Sasuke akhirnya berdiri dari posisi berbaringnya di sofa. Ia merengut sendiri secara mental karena kesal Sakura belum pulang, bukan karena ia khawatir atau apapun.
"Dia seharusnya sudah di rumah sekarang." gumam Sasuke.
Oke, jadi mungkin ia sedikit khawatir sekarang. Sudah jam dua lebih empat puluh lima menit dan Sakura masih belum di rumah.
"Mungkin masih di bar dengan Ino." gumam Sasuke pada dirinya sendiri dengan nada meyakinkan.
'Atau mungkin dia menemukan pria lain...' Sebuah suara di belakang kepala Sasuke berpendapat.
Sasuke dengan cepat menggelengkan kepalanya, ia seharusnya tidak berpikir seperti itu. Sakura tidak akan melakukan itu padanya... meskipun Sakura cukup marah padanya sebelumnya... tapi mungkinkah gadis itu melakukannya?
Tak peduli tentang hal itu, ia masih akan keluar untuk mencari gadis itu. 'Che. Aku terlalu lemah jika sudah menyangkut dia... '
Sasuke cepat-cepat mengenakan jaketnya dan meninggalkan kediaman Uchiha.
Malam itu terasa lebih dingin karena suatu alasan yang tak pasti, Sasuke memasukkan tangannya ke sakunya ketika ia berjalan menuju satu-satunya bar di desa itu.
'Sebaiknya dia punya penjelasan yang bagus karena pulang larut.' pikir Sasuke dengan marah ketika ia memasuki bagian pusat desa Konoha. Wajahnya tampak jijik saat berjalan di jalanan itu, beberapa wanita malam bersiul padanya. 'Cih.'
"H-Hentikan! Hentikan!"
Sasuke mengangkat kepalanya. 'Apa itu?' pikirnya ketika ia mencoba mendengarkan lagi dan tidak mendapat apapun. 'Sekarang aku mulai mendengar hal-hal aneh.' pikirnya lagi. Tapi ada sesuatu yang masih mengganggu di benaknya.
"AH!"
Itu! Sekarang ia tahu ia tidak sedang mendengar hal-hal aneh, ia berlari ke arah suara jeritan, yang datang dari sebuah lorong gelap. Ia berhenti di belakang seorang pria yang tampaknya serius akan memperkosa orang lain; ia tak bisa melihat wajahnya. Lalu punggung pria itu bergerak sedikit. 'S-Sakura...'
"Apa yang kau lakukan?" ucap Sasuke dingin, menyebabkan pria itu berbalik. 'Ryu?'
"Sa..." Sakura tergagap, air mata lain jatuh di pipinya.
Mata Sasuke melihat ke kedua luka pada tubuh Sakura... dan darah gadis itu. Tinju Sasuke tanpa sadar mengepal ketika ia menutup matanya sejenak. Ia membuka mereka lagi dan memperlihat Sharingan miliknya.
"Uchiha." Ryu bergumam sambil berdiri. Namun sebelum ia bahkan dapat membuka mulutnya untuk mencoba menjelaskan, Uchiha bungsu itu mendaratkan pukulan keras di rahangnya, menyebabkan ANBU yang lebih lemah dari Sasuke itu membentur ke dinding lain yang berseberangan dengan Sakura.
Ryu dengan cepat duduk, menyeka darahnya. "Sialan kau—"
BUGH!
Pukulan lain mengenai wajah Ryu lagi, Uchiha bungsu itu memiliki tatapan yang tak terbaca saat ia berjalan maju lagi, menarik kerah Ryu dan meninju perutnya. Ia melakukan itu berulang kali.
Sakura merintih melihat pemandangan itu. Ini terjadi lagi... ini bukan Sasuke-nya. Di sisi lain, jika Sasuke membunuh orang itu, Sasuke akan berada dalam kesulitan yang lebih besar. Sakura berdiri, meringis kesakitan dan meraih lengan Sasuke.
Sasuke segera menghentikan serangan dan menoleh pada Sakura.
"Berhenti..." ucap Sakura pelan, menatap Sasuke dengan mata memohon.
