expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sebulan Yang Panjang #4



Mereka semua akhirnya sampai di Kirigakure, tapi sayangnya hari itu sudah malam dan yang lebih buruk adalah hanya ada satu kamar tersisa di penginapan terakhir yang mereka datangi.
Kini mereka semua duduk di dalam satu ruangan. Dr. Hikaru menguasai ranjang untuk dirinya sendiri... ia telah menang dalam 'gunting kertas batu'.
"Astaga! Ini menyebalkan!" Naruto berbisik dengan marah.
"I-Ini tidak seburuk itu, N-Naruto-kun." ucap Hinata dengan lembut ketika ia bersandar di dada kekasihnya itu.
"Kau benar, Hinata-chan! Tidak seburuk itu, lagipula aku memilikimu di sini!" ucap Naruto dengan gembira, ia memeluk Hinata, menyebabkan gadis itu lagi-lagi memerah.
Di sisi lain ruangan, Sakura tersenyum pada pasangan yang tampak bahagia itu, ia senang Naruto berhasil menemukan orang lain yang jelas mencintainya.
Sakura kemudian menoleh ke sampingnya pada kekasihnya sendiri, yang tampak bosan dan lelah. Ia tersenyum lagi dan kemudian tersipu. Sasuke mengatakan bahwa ia cantik. Sasuke belum pernah mengatakan itu sebelumnya! Namun di sinilah mereka, duduk berdampingan satu sama lain... tidak seperti Naruto dan Hinata yang sekarang sudah tertidur berpelukan, tampak damai.
Apa yang Sakura lakukan selanjutnya adalah langkah yang berani. Ia dengan cepat pindah ke pangkuan Sasuke, menyebabkan pemuda itu membuka matanya dan mengangkat alis penasaran pada Sakura.
Sakura mendongak. "Apa? Aku kedinginan." ucapnya sederhana.
"Ada selimut." jawab Sasuke. Sakura merengut dan meletakkan kepalanya di dada Sasuke, menarik selimut ke atas tubuh mereka berdua.
"Aku suka di sini, terima kasih banyak." Sakura menguap. Sasuke menyeringai dan memeluk gadis itu.
"Hn." jawab Sasuke singkat. Sakura tersenyum puas. Sekali ini mereka tidak berdebat!
Setelah beberapa menit, suara bisikan Sakura membuat Sasuke membuka matanya sekali lagi.
"Sasuke-kun..." ucap Sakura dengan lembut, tidak menggerakkan kepalanya dari dada pemuda itu.
"Hn?" Sasuke mendengus, matanya tertutup lagi.
"Apa... kau serius dengan yang kau katakan tadi?"
Sasuke membuka matanya, "Aa." jawabnya.
Sakura tersenyum lagi dan mengangkat kepalanya, memberikan ciuman lembut di bibir Sasuke sebelum meletakkan kepalanya sekali lagi di atas dada pemuda itu.
"Terima kasih... Sasuke-kun." Dia bergumam sambil menutup matanya.
"Aa." jawab Sasuke dengan singkat lagi sebelum meletakkan dagunya di atas kepala Sakura dan memberikan kecupan di pucuk kepala gadis itu.
***
Keesokan harinya mereka semua bangun awal untuk merencanakan misi malam itu.
"Tunggu sebentar? Apa yang akan kalian kenakan?" tanya Naruto.
"Uh... aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya mengemas sesuatu... yang terlihat terbuka." ucap Sakura dengan pelan, Sasuke memberinya tatapan tajam dan ia memutar matanya... Ya Tuhan, kekasihnya itu bisa sangat posesif!
"Ah, itu tidak akan menjadi masalah. Tsunade-sama memberiku ini sebelum aku pergi." Dr. Hikaru masuk, menyerahkan pada Naruto sebuah tas kecil. Naruto melihat ke dalam tas kecil... lalu melemparkannya ke lantai.
"HINATA-CHAN TIDAK AKAN MEMAKAI ITU!" Naruto berteriak menunjuk ke tas kecil yang sekarang diambil oleh Sasuke.
