Sakura tersenyum sendiri ketika ia berbaring di ranjang kingsize milik Uchiha, sendirian... lagi. Sasuke akhirnya mengatakan tiga kata yang ia ingin dengar dari pemuda itu hampir sepanjang hidupnya Jumat lalu.
Meskipun sebagian kesalahan dokterlah yang membuat Sasuke mengatakannya, Sakura masih punya perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dokter itu. Kenapa harus ada orang di desa ini yang membutuhkan 'terapi' seperti yang diberikan padanya dan Sasuke? Meskipun baginya itu terasa lebih sebagai penyiksaan daripada terapi. Itu membuatnya gila!
'Kasihan Sasu-kun... dia pasti sudah gila!' pikir Sakura sendiri sambil terkikik kecil. Meskipun Sasuke sudah mengatakan bahwa pemuda itu mencintainya, mereka masih saja berdebat seperti tidak ada hari esok! Tampak jelas bahwa mereka berdua sangat tertekan dengan kondisi ini.
Sakura menghela nafas frustrasi untuk yang kesekian kalinya ketika ia berguling ke sisi tempat tidur Sasuke. Ia menghirup dalam-dalam dan membiarkan aroma Sasuke dari bantal mengisi paru-parunya. Aroma pemuda itu masih segar. Sakura terkikik lagi, kali ini lebih keras. Yap... ia sudah gila.
Sementara di lantai bawah, Sasuke menghela nafas saat ia menggeser tubuhnya sekali lagi di sofa yang tidak nyaman. Ia merengut, mereka harus membeli sofa yang lebih nyaman setelah semua ini berakhir. Ia melihat jam yang tergantung di dinding; pukul satu dini hari. Ia menghela nafas lagi, ia perlu tidur. Ia memejamkan mata tepat saat suara kikikan Sakura lagi-lagi terdengar dari lantai atas, membuat satu matanya membuka.
What the hell? Sakura terus saja terkikik! Jelas bahwa kekasihnya itu sudah gila.
***
TOK TOK TOK
Sasuke mengerang dalam tidurnya dan berguling, tidak peduli siapa yang ada di balik pintu rumahnya saat ini.
TOK TOK TOK
Sakura mengumpat keras di atas ranjang, ia terlalu mengantuk untuk melihat siapa yang datang berkunjung pagi ini.
TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK TOK—
"APA?" Sakura berteriak, ia melesat ke lantai bawah dan hampir merusak daun pintu dari engselnya.
Sasuke duduk dengan letih, bagaimana bisa gadisnya itu turun begitu cepat?
"Itai! Sakura-chan!" Naruto berteriak memegangi kepalanya kesakitan. Sasuke dengan malas berjalan ke belakang Sakura.
"Apa yang kau inginkan, Dobe?"
"Ya! Ini hari libur kami dan ini masih jam enam pagi, sialan!" Sakura mengumpat.
"Kalau begitu kalian tentu bukan termasuk orang-orang yang rajin bangun pagi!" komentar Naruto.
Sakura dan Sasuke memelototinya sebagai tanggapan.
"Er... jadi, Tsunade-baachan bilang harus segera ke kantornya!" ucap Naruto.
"Huh? Kenapa?" tanya Sakura, sekarang sedikit lebih tenang.
"Hei mana aku tahu! Dia hanya mengatakan padaku untuk memberitahumu, Teme, dan Hinata-chan!"
"Itu aneh... uh, aku berharap bisa libur hari ini!" Sakura merengek.
"Hn." jawab Sasuke dengan sederhana.
***
Kantor Hokage
Naruto, Hinata, Sakura dan Sasuke kini sedang menunggu Tsunade di kantor Hokage. Apa yang tampak aneh dan membuat keadaan sedikit canggung bagi Sakura dan Sasuke adalah Naruto yang terus membisikkan sesuatu ke telinga Hinata, yang menyebabkan gadis itu memerah dan kemudian terkikik.
Sakura menyaksikan itu dari seberang ruangan sambil tersenyum. Ia memandangi kekasihnya sendiri yang hanya bersandar di dinding dengan malas.
"Kenapa kau tidak bisa seperti itu?" Sakura berbisik, menyikut pinggang Sasuke dengan sikunya.
