expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

The New Uchiha #3



Merasa sedikit lega tentang situasinya dengan Sakura dan putranya, Sasuke pulang ke rumah, berganti pakaian, dan pergi ke kantor. Ia tak menyadari berapa banyak pekerjaan yang menumpuk di mejanya selama beberapa minggu terakhir. Ia segera merampungkan tumpukan kertas itu, merasa puas ketika semua tumpukan itu tertangani dan telah rapi di posisi yang tepat.
Sekali lagi Janny masuk, memberitahunya bahwa kantor itu hampir kosong, dan gadis itu mulai menanggalkan pakaiannya. Gadis itu mengatakan pada Sasuke bahwa lelaki itu sangat berkharisma dan bekerja sangat baik setelah kehilangan ayahnya yang luar biasa dan bagaimana ayahnya akan sangat bangga padanya akan hal ini.
Mendengar nama ayahnya, membawa Sasuke memikirkan Sakura dan Nichi, dan secara efektif membunuh minat apapun yang ia miliki dalam seks yang ditawarkan sekretarisnya saat ini. "Pergilah." ucapnya pada Janny.
"Sayang, maaf." ucap Janny. "Aku tidak bermaksud membuatmu sedih dengan membicarakan ayahmu. Biarkan aku membuatmu merasa lebih baik."
Semakin gadis itu memohon, semakin memperburuk mood Sasuke. "Pergi. Itu yang aku perintahkan padamu. Apa kau tak mengerti?" bentaknya jengkel.
Janny meminta maaf, terburu-buru memakai pakaiannya kembali dan bergegas keluar dari ruangan Sasuke.
Sasuke menghembuskan napas, berharap ucapan Janny benar tentang kantor yang hampir sepi. Ia membereskan barangnya dan keluar dari kantor, mengemudikan mobilnya menuju pusat kota, membeli keripik ikan dari salah satu toko favoritnya. Ia membawa makanannya pulang ke rumah dan memakannya di balkon, seraya menyaksikan matahari terbenam.
Ia mengamati makanannya, bertanya-tanya apakah Nichi menyukai ikan yang disajikan seperti ini, atau apakah bocah itu pernah makan keripik ikan.
Ia kemudian meraih buku yang ada di meja sebelahnya, membacanya sebentar, mengingatkannya bagaimana Sakura selalu membawa buku kemana-mana saat di sekolah, dan bertanya-tanya apakah Nichi juga akan melakukan hal yang sama.
Sasuke akhirnya masuk ke dalam saat angin yang berhembus terasa mulai dingin. Asisten rumahnya telah menyalakan perapian di kamarnya. Ia mengambil obat tidur, mengetahui bahwa ia tidak akan tertidur jika tidak meminumnya.
***
Satu jam sebelum waktu biasanya Sasuke bangun, ia mendapati dirinya terbangun dengan sangat kasar. Teriakan seseorang membuatnya membuka mata dan pada saat yang sama seseorang menekan lehernya dan membentaknya untuk tidak bergerak.
Terlepas dari rasa lelahnya, ia menyadari bahwa hanya ada satu kelompok orang yang akan memasuki rumah seseorang dengan sangat tidak sopan.
Polisi.
Sasuke berkedip saat pandangannya menjadi lebih terfokus. Benar saja, Aburame Shino dan Awadachi Utakata berdiri menjulang di atasnya. Sedangkan Inuzuka Kiba dan Rock Lee berdiri di dekat pintu.
"Apa kalian keberatan jika aku duduk?" ucap Sasuke membentak.
"Duduklah perlahan." Shino menginstruksikan. Sasuke melakukan apa yang diperintahkan.
"Boleh aku berganti pakaian sekarang?" tanya Sasuke dengan jengkel.
"Kurasa piyamamu cukup tertutup untuk menjawab beberapa pertanyaan." Utakata menggeram.
"Apa kau keberatan memberitahuku kenapa aku dilecehkan seperti pencuri di rumahku sendiri di pagi hari begini?" ucap Sasuke protes.
Utakata mendengus. "Jangan pura-pura bodoh. Kau tidak sedang bermain drama, bukan? Kau membakar rumah Haruno Sakura kurang dari 24 jam setelah dia melaporkanmu karena mengusiknya."