"Apa-apaan ini?" ucap Sasuke dengan marah, menarik keluar dua pasang pakaian yang sangat terbuka... ehem, 'seragam.'
Mata Sakura melebar, begitu pula mata Hinata ketika Sasuke mengangkat kedua seragam itu.
"Aku harus memakai itu?" Sakura memekik.
"Kau tahu bahwa tidak mungkin dia mengenakan ini." ucap Sasuke pada Dr. Hikaru yang mengangkat tangannya tidak ingin ikut campur.
"Jangan marah padaku, aku bukan orang yang memerintahkan gadis-gadis ini untuk memakainya."
Sakura menghela nafas. "Ini hanya untuk misi..." Ia menyambar salah satu seragam dari Sasuke.
"Tidak apa-apa, Hinata-chan! Kalau orang itu menyentuhmu, aku akan menghajarnya!" ucap Naruto, sambil mengepalkan tinjunya ke udara.
"T-Terima kasih, Naruto-kun." balas Hinata dengan pelan, memegang seragamnya sendiri dengan canggung di tangannya.
'Che. Aku akan melakukan lebih dari sekedar menghajar jika ada yang berani menyentuh Sakura...' pikir Sasuke berteriak.
***
Sasuke dan Sakura sedang berjalan di sekitar desa, mereka harus memastikan bahwa Shin dan Haru benar-benar akan ada di sana malam itu. Mereka juga harus membiasakan diri dengan tempat Sakura dan Hinata akan 'bekerja', dan Sasuke dan Naruto akan mengawasi setiap gerakan dari luar.
"Oke. Jadi Hinata akan berada di kamar di seberangku dengan... Haru. Dan aku akan berada di kamar yang lain dengan Shin." Sakura membaca dengan keras. 'Hebat... laporan di gulungan itu mengatakan bahwa Shin sedikit lebih kuat dari Haru.' ucapnya pada dirinya sendiri dalam benaknya. Tapi bukankah itu masuk akal. Karena ia sedikit lebih kuat dari Hinata.
"Hn. Aku akan mengawasi dari luar jendela." ucap Sasuke dan Sakura mengangguk. Ia memelototi seorang pria yang kebetulan lewat dan melihat bagian belakang Sakura.
"Kelihatannya tidak terlalu sulit! Yang harus aku lakukan hanyalah merayunya sedikit—" Sasuke mengepalkan tinjunya. "—dan kemudian ambil gulungan itu darinya." ucap Sakura selesai.
"Jangan anggap enteng mereka. Orang-orang ini tidak sebodoh kelihatannya, jadi kau harus tetap berpura-pura baik."
Sakura mengangguk mengerti. "Aku hebat dalam berakting!" Ia berseru dan Sasuke berhenti berjalan. "Ne? Sasuke-kun?"
"Sakura. Aku serius tentang ini, berhati-hatilah." ucap Sasuke dengan serius.
Sakura menatap mata kekasihnya itu. "Tentu Sasuke-kun, aku akan berhati-hati." ucapnya.
"Hn." Sasuke bergumam, ia meraih tangan Sakura dan membawanya kembali ke penginapan.
***
"Sakura-chan, Hinata-chan! Cepat!" Naruto berteriak dengan tidak sabar dari luar pintu kamar mandi sementara Dr. Hikaru berdiri di sisi lain ruangan dan Sasuke di sebelah Naruto.
"Diamlah, NARUTO!" Terdengar suara marah Sakura dari balik pintu.
"A-Ano. Rasanya aku tidak ingin melakukan misi ini lagi." Terdengar suara gugup Hinata.
"Che. Hokage Bodoh dan misinya yang sialan...." Terdengar umpatan samar dari Sakura.
Naruto sweatdrop mendengar mulut busuk Sakura. "Cepat!"
"AKU BILANG DIAM! Kami akan keluar!"
Naruto diam. Pintu terbuka memperlihatkan Sakura dan Hinata yang memerah. Keduanya mengenakan... pakaian yang sangat terbuka... dan dengan hiasan telinga kelinci kecil.
