Sabtu pagi telah tiba dan Sakura bangun tanpa Sasuke di sebelahnya. Ia sedikit kecewa dan dengan malas mengusap matanya. Ia melihat ke sekeliling ruangan untuk mencari tanda-tanda Sasuke, tapi pria itu tidak ada di sana. Ia tetap di tempat tidur selama beberapa menit sampai ia bisa meyakinkan tubuhnya untuk tidak malas.
Setelah cukup lama, ia menghela nafas dan memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur. Ia mengambil salah satu kemeja Sasuke dan mengenakannya dengan asal seraya berjalan ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri, ia melangkah keluar kamar untuk mencari tahu dimana Sasuke. Tapi ia tak perlu repot-repot mencari, karena begitu ia melangkah ke ruang tamu, pria itu ada di sana berolahraga membentuk perutnya dan melakukan gerakan yang sangat berkeringat.
Sakura tak ingin mengganggu Sasuke. Sebagai gantinya, ia berdiri di dekat kusen pintu dan memperhatikan Sasuke berolahraga, dan untuk beberapa alasan, itu membuat Sakura merasa sulit bernafas. Keringat yang keluar dari pori-pori Sasuke mengalir ke punggung diikuti dengan nafas terengah-engah, pria itu terlihat sangat seksi. Cara perut Sasuke yang terlihat sangat padat dan sempurna juga turut membuatnya luluh.
Akhirnya, Sakura memutuskan untuk membuat kehadirannya diketahui Sasuke dan menghentikan musik keras yang sedang diputar di radio.
"Oh, hei," sapa Sasuke terengah-engah.
Sakura berjalan mendekati Sasuke, mengulurkan tangan ke perut pria itu, merasakannya di bawah jarinya dan ia merasakan desiran menjalar ke punggungnya. "Panas sekali." Ia memekik.
Sasuke terkekeh dan memutar matanya, kemudian ia mengecup bibir wanita itu. "Apa kau tahu hari ini hari apa?" tanyanya.
Sakura tersenyum senang. Ia telah menunggu hari ini karena ia akhirnya bisa meyakinkan Sasuke untuk memiliki seekor anjing dan mereka akan mengadopsinya hari ini. Sangat menyenangkan.
"Tentu saja!" Sakura berseru dengan puas, "Kau akan segera menjadi ayah."
Sasuke mengangkat alisnya. Ia tak yakin bagaimana perasaannya dipanggil ayah. "Aku lebih suka disebut pemilik hewan peliharaan." ucapnya seraya menarik Sakura ke dadanya yang berkeringat.
Sasuke sangat lengket dan kotor. Sakura tidak begitu menyukainya, tapi ia masih menjulurkan lidah ke pipi Sasuke dan mencicipinya.
Pria itu lengket, kotor, dan asin.
"Jika aku menjadi seorang ibu maka kau akan menjadi seorang ayah." Sakura memukul dada Sasuke main-main sebelum ia melingkarkan lengannya di pinggang pria itu, "Dan kau harus mandi karena seseksi apapun penampilanmu sekarang, kau tetap bau." Ia berbisik.
Setelah Sakura berkata seperti itu, Sasuke dengan cepat mengangkat Sakura ke atas bahunya dan berjalan ke kamar mandi. Ia menampar pantat Sakura dan wanita itu memekik.
"Bagaimana kalau kau memandikanku?"
***
Sekitar pukul sebelas, mereka akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah. Mereka berencana pergi ke restoran untuk sarapan sebelum melesat ke penampungan hewan untuk menemukan anak anjing yang mungkin bisa memakan waktu berjam-jam.
Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.
Mereka pergi ke restoran terbaik di kota. Yang menyajikan kopi terbaik dan pancake paling nikmat di sana. Banyak hal yang Sakura coba saat bersama Sasuke dan disanalah ia tahu bahwa ia belum pernah hidup seperti ini sama sekali sebelum bersama Sasuke. Kehidupan sekarang tampaknya jauh lebih menyenangkan dan indah karena pria itu.
Sakura sedang melakukan diet selama dua puluh hari, ia hanya memesan jus sayuran sederhana dengan roti bakar namun Sasuke berusaha keras dan memaksanya memakan bacon, telur dadar orak, pancake blueberry dan jus jeruk. Ia tidak menyalahkan Sasuke, pria itu berolahraga; wajar saja kalau dia makan dengan jumlah yang lumayan.