"Sakura... lihat apa yang dilakukan bajingan itu padamu! Kau mengharapkan aku akan membiarkan dia—" Sasuke berhenti ketika melihat Sakura menangis lagi. Tatapannya melembut dan melepaskan tubuh Ryu yang hampir tak sadarkan diri jatuh ke tanah.
Mata sharingannya sekali lagi terfokus pada Ryu sebelum berbicara. "Jika kau mendekatinya lagi, aku akan membunuhmu." Ia menggeram, melempar tatapan kebencian pada Ryu sebelum menyampirkan jaketnya ke tubuh bagian atas Sakura dan membawa gadis itu pergi.
***
Sakura mendesis kesakitan ketika Sasuke mendudukkannya di sofa. Pemuda itu pergi sejenak, tidak mengatakan apa-apa.
Sakura menunduk. "Ini salahku... Aku seharusnya tidak keluar hingga selarut ini... atau mengambil rute pulang melewati jalan itu." gumamnya sedih.
Ia tiba-tiba mengepalkan tinjunya dan air matanya jatuh. Pikiran lain melintas di benaknya. 'B-Bagaimana kalau Sasuke-kun tidak menginginkanku lagi?' pikirnya panik, ia ternoda... yeah meskipun ia belum diperkosa tapi tetap saja bajingan itu telah meraba tubuhnya. Ia dengan cepat menyeka leher dan tulang selangkanya di mana bajingan itu menciumnya.
Sasuke berjalan kembali, dengan kain dan semangkuk air hangat di tangan. Ia berlutut di depan Sakura tanpa mengatakan apapun dan mulai membersihkan luka di perut gadis itu.
Sakura tidak berani mengatakan apapun juga, ia takut. Ia memejamkan matanya menahan sakit saat Sasuke membersihkan lukanya sekali lagi. Setelah membersihkan perutnya dengan saksama, Sasuke mengangkat dagu Sakura dan mengusap leher gadis itu dengan lembut.
Setelah Sasuke selesai membersihkan luka-luka Sakura, gadis itu memutuskan untuk berbicara. "Aku... aku bisa menyembuhkan sendiri sisanya." ucap Sakura dengan pelan.
"Hn." jawab Sasuke dan berjalan keluar dari ruang tamu.
Sakura mulai menyembuhkan lukanya, dan menangis.
***
Sasuke mengacak rambutnya dengan frustasi. Ya Tuhan, ia merasa tidak bisa berhadapan dengan Sakura.
'Aku seharusnya ada di sana untuk membantunya...' pikirnya, merasa bersalah.
Yeah, tidak berbicara dengan Sakura dan menghindari gadis itu tentu tidak akan membantu, gadis itu mungkin berpikir ia membencinya.
Sasuke menghela nafas lagi, ia harus berbicara dengan Sakura. Ia berjalan ke ruang tamu dan tidak menemukan Sakura. 'Ke mana dia pergi?' pikirnya, panik.
Kemudian terdengar suara air dari pancuran di lantai atas, membuat Sasuke tenang.
***
Sakura menggosok tubuhnya dengan keras di bawah air panas, ingin membersihkan diri dari apapun yang ditinggalkan pria keji itu. Ini membuatnya jijik. Ia menghela nafas ketika akhirnya keluar dari pancuran dan mengeringkan tubuhnya. Memakai salah satu baju Sasuke yang sangat ia sukai untuk dipakai tidur.
Ia menghela nafas lagi. Kenapa Sasuke tidak berbicara dengannya?
Ia menyisir rambutnya yang basah dan memandangi dirinya di cermin, matanya masih merah bengkak dan ada sedikit tanda di lehernya. 'Aku terlihat seperti sampah.' pikirnya.
Ia menghela nafas lagi... sebulan ini tampaknya benar-benar gila.
'Yeah! Itu fakta, bahwa kau hampir diperkosa dua kali, dan ini bahkan belum sebulan!' teriak inner Sakura.
Sakura merengut pada inner-nya, ia menyeka matanya sekali lagi sebelum berbalik dan berjalan keluar dari kamar mandi. Ia berjalan ke kamar, setengah berharap bahwa Sasuke akan ada di sana.