Seragam itu mirip dengan seragam pelayan... setelan maid yang sangat seram itu.
"Aku tidak percaya Hinata-chanku mengenakan ini!" teriak Naruto.
Sasuke merengut melihat pakaian Sakura. Hanya ia yang seharusnya diizinkan untuk melihat Sakura seterbuka ini! Sisi posesifnya semakin keluar sekarang.
"Ayo cepat dan selesaikan misi sialan ini." Sasuke bergumam, ia meraih lengan Sakura, menyampirkan jaket besar di sekeliling Sakura terlebih dahulu, dan kemudian membawa gadis itu keluar pintu. Naruto melakukan hal yang sama pada Hinata.
"Kami akan segera kembali, Dokter! Secepatnya!" Naruto berteriak ketika dia meninggalkan pintu. Dr. Hikaru menulis sesuatu di clipboard-nya... lagi.
***
"Oke Hinata-chan, aku akan mengawasi semuanya dari luar jendela kalau-kalau kau butuh bantuan!" ucap Naruto ketika mereka mendekati sebuah rumah pelacur.
"Ya, Naruto-kun, aku akan berusaha yang terbaik!" ucap Hinata dengan percaya diri. Hinata berjalan masuk dan Naruto dengan cepat melompat ke pohon ke tempat persembunyiannya.
Sakura akan berjalan mengejar Hinata sebelum Sasuke meraih pergelangan tangan gadis itu. "Hati-hati." ucap Sasuke menatap mata Sakura.
"Aku tahu." balas Sakura sambil meremas tangan Sasuke dan berjalan masuk.
***
"Che. Bajingan mabuk bodoh." umpat Naruto dengan marah dari balik semak-semak tempat ia bersembunyi di balik jendela.
Haru, yang tidak begitu tampan dan juga tidak sehebat rekannya Shin, memiliki rambut cokelat, mata cokelat, dan wajah yang tidak terlalu buruk. Pria itu tersenyum bodoh ketika Hinata masuk, mencoba terlihat menggoda meskipun sebagian besar tampak gugup.
"Hei, barang bagus, baru pertama kali? Aku akan pelan-pelan... mungkin." Haru tersenyum ketika Hinata berjalan maju berusaha untuk menggerakkan pinggulnya dengan menggoda, tapi gagal melakukannya.
'Uh! Dia akan menyentuhku!' inner Hinata menjerit. 'Tidak! Aku harus kuat untuk Naruto-kun dan membuktikan padanya bahwa aku bisa melakukannya!' pikirnya ulang dengan percaya diri sambil menganggukkan kepala setuju.
Lebih dekat... lebih dekat... hampir... di sana... tangan pria itu terulur.
'Uh! Tangannya!' inner Hinata menjerit panik lagi... hampir sampai...
Jantungnya berdegup kencang.
Pingsan.
"Eh? Apa-apaan ini?" ucap Haru pada dirinya sendiri. Lalu mengangkat bahu. "Ah, baiklah, aku masih bisa bersenang-senang." ucapnya dengan sombong saat tangannya terulur untuk meraih Hinata.
"JANGAN SENTUH DIA, ORANG ANEH!" Naruto berteriak, ia menendang kepala Haru.
"OW! Siapa kau?"
"Bukan urusanmu!" jawab Naruto dengan marah seraya dengan cepat mengalihkan perhatiannya ke Hinata. "Hinata-chan? Kau baik-baik saja?"
"Ne... Naruto-kun?" ucap Hinata dengan gugup saat ia membuka matanya. "G-Gomen, Naruto-kun..." ucapnya pelan sambil menunduk ketika ia menyadari bahwa ia belum menyelesaikan misinya. "Aku seharusnya bisa melakukan yang lebih baik." Ia mengakui pada dirinya sendiri dengan sedih.
"Tidak apa-apa, Hinata-chan! Kau hebat!" ucap Naruto sambil tersenyum. "Aku akan mengurus sisanya." ucapnya dengan marah ketika ia menoleh ke arah Haru, yang tidak tahu apa yang sedang terjadi.