"Kau mau bacon?" tawar Sasuke.
Sakura memutar matanya ke arah Sasuke, pria itu tahu betul ia tidak suka makan daging dan sejauh ini rencananya untuk membuat Sasuke menjadi vegan seperti dirinya gagal total. Itu tidak berhasil.
"Langkahi dulu mayatku." ucap Sakura.
Sasuke menyeringai pada Sakura sebelum mengambil gelas jus jeruknya dan menyesapnya. "Cherry, bagaimana bisa kau tidak suka bacon?"
Sakura mengangkat bahu, "Aku tidak pernah bilang aku tidak suka itu. Aku pernah makan bacon sebelumnya, dulu rasanya enak, tapi sekarang daging hanya membuatku mual." jawabnya, "Aku punya selera makanan yang berbeda dari milikmu."
"Kurasa aku bisa menerimanya." ucap Sasuke dan dengan lembut menempatkan ciuman di bibir Sakura sebelum menghabiskan jus jeruknya.
Sasuke memanggil pelayan untuk mendapatkan tagihannya, dan seperti biasa, ia memberi tip yang cukup besar karena ia menghargai orang yang bekerja di restoran dan tahu bahwa mereka tidak menghasilkan banyak uang. Kapanpun ia bisa memberikan tip yang besar, ia pasti melakukannya.
***
Akhirnya, mereka kini dalam perjalanan menemukan anak anjing yang sempurna untuk diadopsi.
Dalam perjalanan ke tempat penampungan hewan, Sakura hanya diam. Ia merasa sedikit mual dan memutuskan untuk meletakkan kepalanya di bahu Sasuke.
Sasuke menatap Sakura sejenak dan mengecup kening wanita itu. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya.
Sakura mengangguk dan mengecup pipi Sasuke, "Aku baik-baik saja." jawabnya.
Tak lama kemudian, mereka hampir sampai di penampungan hewan. Semakin dekat mereka, Sakura semakin terlihat bersemangat. Bahkan dengan jadwal Sakura yang sibuk, Sakura tak peduli, ia hanya menginginkan anak anjing. Ia selalu menginginkannya, tapi ketika ia masih bersama Sasori, ia benar-benar tidak punya waktu dan Sasori selalu mengeluh tentang bagaimana dia alergi terhadap hewan. Berbeda dengan Sasuke, pria itu akan melakukan apa saja untuk menyenangkannya.
Mereka berhenti di tempat penampungan hewan sekitar pukul setengah satu siang dan Sasuke hanya bisa melihat binar di mata Sakura. Dan itu membuatnya bahagia.
Ini dia. Mereka akan mengadopsi anjing mereka sendiri.
Mereka pasti bisa melakukannya. Ngomong-ngomong, seberapa sulitkah memiliki hewan peliharaan? Mereka baru saja akan mencari tahu.
Dengan bergandengan tangan, mereka berjalan melintasi tempat parkir ke tempat penampungan hewan. Disana penuh sesak dengan binatang di dalam sangkar dan itu menyakitkan bagi Sakura yang melihatnya. Ada yang tampak sedih... ada yang kotor... ada yang tampak tidak tertarik pada sekitarnya sama sekali. Ia rasanya ingin mengadopsi mereka semua tapi ia tahu ia tidak bisa kecuali ia ingin Sasuke menjadi kesal padanya.
Ia hanya tidak percaya bahwa binatang apapun harus dikurung seperti itu.
Mereka didampingi seorang wanita muda disana dan bersama-sama akan memeriksa lusinan sangkar yang penuh anjing, dan anak-anak anjing kecil dari berbagai jenis.
"Ada spesifik yang kalian cari?" tanya wanita muda itu ramah, yang membantu Sakura dan Sasuke.
Sakura menatap Sasuke yang lengannya melingkari pinggangnya dan tersenyum.
"Sebenarnya ya," jawab Sakura, "Aku mencari yang lucu dengan kepribadian seperti lelaki ini," Ia menunjuk Sasuke, "Akan kuberitahu jika aku menemukan yang tepat."
Wanita muda itu tersenyum pada pasangan di depannya dan mereka terus berjalan dari sangkar satu ke sangkar yang lain. Kesabaran adalah kuncinya. Mereka harus memilih yang tepat.
Beberapa anjing benar-benar menggemaskan tapi mereka tidak memiliki kriteria yang diperlukan untuk meluluhkan hati Sasuke dan Sakura.
