expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Brotherly Love #1


Uchiha Fugaku bertemu Haruno Mebuki ketika ia telah bercerai selama dua tahun dari Uchiha Mikoto. Mikoto terus mengeluh tentang bagaimana hidupnya dengan Fugaku sangat membosankan selama beberapa tahun mereka tinggal bersama, hingga suatu hari, ketika Fugaku bangun dari tidurnya dan tidak menemukan Mikoto di rumah, ia tahu bahwa Mikoto telah pergi untuk selamanya. Anehnya, ia tidak marah pada wanita itu karena ia tahu Mikoto tidak bahagia bersamanya. Satu-satunya hal yang membuat hatinya sakit dan darahnya mendidih dengan kemarahan adalah kenyataan bahwa Mikoto meninggalkannya sendirian untuk memberi penjelasan pada putra mereka yang berusia 2 tahun ke mana ibunya pergi.
Fugaku bukanlah orang yang peka, dan tidak tahu cara merawat balita dengan benar. Ia melatih dan bermain bola basket, ia akan memperbaiki mobil dan membangun sesuatu, tapi pasti ia tidak tahu cara mengganti popok, menyiapkan makanan balita atau merawatnya ketika sakit. Itu adalah bagian terburuk dari kesendiriannya. Sasuke hanyalah bocah yang sangat kecil dan bergantung padanya setiap saat. Fugaku telah berusaha melakukan apapun yang ia bisa untuk mengurus Sasuke sendirian, tapi setelah beberapa bulan, ia tahu ia gagal dalam melakukannya. Sasuke tidak mau memakan makanannya dan terus menangis meminta ibunya. Hal itu membuat hati Fugaku hancur berkeping-keping.
Maka suatu hari, didukung oleh sahabatnya, ia memutuskan untuk 'mengumumkan dirinya' di sebuah surat kabar setempat untuk mencari seorang istri. Ironis atau apa, dari sekian banyak wanita putus asa yang mencari suami, Fugaku bertemu Mebuki, wanita itu tidak hanya cantik, tapi juga baik dan sangat sopan. Haruno Mebuki adalah seorang ibu tunggal yang memiliki balita perempuan berusia satu tahun, bernama Sakura. Fugaku jatuh cinta pada Mebuki dan putri wanita itu begitu matanya bertemu mereka. Dan, untung saja, Sasuke dan Mebuki menjadi sangat akrab setelah itu, membuat hati Fugaku begitu lega.
Uchiha dan Haruno berkencan sekitar empat bulan sebelum mereka memutuskan untuk bersama selamanya. Fugaku melamar pada malam tahun baru, dan dua minggu kemudian, mereka menikah dan tinggal bersama.
***
Fugaku duduk di sofa, dengan balita di lengannya. Sedangkan Mebuki duduk di sampingnya dan meletakkan Sasuke di pangkuannya, membelai rambut hitam balita itu.
"Sasuke, ini adik perempuan barumu," ucap Fugaku pada putranya, menunjuk Sakura.
Sasuke memandang ke arah Mebuki dan wanita itu tersenyum, "Kurasa dia tidak mengerti, Sayang," ucap Mebuki pada Fugaku.
Fugaku tersenyum, "Aku juga berpikir begitu."
Sasuke tiba-tiba meraih boneka kelinci Sakura dan balita perempuan itu mulai menangis.
"Jangan, Sasuke, ini milik Sakura." Fugaku mengambil kelinci itu dan memberikannya pada Sakura. Kali ini, Sasuke yang mulai menangis.
"Ya Tuhan," Mebuki menggelengkan kepalanya. "Ayo kita biarkan mereka menyelesaikan ini, Sayang."
Keduanya meletakkan Sasuke dan Sakura di lantai dan pergi ke dapur, untuk menyiapkan sarapan. Sakura merangkak menuju Sasuke dan duduk di sampingnya, menyerahkan kelincinya agar Sasuke bisa berhenti menangis.
"Booboo," ucap Sakura, tersenyum.