***
Sasuke sama sekali tidak tenang. Pertama, Sakura dalam setelan yang luar biasa terbuka dan ia tidak bisa melupakannya. Kedua, ia terbakar amarah pada pria yang ia awasi melalui jendela.
Shin duduk di sana dengan sabar, memutar-mutar kunai di jarinya, menunggu kesenangannya malam ini. Pria itu jauh lebih tampan daripada Haru, rambut hitam legamnya ditarik ke belakang model kuncir kuda. Pria itu tampaknya tipe yang serius... yeah tentu saja tidak seserius Sasuke!
"Di mana pelacur itu?" tanya Shin dengan suara keras. Tinju Sasuke mengepal di balik dahan pohon rendah tempat ia bersembunyi sekarang. Beraninya pria itu memanggil Sakura pelacur! Meskipun gadis itu memang harus berakting sebagai salah satu dari mereka...
Seolah-olah diberi isyarat, pintu terbuka perlahan, Sakura berjalan dengan senyum menggoda di wajahnya. Sasuke mengerut melihatnya, gadisnya itu terlalu pandai berakting!
"Heh. Ada yang bagus malam ini..." ucap Shin puas sambil berdiri dan mengunci pintu. Sakura berjalan ke sisi lain ruangan menunggu pria itu duduk.
Shin berjalan mundur dan duduk di kursi kayu sederhana, bersandar ke belakang untuk menikmati pemandangan saat ia meraih pinggang Sakura dengan kasar ke arahnya, rambut panjang Sakura yang panjang jatuh menutupi wajahnya.
'Ugh! Dia berbau seperti alkohol!' teriak inner Sakura, jijik. 'Tapi aku harus menjalankan rencana ini!' pikir Sakura kemudian.
Sasuke mempertahankan setiap tetes kendali dirinya agar tidak melompat keluar dari pohon itu dan meremukkan tangan bajingan itu. Beraninya dia menyentuh Sakura seperti itu! Dan apa... pria itu meraih pantat Sakura?
Sakura sedikit terengah-engah saat Shin dengan pelan mengusap pantatnya, ia menutup matanya sejenak.
"Hehe, tidak perlu takut..." ucap Shin sambil mengangkat tangannya ke atas paha Sakura.
Sakura membuka matanya lagi. 'Aku tidak takut!' pikirnya. "Siapa bilang aku takut? Mungkin aku hanya... bersemangat." Sakura berbisik dan ia mencondongkan tubuhnya ke depan ke saku belakang pria itu, ia bisa melihatnya! Gulungan itu!
'Apa yang baru saja dia katakan!' pikir Sasuke berteriak. 'Cepat dan ambil gulungan sialan itu supaya aku bisa membunuh bajingan itu!' pikir Sasuke berteriak lagi, memelototi tangan pria itu yang sekarang berada di kedua paha Sakura.
Sakura dengan pelan menarik sedikit gulungan itu, ia membungkuk ke leher pria itu. Ia hampir mendapatkannya...
Grep!
"Ah!" Sakura hanya bisa terbelalak ketika ia merasakan rambutnya ditarik ke belakang, lalu tubuhnya didorong dengan kasar ke dinding. 'OW!' inner Sakura berteriak marah.
"Seperti dugaanku. Dasar jalang, siapa yang mengirimmu?" Shin berbisik cepat, memegang pergelangan tangan Sakura di atas kepala gadis itu. "Siapa?!" Ia berteriak lagi ketika Sakura tak menjawab.
Sakura tetap diam.
"Siapa yang mengirim gadis cantik sepertimu untuk melakukan pekerjaan kotor...?" ucap Shin dan semakin menekan Sakura, menyebabkan gadis itu gemetar.
'Ya Tuhan, Sasuke-kun kau di mana?' Pikiran Sakura menjerit, ia menutup matanya untuk mencegah air matanya keluar.
"Che. Baiklah kalau begitu, aku akan memaksamu untuk memberitahuku." ucap Shin seraya meninju perut Sakura.