Sakura tersenyum pahit, mengapa Sasuke harus di sana? Pemuda itu mungkin marah atau apalah.
'Tapi kenapa dia harus marah? Kaulah yang hampir diperkosa malam ini!' inner Sakura memprotes dan Sakura mengabaikannya.
Sakura merasakan setetes air mata mulai jatuh lagi. Ia menyeka matanya dengan cepat. 'Tuhan! Kenapa aku harus menangis!' Ia membuka pintu dan berteriak kaget.
Sasuke mengangkat alisnya, sedangkan Sakura menarik napas lagi. 'Dia membuatku terkejut!' pikirnya.
'Kurasa sekarang adalah kesempatanku untuk meminta maaf...' pikir Sasuke mencoba menelan harga dirinya, ia tidak terlalu pandai dalam meminta maaf. "Sakura, aku..." Ia memulai, tapi terputus.
"Iie, Sasuke-kun... Maaf aku seharusnya tidak keluar selarut ini." sela Sakura.
'Nani? Kenapa dia meminta maaf? ' pikir Sasuke, bingung.
"I-Ini salahku..."
'Kesalahannya? Akulah yang seharusnya ada di sana untuk melindunginya!' Pikiran Sasuke berteriak.
"Seharusnya aku bisa melindungi diriku—" Sakura tersentak kaget saat Sasuke meraihnya, memeluknya.
"Jangan bodoh." Sasuke bergumam di rambut Sakura.
Sakura bingung. "Tapi—"
"Diamlah." Sasuke bergumam lagi dan Sakura menurutinya. "Sial Sakura, berhenti menyalahkan dirimu sendiri untuk semuanya."
Sakura meringis. "Tapi aku tidak—"
"Sakura!" ucap Sasuke lebih keras kali ini saat ia menarik diri dan memegangi pundak gadis itu. "Dia lebih kuat; jangan menganggap dirimu lemah karena kau dan aku tahu itu tidak benar." ucapnya serata menatap mata Sakura yang penuh air mata.
"Aku minta maaf, Sasuke-kun." ucap Sakura meminta maaf.
"Jangan meminta maaf." ucap Sasuke seraya menyeka air mata dari pipi kekasihnya itu. "Aku bersumpah... aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh atau menyakitimu lagi." Ia bergumam penuh keyakinan, menyentuhkan ibu jarinya ke pipi Sakura.
Sakura membenamkan kepalanya ke dada Sasuke lagu. "Aku takut Sasuke-kun..." Ia berbisik.
Sasuke menumpukan dagunya di atas kepala Sakura. "Aku tahu... maafkan aku." Ia balas berbisik, mereka tetap di posisi itu, entah untuk berapa lama.
***
Sakura tersenyum puas ketika ia meringkuk ke sumber kehangatan yang ada di sebelahnya. Ia menguap saat ia membuka matanya, dan disambut dengan pemandangan helai-helai rambut hitam. Ia duduk dengan letih, matanya masih setengah tertutup saat melihat Uchiha bungsu yang tampak tidur dengan damai, tangan pemuda itu melingkar di perutnya protektif.
Sakura terkikik. Ia hampir tak pernah melihat Sasuke pada keadaan yang rentan seperti ini sebelumnya, ini manis sekali. Pikiran Sakura mengembara, mereka tidak benar-benar berpikir tentang seks akhir-akhir ini... yeah setidaknya tak sebanyak sebelumnya. Dengan insiden pemerkosaan, misi, dan saling berdebat, mereka tak benar-benar punya waktu.
'Hanya satu minggu lagi!' inner Sakura bersorak.
Sakura tersenyum dan mulai membuat pola di dada Uchiha bugsu itu dengan jarinya.
'Ya Tuhan, dia sangat seksi.' seru inner Sakura dan Sakura dalam hati setuju.
Uchiha bungus itu perlahan membuka matanya. Sakura tersenyum melihat itu. "Ohayo." Ia berbisik.
Sasuke menyeringai dan menarik Sakura dalam sebuah ciuman. "Ohayo." balasnya kembali dengan suara halus ketika ia menarik diri.
Sakura tersenyum dan berbaring di dada Sasuke, mendongak menatap Uchiha bungsu itu. "Apa kau harus bekerja hari ini?" bisiknya kemudian menutup matanya lagi.