Sasuke meraih kelinci itu dan mulai bermain dengan boneka Sakura itu. Sedangkan Sakura menghisap jempolnya dan mulai mengeluarkan liur.
Sasuke tertawa, "Kau mengilel."
Mebuki duduk di lantai di samping mereka, membersihkan air liur putrinya. Ia tersenyum pada Sasuke, "Dia masih kecil; kau juga mengiler, Sayang."
Sasuke berdiri dan melompat, "Aku besal."
Mebuki tertawa, "Ya, kau sudah besar."
Sakura memandang Sasuke dan berdiri juga, berpegangan pada bahu Mebuki untuk mendapatkan keseimbangan.
"Oh, kau mau jalan juga, Sayang?" tanya Mebuki pada Sakura dan putrinya itu hanya terkikik.
Sasuke berjalan ke arah Sakura dan memegangi tangan kecil balita itu.
"Aku bantu beljalan," kata Sasuke pada Sakura dan mulai mengambil langkah lambat bersama Sakura.
"Ya Tuhan," bisik Mebuki pada dirinya sendiri. "Fugaku-kun, kemarilah," Mebuki memanggil Fugaku dan suaminya itu tergesa-gesa ke ruang tamu.
"Apa yang terjadi..." Fugaku berhenti ketika ia melihat Sasuke membantu Sakura berjalan. Ia duduk tepat di samping istrinya dan memegang tangannya, tersenyum. "Kurasa mereka akan baik-baik saja, Sayang," ucapnya dan Mebuki mengangguk.
Sakura kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai. Sasuke tertawa dan berlari ke lengan Mebuki. "Sakula jatuh."
Fugaku tertawa, "Panggil dia Saku, Sasuke."
Sasuke mengangguk, dengan ekspresi khawatir, "Saku jatuh."
Sasuke berlari ke adik perempuannya dan memberikan boneka kelinci.
"Booboo," Sakura bertepuk tangan bahagia. Sasuke memberi Sakura ciuman basah di matanya, membuat Sakura hampir kehilangan keseimbangan lagi dan jatuh ke belakang.
"Pelan-pelan, Nak," ucap Fugaku lembut.
Sakura tertawa lagi dan mencium Sasuke juga.
Sasuke kini duduk di lantai, bermain dengan beberapa mainannya. Sakura memandang Sasuke, sekarang menghadap pada kakak laki-lakinya itu, "Booboo."
Mebuki tertawa, "Oh, Sasuke booboo-mu?"
Sakura mengucek matanya lalu menguap, "Booboo."
Sakura merangkak sampai ia berada di sisi Sasuke, meletakkan kepala kecilnya di kaki kanan kakak laki-lakinya itu. Sasuke terkikik dan menatap Mebuki yang memberinya tatapan lembut.
"Kurasa dia menyukai Sasuke," ucap Fugaku pada Mebuki, yang mendapat senyum dari istrinya itu.
"Kurasa begitu."
***
"Sasuke, apa tidur siangmu menyenangkan?" tanya Mebuki pada bocah yang sedang mengucek matanya yang mengantuk.
Sasuke melihat sekeliling dan tanpa alasan merasa takut dan mulai merengek.
"Oh, ada apa, Sayang?" Mebuki meraih Sasuke dan mencium rambut anak itu.
"Kaachan pelgi," Sasuke menangis dan menyembunyikan wajahnya di dada Mebuki.
"Oh sayang, tidak apa-apa, aku kaachan-mu sekarang," Mebuki mengusap punggung Sasuke perlahan, menghiburnya. "Apa kau lapar?"
Sasuke mengangguk, pelan.
"Oke, ayo kita makan dan kemudian kita bisa bermain gelembung bersama Sakura, bagaimana menurutmu?"
Sasuke tersenyum, "Saku."
Mebuki membawa Sasuke ke lantai bawah dan menempatkannya di lantai di samping Sakura. Bayi kecil berambut merah muda itu bermain dengan 'booboo' favoritnya dan terkikik ketika Sasuke duduk di sampingnya.
"Sasu, Sasu," ucap Sakura dengan suara cempreng.