'Owwwww! Si sinting ini benar-benar kejam!' teriak inner Sakura.
"Ah!" Sakura terengah. "Ini sakit, brengsek!" Sakura spontan berteriak.
'Uh... mungkin kita seharusnya tidak mengatakan itu.' inner Sakura menambahkan.
"Persetan!" Sasuke mengumpat, berusaha membuka jendela... siapa yang tahu bahwa jendela itu akan terkunci. Akhirnya karena merasa muak dan melihat Shin yang meninju perut Sakura, ia mendobrak jendela menggunakan sikunya. Dengan cepat meraih pergelangan tangan Shin sebelum pria itu bisa mendaratkan pukulan lagi pada Sakura.
"Apa-apaan—"
Sasuke mendaratkan pukulan keras ke wajah Shin.
"Kau terlambat, Sasuke-kun!" teriak Sakura, memegangi perutnya seraya duduk di lantai.
"Hn. Maaf." Sasuke menatap Sakura dari sudut matanya, lalu mengalihkan perhatiannya kembali ke Shin yang sekarang telah berdiri.
"Oh begitu, jadi kau mengincar gulungan itu. Tidak akan semudah itu." ejek Shin. "Kau pasti ninja dari Konoha, heh? Mengirim seorang gadis kecil untuk melakukan pekerjaan kotor, yeah dia sepertinya tidak berhasil—"
"HA!" Sakura mendaratkan tendangan keras di punggung Shin menyebabkan pria itu jatuh ke depan dengan tidak anggun. "Itu balasan karena sudah memegang pantatku, dasar brengsek!"
Sasuke dengan cepat meraih lengan Sakura dan menarik gadis itu ke belakangnya. Bagaimana bisa gadis itu berada di belakang Shin begitu cepat?
"Urgh.... kau jalang!" Shin meludah ketika ia berdiri kembali. "Cih. Kau akan membayar untuk itu!"
"Coba saja." ucap Sasuke dengan dingin, melindungi Sakura di belakangnya.
Hening.
"DAN ITULAH BALASAN KARENA MENCOBA UNTUK MENYENTUH HINATA-CHAN!" Teriakan terdengar dari seberang lorong.
Sakura sweatdrop. Sekarang ia tidak merasa begitu buruk! 'Jadi, karena itu tadi terdengar gedebuk keras dari seberang lorong itu...'
"N-Naruto-kun, aku tidak berpikir dia akan bangun dalam waktu dekat." Suara Hinata yang teredam terdengar setelahnya.
"DIA PURA-PURA!" Semua yang mendengarnya sweatdrop. Baiklah kalau begitu…
"Pokoknya! Sampai mana aku tadi? Oh ya... membunuh kalian berdua." ucap Shin dengan kilatan jahat di matanya. Tidak benar-benar peduli tentang keadaan rekannya di seberang lorong saat ini.
Sasuke menyipitkan matanya dan Shin memulai serangkaian segel tangan.
Sakura memandang sekeliling dan melihat tidak ada yang terjadi. 'Kenapa tidak terjadi apa-apa? Dan segel apa itu?' tanya Sakura pada dirinya sendiri, kemudian ia melihat ke bawah. 'Air?'
Semakin banyak air yang muncul, dan mulai memenuhi ruangan.
"Uh... Sasuke-kun." ucap Sakura dengan gugup menarik lengan baju kekasihnya.
"Che. Sial." Sasuke bergumam sambil meraih lengan Sakura saat air mulai naik lebih cepat.
"Jutsu macam apa ini!" ucap Sakura dengan panik, berpegangan pada lengan Sasuke ketika air mulai naik hingga lututnya.
"Suiton: Bakusui Shōha," jawab Sasuke.
Mata Sakura membelalak. "Ledakan Gelombang Air." ucapnya dengan keras, sebagian besar pada dirinya sendiri.
"Hn." balas Sasuke saat air mulai naik lebih cepat.
Shin terkekeh.
'Yang menciptakan jutsu ini benar-benar tidak terpengaruh sama sekali.' pikir Sakura saat melihat Shin tidak terpengaruh oleh semua air itu.