Sasuke melirik Naruto dan Hinata tepat ketika Naruto membisikkan sesuatu yang lain ke telinga gadis itu, membuat gadis itu sekali lagi terkikik. Sedangkan Sakura bergumam sendiri sepanjang waktu disana.
"Bagaimana kalau... berhenti mengeluh." Sasuke berbisik pada Sakura.
Wajah Sakura memerah karena marah dan memberiksn pukulan yang tidak begitu lembut di lengan Sasuke, menyebabkan Sasuke kesakitan. Yap... seharusnya ia tutup mulut saja. "Kau benar-benar brengsek." Sakura bergumam, yang hanya mendapatkan 'Hn' dari kekasihnya.
"Kau tahu, kau benar-benar harus belajar kata-kata lain." Sakura mendesis.
"Aa." respon Sasuke, membuat Sakura memelototinya.
Setelah sekian lama menunggu, Tsunade akhirnya berjalan memasuki pintu... tampak lelah seperti biasa.
"Baiklah, aku yakin kalian semua bertanya-tanya mengapa kalian ada di sini." ucap Tsunade seraya duduk di mejanya.
"Ya, terutama pada hari liburku." Sakura bergumam pada dirinya sendiri.
Seisi ruangan menatapnya.
"Aku mengatakan itu dengan keras, ya? Heheh.... ini minggu yang sulit untukku."
Semua orang menatapnya lagi.
"Uum... untuk alasan yang tidak bisa disebutkan tentu saja."
"Baik. Jadi," Hokage melanjutkan. "Aku memanggil kalian berempat ke sini untuk menjalankan misi darurat tingkat S."
"YAY!" Naruto berteriak, memukulkan tinjunya ke udara, yang akhirnya mendapatkan pukulan di kepalanya dari Tsunade.
"Aku belum selesai! Misi ini sangat penting. Kalian akan bepergian ke Kirigakure untuk mencari dua gulungan, gulungan ini dicurigai berisi rencana atau semacamnya yang kita tidak tahu, itulah sebabnya kita membutuhkan kalian untuk mendapatkannya. Mereka bisa berbahaya bagi Konoha jika kita tidak mengetahuinya. Sekarang kalian; Sakura dan Hinata, akan sangat penting dalam misi ini."
"Kenapa?" tanya Sakura. Sementara Sasuke menatap Tsunade.
"Yeah, dua gulungan itu disimpan oleh dua pria, keduanya penjahat kelas S dari Kirigakure. Mereka adalah Shin dan Haru."
"A-Apa yang kau ingin kami lakukan, H-Hokage-sama." tanya Hinata dengan pelan.
"Kalian berdua harus menyamar sebagai pelacur."
"APA?" teriak Naruto, dan anehnya Sasuke juga ikut berteriak.
"N-Nani?" Hinata tergagap.
"T-Tsunade-sama!" seru Sakura protes.
"Aku tidak akan membiarkan Hinata-chan berpakaian seperti pelacur!" teriak Naruto.
"Naruto tutup mulutmu! Ini cara agar misi berhasil! Karena menurut informasi, Shin dan Haru suka menginap di rumah pelacur, ini akan menjadi kesempatan yang sempurna untuk mendapatkan gulungan itu dari mereka. Lagipula, yang harus kalian berdua lakukan hanyalah membuat mereka berdua mabuk, melempar beberapa godaan, dan mengambil gulungan itu dari mereka. Kemudian tinggalkan mereka." ucap Tsunade dengan lambaian tangannya seolah itu bukan apa-apa.
"Apa itu benar-benar perlu dilakukan?" tanya Sasuke dengan nada kesal.
"Ya. Sekarang aku ingin kalian berhati-hati dalam misi ini, kedua orang ini jangan dianggap enteng."
Mereka mengangguk mengerti. Tsunade memberikan mereka masing-masing gulungan.
"Baca itu. Kalian semua akan berangkat besok pagi. Sampai jumpa."
Naruto berjalan keluar ruangan bersama Hinata, menggumamkan umpatan tentang para pria, sekarat, menyentuh, dan Hinata-chan.
Sakura menghela nafas ketika ia mengikuti Sasuke keluar dari ruangan. "Ini sangat bodoh! Aku tidak percaya aku harus berpakaian seperti pelacur!" ucap Sakura pada dirinya sendiri.