Sasuke duduk di dekat boneka beruangnya yang ada di sofa dan mengambilnya, membelai telinganya perlahan-lahan, masih terlihat mengantuk. Mebuki memberi kedua balita itu kue dan jus jeruk, dan mereka makan dalam diam.
Ketika mereka selesai, Mebuki membawa mereka ke luar dan mulai meniupkan gelembung di taman. Sasuke berlari dan melompat-lompat mencoba meraih gelembung-gelembung itu, sedangkan Sakura duduk di dekat Sasuke juga berusaha meraih gelembung-gelembung itu. Sasuke akhirnya menangkap gelembung di tangannya dan duduk di sisi Sakura, menunjukkannya pada adik merah mudanya itu.
"Lihat Saku," ucap Sasuke, dan Sakura mencoba mengambil gelembung itu dari tangan Sasuke, membuat gelembung itu meledak.
Sasuke menatap Sakura dengan mata sedih, ia mulai menangis, "Kau menghanculkannya," Ia berlari ke lengan Mebuki, "Kaachan, Saku menghanculkan gelembungnya."
"Oh sayang, tidak apa-apa, aku akan membuatkan yang lain untukmu," Mebuki mencium kening Sasuke dan tersenyum.
Sementara itu, Sakura masih berusaha mendapatkan gelembungnya sendiri, ketika ia mendapatkannya, ia mulai terkikik, "Sasu, Sasu," panggilnya.
Sasuke berjalan ke arah Sakura dan membungkuk di depan adiknya, menatap gelembung itu.
"Sasu," Sakura menyerahkan gelembung pada Sasuke dan bocah laki-laki itu mencium Sakura di pipinya.
"Telima kasih, Saku."
Mebuki tersenyum melihat pemandangan itu, mereka terlihat sangat lucu saat bersama.
***
Satu tahun kemudian
"Sasu tidak pelgi," jawab Sakura sambil memeluk kakaknya. "Tidak pelgi," ulangnya sambil memandangi ibunya.
"Maaf, sayang, Sasu harus pergi ke sekolah, dia akan pulang nanti."
Sakura merengek dan mengusap matanya, "Sasu tidak pelgi."
"Aku akan pulang nanti, Saku," Sasuke memberitahu adiknya seraya mengambil tasnya. Sakura semakin menangis dan Mebuki menggendongnya, berusaha mengendalikan bocah itu.
"Apa yang terjadi?" tanya Fugaku, melangkah ke ruang tamu.
Mebuki tersenyum, "Dia hanya sedih karena Sasuke akan pergi ke sekolah."
Fugaku mencium kening Sakura, "Jangan khawatir, Sakura, Sasuke akan pulang nanti untuk bermain denganmu lagi."
Sakura merengek lagi, "Sekarang," dan menyembunyikan wajahnya di leher Mebuki.
Mebuki mencium kepala Sakura, "Fugaku-kun, cepat antar Sasuke ke sekolah atau dia akan terlambat."
Fugaku mengangguk, mencium istrinya, dan dengan pelan mendorong Sasuke ke luar pintu, "Ayo pergi, Nak."
Fugaku menempatkan putranya di kursi belakang mobil dan kemudian masuk ke sisi kemudi.
"Kenapa Saku tidak boleh ke sekolah bersamaku?" tanya Sasuke ketika ayahnya menyalakan mobil.
"Dia terlalu kecil, Sasuke, tahun depan dia baru boleh pergi ke sekolah bersamamu."
Sasuke mengangguk, "Aku akan menjaganya di sekolah."
Fugaku tersenyum dan memandang ke belakang sejenak, "Ya, tentu saja, Nak."
Pada siang harinya, Sasuke pulang dengan menggunakan bus sekolah. Mebuki mencium kepala Sasuke dan mengambil tas punggungnya, "Bagaimana hari pertamamu di sekolah?"
"Keren, aku punya teman baru, namanya Naruto," ucap Sasuke, bersemangat.
"Itu kedengarannya bagus, Sayang," Mebuki tersenyum.