"Rumahnya terbakar?" tanya Sasuke, tercengang. "Apa dia dan Nichi baik-baik saja?"
"Kau bahkan tidak sempat mengelak untuk memastikan dirimu sukses, eh?" Utakata menyeringai. "Bukankah begitu, Uchiha yang terhormat?"
"Jawab aku!" Sasuke berteriak, bangkit dari tempat tidurnya, berdiri sangat dekat dengan Utakata.
Namun tubuhnya segera membentur dinding.
"Apa-apaan kau, Awadachi?" ucap Sasuke marah pada Utakata. "Katakan padaku-"
Sebelum Sasuke bisa menyelesaikan kalimatnya, mulutnya dibungkam oleh kain dan tangannya terikat di belakang punggungnya. Ia tanpa basa-basi digiring ke lantai bawah dan dipaksa memasuki mobil, di bawa ke kantor polisi di mana ia didorong ke sebuah dipan dalam sel tahanan, masih dengan mulut terbungkam, tangan terikat, memakai piyama, dan bertelanjang kaki.
Beberapa jam berlalu menurut perhitungan Sasuke, di mana ia diabaikan oleh semua polisi yang melewati selnya. Akhirnya Nara Shikamaru masuk, membuka kunci pintu sel, dan melepaskan ikatan kain pada mulut Sasuke.
"Nara!" Sasuke bangkit berdiri. "Apa-apaan ini? Kenapa tidak ada yang memberitahuku bagaimana keadaan Nichi dan Sakura!"
"Mereka masih hidup." Shikamaru mengangguk.
"Apa menjawab saja sangat sulit?" Sasuke berteriak jengkel ke arah Utakata, yang duduk di balik meja. "Apa mereka baik-baik saja?" tanyanya pada Shikamaru lagi.
"Kau bebas, Uchiha." Shikamaru memberitahu Sasuke, menahan pintu sel terbuka. "Nichi baik-baik saja. Sakura menderita luka bakar ringan dan terlau banyak menghirup asap. Dokter memintanya tetap di rumah sakit selama dua atau tiga hari, sampai dia sembuh total."
Sasuke mengangguk, terlihat sangat lega.
Utakata berjalan ke seberang ruangan. "Kau tidak bisa membebaskannya, Shikamaru! Dua tuduhan percobaan pembunuhan..."
Shikamaru mengangkat map biru di tangannya. "Ini laporan penyidik ​​kebakaran. Tidak ada kesengajaan. Kebakaran itu murni kecelakaan."
Utakata terlihat tidak yakin. "Bagaimana dengan laporan Sakura tentang dia yang terusik? Kau berharap aku percaya api itu hanya kebetulan?"
"Sakura telah menarik laporannya." jawab Shikamaru dan melempar tatapan tidak bersahabat pada Sasuke. "Dia mengatakan itu hanya kesalahpahaman. Dan tampaknya ini hanya kebetulan. Penyidik kebakaran mengatakan kejadian ini dimulai dari cerobong asap. Sakura rupanya lupa membersihkan cerobong asap sebelum menyalakan perapian musim ini."
"Tuhan." Sasuke menahan napas. Kedua polisi itu berbalik memandangnya. "Aku memberinya kayu bakar." Ia tampak terguncang lagi.
"Bukan berarti itu menjadi salahmu." Shikamaru menggelengkan kepalanya. "Sakura sangat mandiri. Jika kau tidak memberikannya padanya, dia mungkin akan pergi ke kebun dan mengumpulkan kayu sendiri."
Sasuke mengangkat bahu, tampak tidak tenang. Utakata melempar tatapan tajam terakhir pada Sasuke sebelum berjalan pergi.
Shikamaru menunjuk ke arah pintu. "Sungguh. Kau sudah bebas."
"Bagaimana dengan Nichi?" tanya Sasuke.
"Bagaimana dengan dia?" Shikamaru mengerutkan kening.
"Siapa yang akan merawatnya sementara ibunya ada di rumah sakit?" tanya Sasuke, melipat tangannya.
Shikamaru mengangkat bahu. "Mungkin keluarga Yamanaka. Mungkin Ino dan Sai. Kenapa?"