"Hn. Ini bukan pertama kalinya kau berpakaian seperti itu." ucap Sasuke, menyeringai. Sakura memerah saat memutar satu memori di kepalanya; yang melibatkan pakaian perawat yang sangat seksi dan Sasuke.
"Sasuke-kun!" Sakura mendesis, ia menyikut pemuda itu, tapi pemuda itu menyeringai lagi padanya.
Meski begitu, misi ini bukanlah yang Sasuke inginkan. Bayangan pria lain yang ingin menyentuh Sakura-nya sama sekali tidak membuatnya senang.
"Oh sial!" Suara Sakura membawa Sasuke keluar dari pemikirannya. "Aku lupa bertanya pada Tsunade-sama! Ini artinya tidak ada sesi lagi dengan Dr. Hikaru selama seminggu?" tanya Sakura pada dirinya sendiri.
"Sepertinya begitu." gumam Sasuke, ia baru saja berencana akan membunuh dokter sialan itu.
"Terima kasih Tuhan! Tidak ada Dr. Hikaru sepanjang minggu!" ucap Sakura dengan gembira.
Sasuke menyeringai... ya, tidak ada Dr. Hikaru... sepanjang minggu... Pikiran kotor mulai memenuhi Sasuke!
***
Keesokan harinya
Sakura dan Sasuke bangun lebih awal, siap untuk bertemu Naruto dan Hinata di gerbang Konoha. Sakura tersenyum pada dirinya sendiri ketika ia dan Sasuke berjalan menyusuri jalanan pagi Konoha yang masih sepi, ia sebenarnya sedikit bersyukur dengan misi ini, yeah kecuali untuk bagian menyamar menjadi pelacur. Tapi sisi baiknya, seminggu penuh ini akan terbebas dari Dr. Hikaru!
Sakura akhirnya melihat Naruto dan Hinata di dekat gerbang bersama... seseorang? Ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa itu. Apakah Tsunade mengirim orang lain ke misi ini bersama mereka?
Mereka berjalan semakin dekat.
"Oh tidak." Sasuke bergumam dengan kesal.
Mata Sakura membelalak. 'Tidaaaaaaaaaaaak!' inner Sakura berteriak.
"Hei! Tebak siapa yang diperintahkan untuk ikut bersama kita!" seru Naruto dengan gembira dan Hinata tersenyum.
"Halo Sasuke, Sakura." Dr. Hikaru menyapa dengan senyuman.
'Tidaaaaaaaak!' inner Sakura meratap dramatis.
"Apa-apaan ini?!" Sakura malah berteriak sebagai balasan dari sapaan Dr. Hikaru.
"Ah, halo juga Sakura." Dr. Hikaru tersenyum.
"T-Tapi... kenapa!" Ia menjerit pelan.
"Woo! Kita akan bepergian dengan dokter!" teriak Naruto. Ya... jelas Naruto senang dengan PR yang diberikan dokter padanya, jadi ia tidak mempunyai dendam terhadap dokter itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" ucap Sasuke dengan suara dingin.
"Halo Sasuke, senang juga bertemu denganmu."
"..." Sasuke mendelik.
"Dia diperintahkan untuk ikut dengan kita! Bukan karena hubunganku dan Hinata-chan yang sudah lebih baik dari yang sudah ada, tapi agar kalian bisa mengerjakan beberapa PR kalian." ucap Naruto ketika ia memandang kedua temannya. Sakura sekarang duduk di tanah, seolah ia akan pingsan kapan saja dan Sasuke menatap tajam ke arah dokter.
'Kenapa! Kenapa harus kita! Apa yang telah kita lakukan hingga harus menerima ini?' pikiran Sakura menjerit dalam benaknya.
'Karena kalian berhubungan seks seperti kelinci gila!" inner Sakura menjawab untuknya.
"Uh... Sakura-chan? Apa kau baik-baik saja? Kau melamun." ucap Naruto, ia melambaikan tangannya di depan wajah Sakura.
"Uh... hm? Oh... ya aku baik-baik saja." Sakura bergumam bodoh ketika Sasuke menariknya kembali berdiri.
"Hn." gumam Sasuke ketika mereka semua mulai berjalan.
Sasuke dan Sakura mulai tertinggal sekitar sepuluh kaki di belakang anggota kelompok lainnya, tampaknya di depan sana Naruto sedang bersemangat mengoceh tentang sesuatu.