Sasuke duduk di sofa, mengayunkan kakinya, "Di mana Saku, Kaachan?"
"Dia sedang tidur siang, ingin membangunkannya?"
Sasuke melompat dari sofa dengan seringai lebar di wajahnya dan berlari ke kamar Sakura. Ia mendapati Sakura tidur di tempat tidur kecilnya, memeluk boneka kelinci dengan erat. Sasuke dengan pelan berbaring di sisi Sakura dan membelai rambut adiknya, Sakura mengerang pelan dalam tidurnya dan memegangi kelincinya lebih kencang.
"Sakuuu," panggil Sasuke, "Saku, bangun."
Perlahan-lahan Sakura membuka matanya. Ketika ia melihat Sasuke, ia tersenyum lebar. "Sasu pulang."
Sakura duduk di tempat tidurnya, melepaskan kelincinya dan memeluk Sasuke dengan kuat. Sasuke tertawa dan balas memeluk Sakura kembali.
"Aku membawakanmu kue dari sekolah," ucap Sasuke, membuat Sakura melompat di tempat tidurnya dengan gembira, "Cokelat dan vanila, Saku."
Sakura bertepuk tangan, "Di mana kuenya, Sasu?"
"Di kotak makan siangku," jawab Sasuke.
Sakura dengan cepat lari dari kamar dan Sasuke mengikutinya, dengan terburu-buru.
"Tidak, Saku," Sasuke berteriak pada Sakura ketika adiknya itu sampai di tangga. Sakura tampak takut, dengan cepat berhenti berlari dan melihat ke belakang.
"Sasu, jangan berteriak," protes Sakura, kesal.
Sasuke berjalan ke arah Sakura dan meraih tangan adiknya, "Kaachan bilang kau tidak boleh turun sendirian, Saku."
Sakura menunduk, "Maaf."
Sasuke mengangguk setuju.
Mereka berdua memanggil Mebuki untuk menggendong Sakura dan membawanya ke lantai bawah. Saat ini, Sasuke sudah tahu bagaimana naik turun tangga sendirian. Sebenarnya, ia cukup pintar untuk anak seusianya dan tubuhnya semakin tinggi setiap harinya. Sasuke terlihat seperti anak berusia 5 tahun, padahal usianya kini masih 3 ½ tahun. Fugaku biasa bermain dengan Sasuke setiap hari dan ketika Sasuke dirasa semakin besar, ia memberi anak itu bola basket. Ia memberitahu Sasuke bahwa ia akan mengajari cara memainkannya sejak Sasuke kecil, dengan cara ini, ketika Sasuke bertambah dewasa, Sasuke akan bermain seperti seorang profesional. Sasuke sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan ayahnya, tapi ia suka bermain basket dengan ayahnya itu, dan Sasuke tidak terlalu buruk dalam memainkannya untuk bocah laki-laki berusia 3 ½ tahun. Sasuke gesit dan tidak cepat lelah, dan Fugaku sering memberitahu Mebuki bahwa Sasuke memiliki kualitas untuk menjadi calon pemenang.
Ketika mereka sampai di dapur, Sasuke memberi Sakura kue yang ia bawakan dan Sakura mencium pipi Sasuke serta memberi pelukan sebagai tanda terima kasih.
"Aku sayang Sasu," ucap Sakura, dan Sasuke tersenyum, "Kuenya enak."
Mebuki mengetuk bagian atas kepala Sasuke dengan lembut, "Sungguh menyenangkan kau membawakannya kue, Sayang. Aku bangga padamu; kau benar-benar anak yang baik."
Sasuke mendongak, tersenyum pada Mebuki, "Aku sayang Saku," Ia memeluk Sakura yang sedang mengunyah kue.
Mebuki tertawa, "Sakura juga menyayangimu, Sasuke."
"Lebih dari booboo?" tanya Sasuke, penuh harap.
Mebuki mengangguk, "Aku yakin itu."
Sasuke tersenyum bangga pada dirinya sendiri, "Aku akan membawakan lebih banyak kue untuk Saku besok."
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)