Dengan tawa mengantuk, ia berkata, "Aku tahu itu."

Mereka diam selama beberapa menit lagi. Tangan Sasuke mengelus-elus sisi tubuh Sakura. Dia terasa sangat luar biasa di lenganku... seperti seharusnya dia berada di sini selama ini. "Saku?" Suaranya berbisik karena ia tahu gadis itu hampir tertidur.

"Ya?" Sakura bergumam.

"Kau tahu ini, kan?" Sasuke menunduk untuk berbicara dengan Sakura, gadis itu menoleh dan bibir Sasuke hanya beberapa sentimeter di atas kepala gadis itu.

"Ini?" tanya Sakura dengan lembut.

"Ya... kau dan aku. Ini. Tidak ada orang lain... lagi."

Sakura mengangguk di lengan Sasuke dan berbalik. Membuka matanya lebar meskipun fakta bahwa ia kelelahan, ia bertemu dengan tatapan Sasuke dan merasakan air mata terbentuk lagi. "Apa kau tahu sudah berapa lama aku menginginkan ini?"

Sasuke menghela napas, menempelkan bibirnya pada bibir Sakura dengan kuat, emosi melandanya. Ini. Hanya mereka. Tidak ada yang lain. Tidak akan pernah lagi. Segalanya sudah ada di sini. "Terlalu lama, dan aku minta maaf," gumamnya ketika mereka memutuskan ciuman.

"Sudah kubilang, Sasuke-kun. Tidak ada lagi permintaan maaf." Sakura mengecup bibir Sasuke. Sambil mendesah, ia menguap lagi. Dia benar-benar milikku sekarang. Tidak ada lagi pura-pura untuk tidak peduli dan tidak lagi berbagi. Tidak ada lagi amarah dan tidak ada lagi sakit hati. Dia milikku. Milikku.

"G'night, Saku. Aku akan membangunkanmu dalam dua jam untuk... kau tahu." Sasuke menyeringai.

Sakura mendengus pelan, tanpa membuka matanya, dan menarik selimut hingga ke dagu mereka. "Aku hanya butuh satu jam."

Sasuke memperhatikan Sakura tertidur, senyum tulus muncul di bibirnya. Ia menarik Sakura lebih erat padanya dan menghirup aroma rambut gadis itu. Sakura bergeser ke samping, melingkarkan lengannya ke perut Sasuke. Tangan Sakura bergerak ke dada Sasuke saat napas gadis itu mulai teratur dalam tidur, Sasuke akhirnya menutup matanya juga. Aku melewati jalan panjang yang berliku, tapi akhirnya aku berada tepat di tempat yang seharusnya.

***
To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)