"Aku ingin merawatnya." ucap Sasuke. "Aku keluarganya."
"Tidak, bukan kau." Shikamaru menjawab dengan tajam. "Ibunya ada. Dia terluka, belum mati. Sakura berhak memutuskan siapa yang akan merawat anaknya."
"Sakura tidak bisa membiarkan Nichi dirawat oleh keluarga Yamanaka!" Sasuke memprotes.
"Kenapa tidak?" Shikamaru mengangkat alis. "Mereka selalu ada di sana untuk Sakura dan Nichi. Sedangkan kau hanya orang asing."
"Dia seorang Uchiha!" seru Sasuke seolah-olah itu menjelaskan semuanya.
"Tidak, dia adalah seorang Haruno." jawab Shikamaru, mata dan bibirnya menyipit. "Keluarga Uchiha tidak memiliki tuntutan hukum atas anak itu."
"Kita lihat saja nanti." Sasuke tersenyum sinis ketika ia berbalik dan berjalan keluar dari sana.
***
Tenten masuk ke ruangan Shikamaru tepat setelah makan siang. "Uchiha sedang dalam perjalanan ke sini. Dia membawa surat perintah pengadilan yang memberinya hak asuh sementara atas Nichi." Ia memberitahu dengan jengkel.
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Shikamaru, berdiri kaget dan membuat semua yang ada di atas mejanya berantakan.
"Pengacaranya tampaknya mengutip beberapa hukum era feodal yang menyatakan bahwa seorang anak yang dikandung di rumah bangsawan terikat pada mereka dan di bawah perlindungan pemilik bangunan itu." Tenten mendengus. Ia sepertinya akan melanjutkan ucapannya ketika pintu terbuka, dan Uchiha Sasuke berdiri disana, mengenakan setelan jas mahal, melangkah masuk diikuti oleh pengacaranya. Tenten menatap Shikamaru sejenak dan kemudian berjalan keluar ruangan.
"Nara." Sasuke menyeringai, mengulurkan sebuah map. "Aku baru saja diberikan perwalian sementara atas Haruno Nichi, yang akan segera menjadi Uchiha Nichi. Aku ingin seorang polisi menemaniku untuk menjemput anak itu."
"Jadi, menurutmu anak laki-laki itu secara sah menjadi propertimu?" sahut Shikamaru jengkel.
"Belum," jawab Sasuke angkuh. "Aku telah menggunakan hak hukumku untuk membawa anak itu di bawah perlindunganku sampai ibunya mampu merawatnya lagi. Segera setelah kami selesai menyiapkan dokumen-dokumennya, aku berniat untuk merawat anak itu yang secara sah dinyatakan sebagai Uchiha. Lalu, jika karena alasan apapun ibunya tak bisa merawatnya lagi, kita tidak perlu menghadapi omong kosong ini."
"Kurasa tidak." Shikamaru melangkah maju dengan agresif.
"Kau tidak mau membantuku mengambil bocah itu?" Sasuke balas menatap Shikamaru dengan cibiran khas Uchiha.
"Kurasa kau tidak akan mengajukan dokumenmu itu." Shikamaru maju selangkah lagi untuk menghadapi Sasuke. "Karena begitu kau melakukannya, aku akan menangkapmu. Aku akan mengajukan tuduhan bahwa kaulah yang memperkosa Sakura dan menjadi ayah Nichi."
"Itu tidak benar, Nara, dan kau tahu itu!" bentak Sasuke protes.
"Mungkin memang begitu, atau mungkin tidak." jawab Shikamaru dengan seringainya sendiri. "Tapi kau mungkin akan ada di kantor polisi selama beberapa waktu ketika kami menyelidikinya."
"Yang harus kau lakukan hanyalah bertanya pada Sakura." ucap Sasuke protes.
"Kau mungkin saja telah mengancamnya." Shikamaru menunjuk dengan tangannya. "Kami harus menyelidiki sepenuhnya kemungkinan itu." Shikamaru mengangkat alis ke arah Sasuke. "Tapi apa kau benar-benar berpikir dia akan mau membelamu setelah kau mencuri anaknya?"
"Aku tidak mencurinya." Sasuke bersikeras. "Aku hanya merawatnya sampai Sakura sembuh."