Sakura melangkah sedikit ke belakang Sasuke dan mencoba membuka jendela. 'Ini patut dicoba...'
Air itu sekarang setinggi pinggang mereka.
Sasuke dengan cepat mengaktifkan Sharingannya. 'Sial. Tidak ada jalan keluar.' pikir Sasuke ketika matanya mengamati area di sekitar mereka.
Shin menyeringai saat air sekarang mulai mendekati dada Sakura, tapi untuk Sasuke hanya setinggi perutnya karena ia lebih tinggi daripada Sakura.
'Che. Tsunade benar ketika dia mengatakan bahwa pria ini bukan orang yang mudah dipengaruhi. ' pikir Sasuke merengut.
"Sasuke..." Sakura merintih ketika air naik lebih cepat dari sebelumnya, membuatnya harus berenang sekarang.
"Betapa menyedihkan..." ejek Shin ketika ia memulai serangkaian segel tangan lainnya. "Mizu Bunshin no Jutsu!" teriak Shin, menciptakan klon air.
"Sial." gumam Sakura dengan panik.
"Sakura." Suara Sasuke menyebabkan gadis itu menoleh ke sampingnya. "Jangan panik dan berkonsentrasi untuk mendeteksi klon."
'Ya. Dia benar; aku ingat ini ada di salah satu bukuku. Klon-klon ini mampu menyerang dan menggunakan jutsu, tapi mereka lebih mudah dideteksi karena mereka terbuat dari air. Mereka juga kurang kuat daripada orang yang menciptakannya.' pikir Sakura. "Tapi Sasuke—ah!" ucapan Sakura terputus ketika ia merasakan sesuatu meraih kakinya dan menariknya ke bawah.
"Sakura!" Sasuke berteriak, ia melihat ke bawah apakah ada tanda-tanda dari dari Sakura. 'Sialan.' pikirnya ketika ia akan menyelam.
"Heh. Kau bisa menyelamatkan pacar kecilmu nanti." ucap Shin saat sekelompok klon air menghalangi jalan Sasuke.
"Che. Sudah cukup dengan permainan ini." gumam Sasuke, ia memulai serangkaian segel tangan. "Suiton: Suiryūdan no Jutsu!" teriak Sasuke dan jutsu dalam bentuk naga meledak menerobos klon air yang menghalangi jalannya.
"RASAKAN ITU! DAN ITU!" Di seberang lorong, Naruto berteriak lagi ketika ia menendang Haru yang sekarang tak sadarkan diri berulang kali.
"A-Ano, Naruto-kun, kurasa itu sudah cukup untuk saat ini." ucap Hinata dengan suara pelan, menunduk dan melihat Haru yang diikat dengan tatapan sedikit kasihan.
"Kurasa begitu..." ucap Naruto. "Ne, Hinata-chan kau baik-baik saja kan?" tanyanya, mengalihkan perhatiannya pada kekasihnya.
Hinata memandang lantai. "Ya... gomen, Naruto-kun..." ucapnya meminta maaf dan menatap Naruto yang tampak bingung.
"Uh... untuk apa?"
"A-Aku tidak bisa menyelesaikan misi ini." Hinata menangis pelan.
Wajah Naruto berubah menyeringai konyol. "Ah, Hinata-chan, jangan khawatir tentang itu! Lagipula aku senang aku bisa menghajarnya!" ucap Naruto, berusaha menenangkan kekasihnya yang menangis.
Hinata mengangkat wajahnya. "B-Benarkah?"
"Tentu saja!" ucap Naruto sambil menarik Hinata ke dalam pelukannya. "Aku akan menghajar semua pria yang mencoba menyentuhmu, Hinata-chan!" seru Naruto dengan percaya diri.
Hinata tersenyum lembut dan balas memeluk Naruto kembali. "Arigatou."
Berbeda dengan Naruto dan Hinata. Di seberang lorong, Sakura mencoba berteriak di bawah air ketika ia ditahan oleh dua klon air. 'Ah, pergi! Eh tunggu sebentar? SALAH SATU DARI MEREKA MEMEGANG PANTATKU!' Sakura berpikir dengan marah, klon itu—er, mesum? Tentu saja, mereka dikendalikan oleh Shin.