Sasuke menyisir rambut Sakura dengan jarinya sebelum menjawab. "Iie."
Sakura tersenyum lagi. "Baik." Ia bergumam di dada Sasuke. Sasuke balas tersenyum sambil terus menyisir rambut merah muda Sakura. Mereka tidak memiliki banyak momen tenang dan damai seperti ini.
Sakura mengangkat kepalanya lagi dan melihat Sasuke tampak tenggelam dalam pikirannya. Ia terkikik.
Sasuke memandangi kekasihnya yang terkikik dalam kebingungan. 'Ya. Dia gila.' Sebuah suara di belakang pikirannya menyimpulkan.
"Nani?" tanya Sasuke kesal.
Sakura menghentikan kikikannya sebelum menjawab. "Kau terlihat tenggelam dalam pikiranmu, dan itu lucu!" ucapnya dengan senyum kecil.
"Lucu?" ucap Sasuke dengan tatapan aneh di wajahnya. Lucu adalah kata feminim!
Sakura memutar matanya sebelum menggumamkan sesuatu. Sasuke menyeringai, ia menarik Sakura ke dalam sebuah ciuman. Sakura balas mencium dengan penuh gairah. Sasuke menyelipkan lidahnya ke mulut Sakura saat ia menikmati rasa gadis itu.
Sakura menarik diri sebelum segalanya menjadi terlalu jauh, mereka telah berhasil selama ini, mereka hanya harus menunggu seminggu lagi.
Sakura kemudian duduk di atas Sasuke, mengangkangi pemuda itu, yang menurut sang Uchiha sangat eksotis. Ia mengusap pinggul Sakura dengan penuh sayang.
Sakura memerah. "Kurasa aku lapar." ucapnya. Sakura melompat turun, membuat Sasuke merengut. Gadis itu mulai berjalan keluar kamar seraya bergumam kekanak-kanakan tentang 'butuh makanan'.
Sasuke menghela nafas, ia duduk dan mengusap rambutnya. Sejauh ini hubungan mereka sedikit kacau, dan berbeda... tapi, ia berpikir lagi, ia tidak memiliki cara lain.
***
"Jadi, kurasa kalian sudah tahu bahwa hanya ada satu minggu tersisa untuk pelajaran terapi kalian berdua." ucap Dr. Hikaru pada pasangan yang duduk di depannya.
"Oh tentu saja! Percayalah, aku selalu menghitung hari... maksudku..." Sakura memerah ketika ia sadar apa yang ia ucapkan.
Sasuke menyeringai; oh ia tidak bisa menunggu sampai akhir minggu.
"Maksudku, ini bulan yang menegangkan." ucap Sakura dengan lebih baik. Sementara Sasuke hanya menggumamkan 'Hn'nya.
Mereka meninggalkan kantor Dr. Hikaru dengan Sakura yang tersenyum cerah. Semuanya berjalan dengan baik! Ia dan Sasuke telah jauh lebih baik sekarang, sepertinya tidak ada yang salah sekarang. Tapi seperti kata pepatah, jangan menyimpulkan begitu cepat.
"Ne, Sasuke-kun, aku harus pergi ke rumah sakit selama beberapa jam ke depan." ucap Sakura.
"Aa." jawab Sasuke, menunjukkan bahwa ia mengerti. Sakura memutar matanya pada jawaban Sasuke, menggumamkan sesuatu tentang diri pemuda itu dan kosa katanya.
"Aku akan membawa makan malam saat kembali!" ucap Sakura dengan ceria, memberi Sasuke kecupan di bibir.
"Hn." jawab Sasuke lagi.
Sakura merengut. "Kau tahu, kau harusnya bisa mengucapkan salam perpisahan seperti orang normal!" ucap Sakura dengan tangan di pinggang.
"Che. Baiklah, sampai jumpa." ucap Sasuke, jengkel.
Sakura tersenyum penuh kemenangan! "Sampai jumpa, Sasu-kun!" Ia melambai dan berjalan menuju rumah sakit.