"Aku tidak bisa percaya ini! Apa yang Tsunade-sama pikirkan! Aku tidak tahan dengan dokter itu!" Sakura mendesis marah.
Sasuke merespon dengan 'Hn'nya.
"Apa hanya itu yang bisa kau katakan? Hn?"
"Apa lagi yang harus kukatakan?"
"Ugh! Kau bisa sebodoh itu kadang-kadang, kau tahu itu?" Sakura bergumam marah dan Sasuke memelototi gadis itu dari sudut matanya.
"Kau melakukan hal menyebalkan lagi." ucap Sasuke dengan datar.
"Oh ya? Baiklah kau melakukan... hal bodoh... lagi." balas Sakura marah.
"Teman-teman!" teriak Naruto ketika anggota kelompok lainnya berhenti.
Sayangnya Sasuke dan Sakura tidak.
"Sasuke, Sakura!" teriak Naruto lagi, yang akhirnya mendapat perhatian dari pasangan yang bertengkar itu.
"APA?" Mereka berdua menjawab bersamaan, keduanya mengalihkan perhatian mereka pada Naruto.
"Uh... kita akan mendirikan tenda sekarang." ucap Naruto dengan bodoh, perlahan-lahan menjauh dari pasangan yang tampak marah itu.
"Kalian benar-benar bisa memanfaatkan ini untuk lebih banyak komunikasi dalam hubungan kalian." saran Dr. Hikaru.
"Kami memang sedang berkomunikasi! Apa kau tidak lihat?" ucap Sakura dengan manis tapi terdengar menyeramkan ketika ia mulai membongkar bawaanya.
***
"Tenda bodoh! Argh!" Sakura menggeram ketika ia mencoba memasang tendanya sendiri... karena ia tidak bisa berbagi tenda dengan Sasuke saat ini. Ia berbalik dengan marah ketika ia merasakan tangan seseorang di bahunya. "Apa?!" Sakura... menggeram?
"Ah! Um... bagaimana kalau kau dan Sasuke pergi dan mencari air dan aku akan mendirikan tenda ini?" tanya Naruto takut-takut.
"Baik." Sakura mendengus, ia berjalan dan meraih Sasuke yang sedang mendirikan tendanya sendiri, dan menyeret pemuda itu ke dalam hutan.
"Kalian berdua mungkin harus mengerjakan PR berkomunikasi kalian saat kalian di sana!" Dr. Hikaru berteriak dari arah perkemahan, lalu terdengar suara tawa, yang sepertinya berasal dari Naruto.
"Ah! Sakura... lepaskan!" Sasuke tersandung ketika Sakura masih menyeret kerah kemejanya.
"Oh! Ups." ucap Sakura tanpa merasa bersalah saat ia melepaskan Sasuke.
Sasuke mengusap lehernya dan mendapatkan kembali ketenangannya.
Mereka tiba di sebuah danau kecil dan Sakura dengan cepat mengisi ember dengan air. Sakura tidak memandang Sasuke walau sekilas saja, yang membuat Sasuke sangat kesal.
Sakura berdiri, sedikit terlalu cepat dan menyebabkan ia tergelincir ke lumpur basah yang licin, membuat dirinya jatuh ke dalam air danau yang dingin. Kepalanya terangkat keluar dari air, tampak marah. "Kenapa kau tidak menangkapku?" Ia berteriak ketika ia berhasil berdiri kembali, sekarang menghadap Uchiha yang menyeringai.
"Bagaimana mungkin aku tahu kau akan jatuh." jawab Sasuke. Tatapan matanya sekarang turun ke tubuh Sakura yang basah... di mana pakaiannya menempel pada setiap lekukan tubuh gadis itu... ya Tuhan ini terjadi lagi!
"Kau seorang ninja! Kau seharusnya bereaksi cepat terhadap hal-hal seperti ini!"
Ocehan Sakura berlanjut tapi mata Sasuke tidak.
"...dan kau menyebut dirimu seorang ninja!" Ocehan Sakura selesai, ia tampak kehabisan nafas. Yang membuatnya tampak lebih erotis di mata Sasuke. Ia dengan marah berjalan keluar dari air menuju ke tanah kering di mana Sasuke berdiri saat ini, menggumamkan beberapa umpatan.