'AYO!' inner Sakura berteriak. 'WAKTUNYA UNTUK MEMBERIKAN BEBERAPA TENDANGAN—apa itu?' Sakura melihat sesuatu yang tampak seperti naga melewatinya, menghancurkan berbagai klon air di sekelilingnya. 'Tidak ada waktu untuk berpikir! Aku tidak bisa bernafas!' inner Sakura mengingatkannya.
Sakura mencoba menendang, meninju, mencubit, bahkan menggigit, tapi klon-klon itu masih memegangnya.
'Sasuke-kun! Kau dimana?' pikir Sakura dengan panik ketika paru-parunya mulai mengencang. Saat ia hendak menutup matanya, ia merasakan sebuah tangan meraih kerah kemejanya. 'Sasuke-kun!' pikirnya dengan gembira ketika ia membuka matanya dan melihat Sasuke yang terlihat kabur karena di dalam air.
Sasuke dengan cepat menarik Sakura ke permukaan, mengambil nafas, begitu pula Sakura yang melakukan hal yang sama walaupun cara bernafasnya lebih berat dari kekasihnya. "Kau uhuk—terlambat!" Sakura berhasil berbicara diantara tarikan napasnya.
"Hn. Aku sibuk." ucap Sasuke, ia memegangi pinggang Sakura, memberi waktu untuk gadis itu mengatur napas.
Sayangnya, air masih semakin naik. Tepat ketika Sakura menarik napas, ia menyadari bahwa langit-langit sekarang hanya sekitar tiga kaki dari kepalanya.
Shin terkekeh. "Tidak terbiasa dengan air, eh? Sayang sekali." ucapnya dengan puas.
"Sakura, ingatlah untuk mengambil napas dalam-dalam saat air mencapai langit-langit. Aku punya rencana," ucap Sasuke ke telinga Sakura.
Sakura menyipitkan matanya. "Sasuke-kun, apa yang kau rencanakan—" ucapannya terputus. 'Sialan.' pikir Sakura ketika ia menelan air. Ia bahkan tidak memperhatikan Sasuke yang menahan napas; jelas langit-langitnya lebih dekat daripada yang ia kira.
Sakura dengan panik berenang ke atas dan hanya menemukan dirinya bertatap muka dengan langit-langit, ia belum mendapatkan udara sebelum ia tertelan oleh air. Ia menutup matanya dengan ngeri, merasakan sakit di dadanya mulai mengencang karena kekurangan udara.
Tarikan di pergelangan tangan dan sentuhan di bibirnya membuat Sakura keluar dari pemikirannya. Sasuke memaksakan mulut Sakura terbuka ketika ia memberikan sebagian oksigennya pada Sakura.
'S-Sasuke-kun...' pikir Sakura ketika ia merasakan paru-parunya penuh dengan oksigen yang sangat dibutuhkan. 'D-Dia memberiku sebagian besar oksigennya!' pikirnya lagi, khawatir.
Sasuke dengan cepat menarik diri, merasakan kehilangan sebagian besar oksigennya sekarang. 'Aku harus mempercepat ini.' pikirnya, paru-parunya mulai mengencang semakin kuat.
Sasuke memulai serangkaian segel tangan lain dan membawa dua jari ke mulutnya. 'Suiton: Kaihōdan!' Aliran air yang kuat meledak dari mulutnya, mengenai target.
'Sial!' pikir Shin ketika ledakan menghantamnya, menghancurkan semua jutsu yang sebelumnya ia keluarkan.
'Heh...' pikir Sasuke samar ketika ia menutup matanya.
'Sasuke-kun!' Sakura berpikir dengan panik ketika tubuh Sasuke mulai tenggelam. Syukurlah air itu sekarang menipis. Ia dengan cepat meraih Sasuke dan menariknya ke permukaan, mengambil napas besar-besar.