Sasuke menghela nafas dan memasukkan tangannya ke sakunya, berjalan menuju Ichiraku. Tidak sadar bahwa ada dua pasang mata mengawasinya.
***
Amai memperhatikan dengan penuh minat pada Uchiha Sasuke yang sangat terkenal itu. 'Cih. Sakura yang menyebalkan itu! Dia pikir dia siapa bisa memiliki Sasuke untuk dirinya sendiri! Hm, aku tahu apa yang harus kulakukan!'
Amai kemungkinan besar adalah pengagum nomor satu Sasuke di seluruh Konoha. Penampilannya tidak buruk, tapi tentu saja tidak sebanding dengan Sakura. Ia telah mencoba merayu Sasuke ketika pemuda itu berada di kondisi yang bisa dikatakan dalam keadaan rentan dalam sebulan terakhir. Tapi tidak peduli bagaimana ia mencoba atau apapun yang ia lakukan, sepertinya tidak ada yang berhasil.
'Tapi yang ini pasti akan berhasil. Dia tidak akan mau tinggal dengan jalang itu jika dia tahu bahwa gadis merah muda itu telah berselingkuh!' Amai terkikik kekanak-kanakan memikirkan rencana barunya. "Oke Kensho, rencananya dimulai hari ini!" Amai berbisik pada ninja muda di sebelahnya.
Kensho, mungkin adalah pengagum nomor satu Sakura. Ia juga tidak bisa mendapatkan Sakura, tak peduli berapa banyak ia mencoba.
"Eh, ya benar!" jawab Kensho dengan antusias. "Apa rencananya...?" tanyanya dengan ragu.
Amai menggeram. "Aku akan berubah bentuk menjadi Sakura, dan yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa Sasuke melihat 'aku' mencium pria lain, yaitu dirimu." jelasnya.
Kensho membutuhkan waktu satu menit untuk meresap semua informasi, lalu wajahnya bersinar. "Luar biasa! Jadi aku mencium seorang gadis dan mendapatkan Sakura!" balasnya.
Amai memutar matanya. "Aku tidak peduli siapa yang mendapatkan jalang itu, selama aku bisa mendapatkan Sasuke!" ucapnya.
***
"Sedih karena hanya tersisa satu minggu lagi, kan Sasuke-teme?!" tanya Naruto setengah berteriak pada sahabatnya.
Sasuke mencibir sebagai tanggapan.
"Hehe, oh. Sepertinya kau senang, ya?" ucap Naruto berlagak malu-malu.
Sasuke memelototinya sebagai tanggapan.
"Wow, sebulan penuh... tidak menyangka kau bisa!" Naruto tertawa.
Sasuke memukul bagian kepala Naruto. "Bisakah kau diam saja."
"OW! KAU JAHAT, TEME!" teriak Naruto, ramen muncrat dari mulutnya. Membuat Uchiha bungsu mengerutkan wajahnya dengan jijik.
"Jangan memuntahkannya, Naruto." Suara dengan nada bosan terdengar dari belakang mereka. Mereka berdua menoleh dan mendapati salah satu ninja penting Konoha.
"HEI SHIKAMARU!" Naruto berteriak lagi.
Shikamaru menggosok telinganya, "Bagaimana kau bisa seberisik ini sepanjang waktu... merepotkan." Ia menggumamkan bagian terakhir. Kemudian ia duduk di salah satu kursi.
"Jadi, apa yang membawamu ke sini, Shikamaru? Kau hampir tidak pernah datang ke Ichiraku!" ucap Naruto menyeruput semangkuk ramen lagi.
"Ya dan sekarang aku tahu kenapa aku tidak pernah datang kesini." gumamnya tampak jijik saat melihat Naruto menyeruput makanannya. "Ngomong-ngomong, Sakura mengatakan padaku untuk memberitahu Sasuke untuk menemuinya di taman." ucap Shikamaru dengan bosan.
Sasuke menatap Shikamaru. "Apa dia mengatakan alasannya?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.
Shikamaru mengangkat bahu sebelum menjawab, "Entahlah, dia bertingkah sedikit berbeda... kurang ceria, aku tidak bisa benar-benar menyimpulkannya..." jawabnya.