Sakura duduk di samping sangkar seekor anjing Doberman. Namanya King. Anjing itu tampak berusia sekitar dua tahun dan dia diselamatkan dari tragedi kebakaran. Sakura mengagumi keberanian anjing kecil itu ketika ia diberitahu tentang cerita penyelamatannya. Ia ingin mengadopsinya, tapi anjing itu tampak tidak stabil dan sehat.
Sasuke menginginkan seekor anjing yang siap untuk apa saja dan kapan saja. Ia menginginkan seekor anjing yang suka berpartisipasi dalam kegiatan. Pergi jalan-jalan, menghabiskan hari libur, atau mengejar mainan di taman.
Setelah tiga jam berkeliling, seekor anak anjing kecil dibawa masuk oleh seorang wanita. Anjing itu berwarna emas sangat terang dan dia adalah jenis dari Golden Retriever. Matanya berwarna campuran cokelat dan hijau, hidungnya kecil dan berwarna kecoklatan, telinganya relatif pendek dan tergantung didekat pipinya. Ekornya tebal dan berbulu di bagian bawah.
Ketika anak anjing itu diperkenalkan pada Sakura, ia diberitahu bahwa anjing itu belum memiliki nama dan dia adalah bayi anjing yang baru lahir enam bulan lalu, anjing itu diperoleh dari sebuah rumah yang pemiliknya meninggal karena kecelakaan mobil. Sakura sangat bersimpati pada anak anjing malang itu.
Sakura duduk di lantai dan mengambil anak anjing kecil itu dari sangkarnya dan meletakkannya di pangkuannya. Sesuatu tentang anjing itu membuat hatinya meleleh karena gembira dan ia tahu anjing itulah yang melakukannya. Anjing itu persis seperti yang diinginkannya. Dia memiliki pesona yang membuat Sakura menyukainya. Tingkah menariknya. Dia bertingkah tangguh tapi begitu Sakura meletakkannya di atas lututnya dan menepuk perutnya, anak anjing kecil itu mengeluarkan suara. Tangguh di luar tapi sensitif dan manis di dalam. Sakura sudah merasa akan mencintai anak anjing itu sampai mati. Dan selain itu, satu keuntungan bagi Golden Retriever, mereka mudah dilatih.
Sasuke bisa melihat senyum Sakura dan begitu juga wanita yang membantu mereka. Ia bergabung dengan Sakura di lantai dan menepuk anak anjing itu juga. Anjing itu menggerakkan kakinya dan menunjukkan kegembiraan. Sasuke dengan lembut membelai bulu anjing itu dan membiarkan anjing itu mengendus dan menjilat tangannya.
"Hei," ucap Sasuke, "Siapa namamu, teman?"
Sakura begitu terpesona pada saat anak anjing itu turun dari pangkuannya dan melompat ke lengan Sasuke secara tak terduga dan mulai menjilati wajah pria itu.
"Oh, hei!" Kata-kata itu keluar dari mulut Sasuke seraya terkekeh dan terus bermain dengan anjing itu.
Sakura bangkit dari lantai dan berdiri di samping wanita muda yang sepertinya juga tidak bisa mengalihkan tatapannya melihat betapa lucunya anjing itu bersama Sasuke.
"Jadi yang ini?" Wanita muda itu bertanya pada Sakura.
Sakura tersenyum pada Sasuke dan mengangguk. Ia mencintai anjing itu; Sasuke jelas mencintai anjing itu juga. Ia dan Sasuke sehati. Ia sudah tahu. Mereka berdua akan mencintai anjing itu.
"Ya," ucap Sakura bahagia, "Anjing ini yang kami cari."
Dua puluh menit kemudian, anak anjing itu sudah berada di tangan Sasuke sementara Sakura mengisi formulir adopsi.
***
Mereka membutuhkan persediaan hewan peliharaan, seperti makanan, mainan, dan obat-obatan. Mungkin memiliki seekor anjing adalah tanggung jawab yang jauh lebih besar, tapi Sasuke tak sedikitpun menyesali keputusan itu karena setiap kali ia melihat ke sebelahnya di kursi penumpang, ia tak bisa menahan perasaan hangat yang didapatnya ketika melihat Sakura berbinar menatap hewan peliharaan itu.
"Jadi, kita memanggilnya apa?" tanya Sasuke.