Sasuke tidak tahan lagi, ia berjalan maju dan meraih pundak Sakura.
"S-Sasuke-kun?" Sakura menjerit ketika Sasuke memeluknya erat-erat, bibir pemuda itu sangat dekat dengan bibirnya.
"Che. Kau terlalu banyak bicara." Sasuke berbisik di bibir Sakura, melumat bibir gadis itu sebelum gadis itu bisa membuka mulutnya untuk merespon.
Sakura mengerang ketika ia membiarkan lidah Sasuke masuk. Sudah seminggu penuh, ia lelah dan stres. Persetan dengan berkomunikasi, inilah cara mereka!
Sakura dengan bersemangat balas mencium Sasuke ketika ia merasa tubuhnya didorong ke sesuatu yang kasar, ke sebuah batang pohon. Sakura mengeluarkan erangan lagi, membuat Uchiha bungsu hampir gila dan mulai memberikan ciuman-ciuman kasar di leher Sakura. Sakura dengan cepat melingkarkan kakinya di pinggang Sasuke untuk menopang dirinya sendiri ketika ia melengkungkan punggungnya.
Sasuke menggunakan salah satu tangannya bergerak ke balik kaos Sakura, mengusap tulang rusuk Sakura dan terus bergerak naik ke atas, yang membuat gadis itu terkesiap. Sakura segera menggerakkan tangannya dengan kasar ke punggung Sasuke.
"Sasuke-kun..." erang Sakura.
"APA-APAAN INI!" Terdengar sebuah suara, menyebabkan Sakura dan Sasuke jatuh karena terkejut. Tangan Sasuke masih berada di balik kaos Sakura, mereka kini memandang ke arah mana saja selain Naruto.
"Aku bersumpah! Kalian beruntung, Dr. Hikaru mengirimku untuk mencari kalian dan bukan dia sendiri! Tidak bisakah kalian saling menjauhkan tangan kalian sebentar!" Naruto memarahi mereka seolah-olah mereka bocah berusia dua tahun.
"Kau tidak tahu rasanya dilarang berhubungan seks selama sebulan!" Sakura berusaha membela diri.
"Ini baru seminggu, Sakura-chan!" balas Naruto. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah Sasuke, ke tangan Sasuke yang tanpa sadar masih berada di balik kaos Sakura. Akhirnya Sasuke menyadari apa yang Naruto tatap, ia dengan cepat menarik tangannya dan memberikan pukulan pada kepala si pirang itu karena melihat dada Sakura.
"Hn. Kita akan berhasil jika kau tidak datang, Dobe." ucap Sasuke, dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya, membantu Sakura berdiri yang kemudian mulai memperbaiki penampilannya... yang masih basah kuyup.
"Ya ya, kau beruntung! Karena aku teman yang baik, aku tidak akan memberitahu Dr. Hikaru!" ucap Naruto dengan puas saat ia mulai berjalan pergi.
"Yeah, karena jika kau melakukannya, aku terpaksa akan membunuhmu!" bentak Sakura dengan marah.
"Um... ya karena itu juga." ucap Naruto dengan ekspresi ketakutan di wajahnya.
Mereka berjalan dalam diam, sampai Naruto memecahkan keheningan.
"Ne? Sakura-chan... kenapa kau basah kuyup? OH, aku tahu..." ucap Naruto dengan tatapan mesum.
Sakura memerah, ia dan Sasuke memukul kepala Naruto sekali lagi.
"Aku baru saja jatuh di danau, dasar mesum!" Sakura berteriak.
***
Mereka sampai di perkemahan, untungnya bagi Naruto, ia masih hidup.
"Ah, kalian semua kembali. Luar biasa. Apa kalian berusaha berkomunikasi?" tanya Hikaru ketika Sasuke dan Sakura muncul dari semak-semak menuju perkemahan.
"Um, ya kita melakukannya, Dr. Hikaru!" ucap Sakura dengan manis, wajahnya sedikit merah. Naruto memutar matanya dan Sasuke menyeringai.
Benar, Sasuke dan Sakura tampaknya memiliki jenis hubungan fisik yang lebih dari biasanya...
Pada akhir hari berikutnya, yang merupakan hari yang sangat panjang... baik untuk Sasuke dan Sakura. Sepanjang hari mereka bersama tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Jadi mereka melepaskan semua stres mereka dengan berdebat satu sama lain.