"Aa." jawab Uchiha itu, sedikit bingung sendiri. "Aku akan pergi kalau begitu." ucapnya dan berdiri dari tempat duduknya.
"SAMPAI JUMPA YA SASUKE-TEME!" Naruto berteriak pada punggung Uchiha yang mulai menjauh, yang merespon dengan lambaian tangan.
***
Sakura sedang berjalan lelah dari rumah sakit ketika sebuah suara memanggil dari belakangnya. "Yo, Forehead!"
Ia berbalik dan melihat Ino berlari menyusulnya.
"Hei, Ino-pig." Sakura menjawab dengan senyum.
"Kau berjanji untuk membantuku menemukan gaun, ingat!" ucap Ino sedikit kesal karena sahabatnya itu lupa.
Sakura berpikir sejenak, mengingat-ngingat. Ia telah berjanji pada Ino minggu lalu bahwa ia akan membantu sahabatnya itu menemukan gaun untuk... yeah menurut Ino untuk kencan yang sangat istimewa dengan Shikamaru.
"Aku ingat Ino, aku hanya... um baru saja akan mencarimu!" Sakura berbohong sambil tersenyum.
"Yeah, kau sudah menemukanku... atau aku yang menemukanmu... terserahlah, ayo pergi!" Ino meraih lengan Sakura dan membaur ke jalan utama.
"Ah! Oke, oke!" ucap Sakura, pasrah lengannya diseret Ino.
***
Sasuke memasukkan tangannya ke sakunya saat angin dingin menerpanya. 'Apa yang Sakura ingin bicarakan di taman?' Ia merenung dalam benaknya. Ia mengangkat bahu; mungkin itu bukan hal yang terlalu serius... semoga saja.
Sementara di taman, "Baik, katakan padaku ketika kau melihatnya datang!" Amai yang saat ini dalam bentuk Sakura, memerintahkan Kensho.
"Ya, ya, aku tahu!" Kensho menjawab kembali. 'Ini sangat keren! Aku seperti mendapatkan... dua gadis dalam satu hari!' pikirnya dengan senyum konyol.
"Kau jangan melamun saja dan awasi!" Amai memerintahkan, karena ia tidak bisa melihat ke belakangnya.
"Aku bilang oke! Aku tidak sebodoh itu untuk tidak melihat—apa itu dia?" ucap Kensho melihat dari atas kepala Amai.
"Apa?! Kau bodoh!" Amai berbisik sebelum ia menarik kerah Kensho mendekat dan menempelkan bibirnya pada bibir pemuda itu.
Sasuke berjalan melewati taman, mencari kekasih berambut merah mudanya. Ia berhenti sejenak untuk menatap dua pasangan yang berciuman di bawah pohon, gadis yang mencium pemuda di bawah pohon itu sepertinya... tidak, itu tidak mungkin! Tidak ada seorangpun di desa ini yang memiliki rambut merah muda selain Sakura... bagaimana jika itu... Sasuke dengan cepat menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran itu.
'Dia tidak akan pernah...' Tapi hanya untuk memastikan, ia berjalan sedikit lebih dekat untuk melihat dari samping, dari sekitar jarak sepuluh kaki.
Matanya melebar... tidak mungkin! Itu adalah Sakura... dan gadis itu sedang mencium pria lain.
"Sakura..."
Amai tiba-tiba melepaskan kerah Kensho, yang tampaknya agak linglung. 'Yes! Sejauh ini, rencana berjalan dengan sempurna!'
Amai berpura-pura terkejut, dan menoleh. "S-Sasuke..." bisiknya.
Sasuke menatap dengan marah, lalu secara mengejutkan berbalik, memasukkan tangannya ke dalam saku, dan berjalan pergi.
***
"Oh! Yang ini cantik! Oh oh! Tapi yang ini juga! Bagaimana dengan yang ini?" Ino mengoceh tentang pakaian apa yang akan ia beli.
Sakura sepertinya tak memperhatikan sahabatnya, gadis itu menatap ke luar jendela toko.
"Sakura... SAKURA!" Ino berteriak, membuat Sakura keluar dari pemikirannya.
"Eh, oh apa?" Sakura tergagap.