"S-Sasuke-kun!" Sakura terbatuk saat ia mengguncang tubuh kekasihnya. 'BANGUN KAU!' teriak inner Sakura. Untung saja air itu sekarang hanya sebatas pergelangan kaki mereka.
"Langkah cerdas." ucap Shin berkomentar, memegangi bahunya.
'Itu dia, mari kita singkirkan orang ini!' teriak inner Sakura.
"Kau keparat!" teriak Sakura, ia berdiri di depan sosok Sasuke yang terbaring.
'Mari kita tunjukkan padanya terbuat dari apa kita!' teriak inner Sakura lagi.
Sakura menggerakkan tangannya, membuat segel tangan. "Sakura Fubuki no Jutsu!" teriaknya. 'Dia seharusnya tidak akan tahan dengan serangan ini, karena dia sudah dilemahkan oleh Sasuke-kun.' pikir Sakura ketika ia melemparkan beberapa kunai yang masing-masing dilekati sekantong kecil peledak mini.
Shin dengan mudah membelokkan mereka.
"Ha! Jika kau pikir itu akan menghentikanku maka kau salah." ucap Shin, tapi Sakura menyeringai.
"Lihatlah ke sekelilingmu, bodoh." ucap Sakura.
Shin melihat sekelilingnya, melihat kantong yang rusak sekarang jatuh, hampir seperti bulu. 'Apa-apaan ini?'
Sakura dengan cepat melemparkan kunai peledak ke arah Shin, kunai itu menyebabkan semua kantong yang rusak di sekitar Shin menyala, menyebabkan ledakan besar.
'Dia lebih baik mati!' inner Sakura berkata dengan mengancam. Sakura menunggu hingga asapnya menghilang. Ia melihat tubuh Shin terbaring di reruntuhan. 'Akhirnya!' pikirnya dengan gembira.
"Sasuke-kun!" ucapnya pada dirinya sendiri dengan terkejut, mengingat keadaan Sasuke. Ia berbalik dan berlutut di samping kekasihnya. "Bagus, dia masih bernafas." Ia menghela nafas lega. Kemudian sebuah suara berteriak dan gedoran di pintu membuatnya menoleh. "Kedengarannya seperti..."
"OW!" teriak Naruto setelah ia mendobrak pintu.
"N-Naruto-kun!" Hinata mencicit saat ia membantu Naruto berdiri.
Naruto mengusap kepalanya dengan cemberut. "EH? APA YANG TERJADI DI SINI?" Ia berteriak ketika ia melihat sekelilingnya yang basah kuyup, belum lagi Shin yang terlihat seperti baru saja digoreng.
Suara batuk membuat Sakura mengalihkan perhatiannya dari Naruto. Sasuke batuk lagi ketika ia duduk dengan tiba-tiba.
Sakura tersenyum lebar. "SASUKE-KUN! Kau baik-baik saja!" Ia berseru bahagia dan memeluk Sasuke, menyebabkan pemuda itu batuk sekali lagi.
"Ah! Sakura... terlalu erat." Sasuke berhasil berbicara, tapi Sakura tidak melonggarkan cengkeramannya di leher Sasuke.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Naruto sekali lagi. "Aku mencoba berulang kali untuk merobohkan pintu sialan itu tadi!"
"Um... yeah, segalanya tidak berjalan sesuai rencana kita..." ucap Sakura gugup ketika ia membantu Sasuke berdiri. Seisi ruangan terdiam karena mereka semua tampaknya berfokus pada sesuatu yang lain.
"Er... Sakura-chan." ucap Naruto ketika ia menunjuk ke arah seragam yang dikenakan gadis itu.
Sakura melihat ke dadanya sendiri dan menjerit, menyilangkan tangan di depan dadanya. Sasuke memelototi Naruto dan kemudian memeluk Sakura, menyembunyikan wajah gadis itu ke dadanya, menghalangi pandangan semua orang tentang bagian depan tubuh kekasihnya.
"Dobe!" Sasuke mendesis.
Naruto mengangkat tangannya. "Aku tidak bermaksud melihatnya!" serunya.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)