"Apa Sakura setuju dengan itu?" Shikamaru melipat tangannya.
"Dia koma." Sasuke mendesah. "Dia tidak bisa menjawab."
"Aku akan menganggapnya sebagai 'tidak'." Shikamaru memutar matanya.
"Aku tidak berencana untuk menyakiti anak itu!" bentak Sasuke. "Aku hanya berusaha merawatnya. Kenapa tidak ada yang mengerti itu?"
"Kau hanya ingin membawanya pulang dan membesarkannya untuk menjadi bajingan sepertimu." Shikamaru balas membentak.
"Tidak seperti itu." Sasuke menggelengkan kepalanya, tapi ia terdengar kurang yakin.
Shikamaru mendesah dan menghela napas. "Baiklah kalau begitu, ayo." Shikamaru mulai melangkah keluar ruangan. "Kita temui dia sekarang. Mungkin dia akan selesai menangis sebelum makan malam."
Sasuke mendesah saat ia mengikuti Shikamaru. "Kenapa kau begitu bertekad untuk menjauhkan Nichi dariku? Apa kau masih menyimpan dendam sejak di sekolah?"
"Tidak," jawab Shikamaru, rasa permusuhannya tampak menguap. "Kurasa kau tidak memikirkan hal ini dengan sangat baik. Setelah Nichi dinyatakan sebagai Uchiha, itu berarti publik akan tahu bahwa Sakura memiliki anak akibat pemerkosaan. Apa kau benar-benar ingin membuatnya melewati semua itu? Kecuali kau memang berencana untuk mencoba mempermalukan dia sebagai simpanan ayahmu?"
Sasuke mengerutkan kening dan berhenti sejenak sebelum menjawab. "Sakura dan aku akan membicarakannya."
"Ya, tentu." Shikamaru mengangguk, melangkah keluar dari kantor polisi.
***
Mereka mengetuk rumah Yamanaka, yang tampak tak jauh beda dengan rumah Sakura yang terbakar. Keluarga Yamanaka memang bukanlah keluarga kaya raya, tapi mereka terkenal sebagai keluarga yang ramah dan baik hati.
Yamanaka Miyumi berseru senang melihat Shikamaru, tapi kemudian memandang Sasuke dengan penuh kecurigaan.
"Miyumi-basan," Shikamaru menghela nafas. "Kami datang untuk menjemput Nichi. Uchiha Sasuke memiliki surat perintah dari pengadilan yang memberinya hak asuh sementara sampai Sakura keluar dari rumah sakit."
"Apa maksudmu, perintah pengadilan? Kenapa pengadilan mau memberikan hak asuh seorang anak kepada orang seperti dia?" Miyumi tiba-tiba mundur beberapa langkah, wajahnya memucat. "Apa kau... ayah anak itu?"
"Tidak, aku saudaranya." Sasuke menjawab dengan pelan.
"Apa kau tahu penderitaan yang ayahmu berikan pada gadis malang itu?" Miyumi bergemuruh, siap meledak. Ia melirik ke arah tangga dan merendahkan suaranya. "Dia sudah..."
"Miyumi-basan." Shikamaru menginterupsi. "Aku yakin dia memikirkan kepentingan yang terbaik untuk anak-anak. Tentu saja, aku yakin dia begitu impulsif tentang seluruh masalahnya, tapi dia memang memiliki niat baik."
"Dimana dia?" tanya Sasuke, mengabaikan Shikamaru.
"Di kamar lama Ino, sedang tidur siang." jawab Nyonya Yamanaka itu.
"Tidur siang?" Sasuke mengerutkan kening.
"Apa kau memiliki pengalaman merawat anak-anak?" tanya Miyumi dengan ragu.
"Tidak," Sasuke mengangkat bahu. "Tapi ini hanya satu bocah kecil. Seberapa sulit?"
Miyumi menggelengkan kepalanya dan tertawa. Bahkan Shikamaru tampak geli. "Kau boleh membawanya kembali kesini ketika kau sudah cukup menyerah." Ia memberitahu Sasuke seraya tersenyum.
"Boleh aku membawa pulang saudara laki-lakiku sekarang?" tanya Sasuke jengkel.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)