"Kubilang aku sudah memilih yang ini." ucap Ino, mengangkat gaun biru.
"Oh maaf... hari ini hari yang sibuk, aku hanya sedikit merasa lelah." ucap Sakura dengan senyum kecil.
Ino memperhatikan sahabatnya sejenak sebelum pergi ke kasir untuk membayar gaun itu.
Lima menit kemudian Ino kembali, gaun itu sekarang sudah berada di dalam kantong. "Kau tahu, kau seharusnya tidak bekerja hingga berjam-jam di rumah sakit, itu buruk untuk kesehatanmu. Kau harusnya tahu itu, Sakura." ucap Ino ketika mereka melangkah bersama di jalanan.
Sakura menghela nafas. "Aku tahu, aku tahu." jawabnya.
Ino tersenyum. "Jadi, terima kasih sudah membantuku memilih gaun... meskipun kau tidak benar-benar membantu sih." ucap Ino, bagian terakhir dengan suara pelan.
Sakura tersenyum. "Semoga kau beruntung malam ini, Ino! Aku tahu dia akan melamarmu!" ucap Sakura dengan gembira, dan Ino memeluknya.
"Aku harap begitu! Ja ne, Forehead!" ucap Ino sebelum berbelok ke jalan lain.
Sakura tersenyum, kemudian kembali berjalan menuju kediaman Uchiha.
***
"Sasuke-kun! Aku pulang!" Sakura berseru dengan riang. Ia berjalan masuk, memperhatikan bahwa semua lampu padam. 'Huh... ini aneh; aku tahu Sasuke-kun sudah pulang sekarang.'
Sakura berjalan ke dapur, dan menemukan Sasuke memandang keluar jendela, memunggunginya.
"Sasuke-kun... kenapa lampunya tidak dihidupkan? Apa ada masalah?" tanya Sakura, khawatir.
"Sasuke-kun... kenapa lampunya tidak dihidupkan? Apa ada masalah?" tanya Sakura, khawatir.
Sasuke tak menanggapi.
Sakura berjalan lebih dekat, meletakkan tangannya di lengan Sasuke. Tapi pemuda itu menepisnya dengan kasar dan menoleh menatapnya. "S-Sasuke-kun... ada apa?" tanya Sakura lagi. 'Kenapa dia seperti ini...?'
Sasuke berbalik sepenuhnya dan menatap Sakura lagi, bisa dibilang pemuda itu sangat marah. "Apa masalahmu?" Ia mendesis.
Mata Sakura membelalak. "A-Apa?" Ia bertanya dengan bingung.
"Jadi kau pikir kau bisa pergi dan mencium seseorang... seorang pria lain! Dan kemudian kembali ke sini bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi!" ucap Sasuke dengan suara dingin.
Sakura terkesiap... apa yang Sasuke bicarakan?!
"Sasuke-kun! Aku tidak mengerti! Apa yang kau bicarakan?!" tanya Sakura lagi.
"Kau tahu betul apa yang kubicarakan dan jangan berani-berani bertindak seolah kau tidak mengerti."
"TIDAK, Sasuke-kun! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Aku tidak mencium siapapun!" Sakura berteriak kali ini, marah.
Sasuke mengacak rambutnya sebelum berbisik dengan marah. "Keluar dari rumahku... dan jangan pernah kembali... jalang."
Mata Sakura membelalak. 'Apa?! Tetapi aku tidak melakukan apa-apa!' Ia mengerutkan alisnya dengan marah, dan berjalan menghampiri Sasuke.
PLAK!
Sakura menampar Sasuke.
Sasuke menatap tajam gadis itu. "Sakura—"
"Tidak! Diam dan biarkan aku bicara! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Dan aku tidak percaya kau bisa berpikir aku melakukan sesuatu seperti itu!" teriak Sakura, dan mengambil tasnya. "B-Baik... sampai jumpa... Uchiha." ucapnya dengan suara pecah sebelum berjalan keluar dari dapur.
Suara terakhir yang terdengar adalah pintu yang dibanting menutup. Sasuke berdiri di sana di tempat yang sama, memegang pipinya tempat Sakura menamparnya.
Jadi... kurasa ini sudah berakhir...
***
To be continued.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)