"Argh! Aku sangat lelah denganmu, Uchiha!" teriak Sakura.
"Hn. Kalau begitu kenapa kau berjalan di sampingku, bodoh." balas Sasuke.
"Hah! Baik!" Sakura mendengus marah, berjalan melewati Naruto dan yang lainnya sebelum meraih lengan Hinata dan menyeretnya ke depan.
"Ayo, Hinata-chan, mari kita mengobrol!"
"U-Um... oke Sakura-chan." Hinata tergagap dan membiarkan dirinya diseret ke depan anggota kelompok lainnya.
"Teme. Pacarmu baru saja menarik pacarku!" Naruto mendengus.
Dr. Hikaru diam-diam... mengamati?
"Bukan salahku, aku tidak bisa mengendalikan apapun yang dia lakukan." ucap Sasuke dengan datar.
"Tidak bisakah kau setidaknya mengatakan sesuatu yang baik padanya sesekali? Jadi dia tidak akan... gila dan menakutkan." ucap Naruto sambil menatap kedua gadis yang berada sekitar sepuluh kaki di depannya.
"..." Sasuke tetap diam. 'Kurasa aku bisa mengatakan sesuatu yang baik sesekali...' Ia mencoba mengingat kembali kapan ia pernah memuji gadisnya itu. Ia tidak bisa memikirkan apapun. Sasuke memasukkan tangannya di sakunya; ia bukan orang yang suka memuji orang. Ia juga tidak terlalu pandai berkomunikasi. Ia hanya berpikir bahwa Sakura akan tahu bagaimana perasaannya ketika ia mencium gadis itu, atau bercinta dengan gadis itu. Sampai minggu lalu ketika ia mengatakan bahwa ia mencintai Sakura, yang merupakan komunikasi terpanjang yang mereka miliki dalam hubungan mereka sejauh ini.
Sasuke menghela nafas; lagipula hubungan mereka tidak di awali dengan sangat baik setelah ia kembali dari Orochimaru ketika ia baru berusia tujuh belas tahun. Ia meringis mengingatnya.
"APA YANG KAU PIKIRKAN? Apa kau tahu berapa banyak masalah yang kau sebabkan pada kami?! Berapa banyak masalah yang kau sebabkan padaku? HUH?" Sakura memekik pada Sasuke yang sedikit merasa ketakutan di atas ranjang rumah sakit.
Sasuke tidak terlalu menyukai ingatan itu. Tapi ia pikir itu hanya cara Sakura menunjukkan padanya bahwa gadis itu masih peduli... itu yang ia pikirkan.
"Caramu benar-benar salah." ucap Sasuke ketika Sakura mencoba lagi untuk mendapatkan jutsu yang benar.
"Diam Uchiha, aku tidak butuh bantuanmu!"
Sasuke tersenyum pada ingatan itu... mereka benar-benar membenci satu sama lain pada saat itu. Bahkan setelah satu tahun penuh ia kembali.
"Tidak Sasuke, kurasa kita tidak harus pergi ke sana, itu jelas jebakan!" Sakura berbisik marah pada Uchiha.
"Che. Itu yang mereka ingin kau pikirkan Sakura, ini semua tentang strategi." balas Sasuke dengan puas.
"Hei berhenti bertengkar dan cepatlah!" Naruto mendesak mereka dengan cepat.
"Kita harus melakukannya dengan caraku!" Sakura mendesis.
"Caramu jelas salah!" Sasuke balas mendesis.
Sasuke ingat bagaimana mereka tidak bisa sepakat tentang hal apapun, mereka tampaknya terus-menerus berpegang teguh pada keyakinan masing-masing. Ia melirik ke depan ke punggung Sakura; gadis itu sekarang tertawa dan mengobrol dengan Hinata.
Ia ingat sekitar setahun yang lalu ketika ia pertama kali mencium Sakura...
Sasuke berdiri diam di belakang Sakura ketika gadis itu berdiri di jembatan yang menyimpan begitu banyak kenangan.
"Che. Silakan Uchiha, katakan betapa bodohnya aku. Aku yakin kau sangat bahagia karena strategimu benar." Sakura berbisik, bahkan tidak mau berbalik.
"..." Sasuke tetap diam sambil terus menatap punggung Sakura.
"Heh. Memilih untuk diam, aku mengerti. Itu selalu cara yang termudah bukan?" Sakura tertawa pahit dan Sasuke menyipitkan matanya di belakang gadis itu.
"Kau tahu..." Suara lembut Sakura keluar, membuat Uchiha mengangkat kepalanya.
"Aku pikir kau akan berubah, meskipun hanya sedikit ketika kau kembali." Sakura memulai sambil memusatkan perhatiannya pada air di bawah jembatan.
Sasuke tetap diam, membiarkan Sakura tahu bahwa ia mendengarkan.
"Tapi kau tahu apa? Aku salah." Sakura tertawa pahit lagi saat akhirnya berbalik untuk menghadap Sasuke. "Aku salah, Sasuke! Kau tidak akan pernah berubah! Kau hanya akan tetap menjadi bajingan berhati dingin yang sama!" Ia berteriak, matanya sekarang dipenuhi dengan air mata frustrasi.
Mata Sasuke membelalak... ia belum melihat Sakura menangis sejak ia berusia dua belas tahun.
"..." Sasuke diam sekali lagi.
"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?" Sakura berteriak ketika ia mencoba melemparkan pukulan ke arah pemuda itu.
Sasuke menangkap tinju kecil Sakura dengan mudah.
"Kau tahu, aku tidak peduli apa yang terjadi padamu, Uchiha! Kau sudah mati bagi kami! Bagiku! Kau sudah mati..." ucap Sakura dengan marah, air matanya jatuh.
Sasuke masih diam, masih memegang tinju mungil Sakura.
"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Kenapa kau pergi...?" Sakura menangis, mencoba bergerak menuju Uchiha bungsu itu dan memukul dada pemuda itu. "Aku membencimu!"
Sasuke menangkap pergelangan tangan Sakura, membuat gadis itu tidak bisa memukul lagi. Sasuke menjauhkannya, tapi masih memegang pergelangan tangan mungil gadis itu.
"Katakan saja padaku, Sasuke! Kenapa...?" ucap Sakura dengan putus asa sambil menatap marah pada Sasuke.
Apa yang Sasuke lakukan selanjutnya sama sekali tidak terduga. Tanpa berbicara apapun, Sasuke menekankan bibirnya ke bibir Sakura dalam sebuah ciuman putus asa yang membuat Sakura benar-benar terkejut.
Sasuke cepat-cepat mundur, menarik napas saat Sakura juga melakukan hal yang sama.
"S-Sasuke...?" Sakura tergagap, amarahnya sekarang terlupakan. Sasuke menarik pinggangnya agar lebih dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
"Kau benar-benar... menyebalkan." Sasuke berbisik di bibir Sakura sebelum melumat bibir gadis itu lagi, kali ini lebih bersemangat.
Sasuke tersenyum. Ia tahu jauh di dalam benaknya saat itu bahwa ia mencintai Sakura, bahkan seandainya ia tidak siap untuk mengakui hal itu pada dirinya sendiri pada saat itu.
"Oi! Teme!" Suara Naruto membuat Sasuke keluar dari pemikirannya. "Kita sampai di sini."
Sasuke memandang ke depan sekali lagi, menuruni bukit tempat mereka berada, di desa Kirigakure. Saat mereka berjalan bersama, Sakura melewatinya, ia dengan cepat meraih pergelangan tangan gadis itu, menyebabkan gadis itu berhenti. Sekarang adalah waktunya untuk mencoba memuji gadis itu!
Sasuke menarik Sakura mendekat dan memberikan kecupan lembut di bibir gadis itu, kemudian berbisik di telinga gadis itu sebelum berjalan pergi. "Kau cantik."
Sakura berdiri diam di tempat sedangkan Sasuke berjalan ke depan menuju anggota kelompok lainnya. Sasuke tak pernah mengatakan bahwa ia cantik sebelumnya! Ia tersenyum sendiri. 'Sialan!' inner Sakura bersorak.
Sakura tetap berdiri di sana, linglung, mengangkat tangan meraba bibirnya.
"Sakura, bergegaslah." Suara Sasuke menarik Sakura dari lamunannya.
"Y-Ya!" Sakura berteriak dengan gembira, berlari mengejar ketertinggalannya dengan anggota kelompok lainnya.
***
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)