Ya, mereka masih belum mencarikan sebuah nama dan anjing itu membutuhkannya.
Sakura mengangkat bahu, ia belum benar-benar memikirkannya. Ia tidak menjawab Sasuke selama beberapa menit.
"Bagaimana dengan Sasu?"
Sasuke segera menggelengkan kepalanya. Hell no!
"Kenapa tidak?" Sakura cemberut.
"Karena kau memanggilku seperti itu dan aku tidak ingin anjing ini berlari ke kamarku ketika aku bercinta denganmu." ucapnya.
Sakura tertawa terbahak-bahak. Sasuke benar. Mereka butuh sedikit kreatif mencari sebuah nama.
"Baik, kalau begitu kau yang pilih." ucap Sakura.
"Jake..."
"Tidak."
"Axle..."
"Tidak."
"Bronson..."
"Itu cocok untuk anjing lain."
"Funky..."
"Aku tidak suka itu."
Sasuke mendesah...
"Chasper?"
"Tidak cocok untuk anjing ini..."
"Aku menyerah." Sasuke mendesah lagi.
"Tapi dia butuh nama, Sasuke-kun," Sakura dengan pelan bermain-main dengan telinga anjing yang sensitif itu, membuat anjing itu mengeluarkan suara. "Lihat, dia setuju denganku."
"Mars..." Sasuke mencoba lagi.
"Apa kau suka itu?" Sakura menarik anjing itu menjauh dari bahunya dan menatapnya, anjing itu mengeluarkan suara lagi. "Tidak. Dia tidak menyukainya."
"Sam?"
"Tidak..."
"Noel..."
"Hm, imut... tapi tidak..."
"Batman?"
Sakura terkikik. "Kau akan menamai hewan peliharaan kita dengan superhero?"
"Ya," Sasuke mengangguk, "Kenapa tidak?"
"Aku tidak setuju, itu terlalu mainstream."
"Kau menyebalkan." Sasuke mengerang. "Bagaimana dengan Oliver?"
"Tidak."
"Cody... Wimpy... Willo... Luke... Lucky... Wacky..."
"Itu!"
"Wacky?" tanya Sasuke.
"Bukan," Sakura menggoyangkan jarinya, "Yang sebelumnya."
"Luke?"
"Bukan, setelah itu."
"Lucky?"
"Nah!"
Lucky. Itu sangat cocok untuk anjing ini. Dia adalah anjing yang beruntung.
"Lucky." Sakura mencoba nama itu dan anjing itu memandangi pemiliknya dengan tatapan mata paling indah yang pernah dilihat Sakura. Jantungnya berdebar karena sukacita. "Lucky." Ia mengulangi lagi, "Nama ini cocok untukmu."
Sasuke mengangguk setuju. Itu benar.
***
Mereka berhenti sebentar di toko hewan peliharaan untuk membeli mainan baru untuk Lucky dan makanan sehat, mereka juga pergi ke dokter hewan untuk memeriksanya, untuk memastikan bahwa dia adalah anjing yang sehat. Sakura juga berpikir bahwa Lucky perlu bercukur dan mandi sehingga mereka membawanya ke salon hewan untuk menyelesaikan semua itu.
Mereka tiba di rumah sekitar jam sepuluh malam, mereka berdua kelelahan tapi semuanya sepadan dengan apa yang mereka dapat. Sasuke memperbaiki rumah anjing Lucky di dalam ruang kecil di rumah itu. Rumah anjing itu dipagari sehingga mereka tak perlu khawatir Lucky akan melarikan diri pada malam pertamanya.
Setelah Lucky diberi makan, dia duduk di pangkuan Sakura dengan Sasuke disampingnya, berbaring. Mereka memandangi anjing itu dan menghela nafas. Semuanya terasa layak sekarang. Anjing itu aman dan di rumah yang pantas di mana dia akan mendapatkan banyak cinta dan perhatian.
"Selamat datang di rumah, Lucky." Mereka berdua menyambut anjing itu dengan baik dan berbagi ciuman kecil.
"Kau senang?" tanya Sasuke ketika ia menatap lurus ke mata Sakura.
Mata tidak pernah berbohong dan hanya dengan melihat ke dalam mata hijau itu, Sasuke sudah tahu jawabannya. Sakura mengangguk dan mengecup bibir Sasuke.
"Lebih bahagia dari sebelumnya." jawab Sakura.
***
To be continued.
To be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan :)