expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Nine Years #10



Baru jam lima lebih lima belas sore ketika Sakura sampai di rumah pada Jumat malam. Ia kelelahan tapi ia cukup senang bahwa akhir pekan ada di depan matanya dan ia bisa bermalas-malasan di sofa dengan Sasuke dan anjing mereka, menonton film-film lama seraya menikmati es krim. Itu pemikiran yang membuat hatinya hangat.
Begitu ia membuka pintu, ia disambut oleh Lucky yang berumur dua minggu disana. Ia tersenyum dan ingin menggendong anjing itu tapi tangannya penuh dengan bahan makanan. Ia menutup pintu dengan tendangan kakinya lalu berjalan ke dapur dan meletakkan kantong-kantong belanjaan di konter dapur.
Ia kemudian berlutut di lantai dan meraih anjingnya dan menepuk bulunya yang lembut. Lucky menjilati wajahnya dan kaki depan anjing itu menyentuh lehernya.
"Apa kau merindukan mama, hari ini?" tanya Sakura.
Lucky mengeluarkan suara menggonggongnya pada Sakura dan wanita itu terkikik.
"Aku akan menganggap itu sebagai ya." ucap Sakura, "Mama juga merindukanmu hari ini!"
Lucky mengayunkan kakinya dan mengeluarkan suara lagi.
Sakura tersenyum. Ia menghargai cinta yang ia dapatkan dari anjing itu dan ia tidak menyesal mengadopsinya karena anjing itu menjadi bagian yang sangat besar dari hubungannya dan Sasuke belakangan ini.
Bangun setiap pagi pada jam lima untuk pergi berjalan-jalan dengan Lucky selalu berarti baginya. Menonton Sasuke melempar beberapa bola tenis hijau di taman anjing dan Lucky berlari mengejar mereka dan menangkapnya di mulutnya adalah sesuatu yang Sakura suka. Sungguh menakjubkan memiliki Lucky sebagai bagian dari hidupnya.
Sakura bangkit dari lantai dengan Lucky di gendongannya. Ia mengambil mangkuk anjing itu di rumah anjing dan menuangkan makanan anjing ke mangkuk sebelum menempatkan Lucky dan mangkuk itu kembali di lantai.
Ketika ia menyaksikan Lucky menundukkan kepalanya di mangkuk dengan penuh rasa gembira untuk memakan makanannya, ia bertanya-tanya mengapa Sasuke belum pulang. "Di mana papa?"
Tepat ketika ia berbicara, ia mendengar kenop pintu diputar dan pintu terbuka. Ia tersenyum pada Sasuke yang berdiri di dekat pintu dengan salah satu tangannya berada di belakang punggung.
"Aku baru saja mempertanyakanmu." ucap Sakura.
Sasuke menutup pintu dan melemparkan jasnya ke salah satu sofa di ruang tamu sebelum berjalan menuju Sakura di dapur.
"Aku berharap kau akan sampai di sini sebelum aku." ucap Sasuke ketika ia mendekat ke arah Sakura dan mengecup bibir wanita itu berulang kali.
Sakura mengerang. "Oh ya? Kenapa begitu?" tanyanya saat Sasuke menarik diri.
Tangan Sasuke yang berada di belakang punggungnya akhirnya terulur dan Sakura tersenyum padanya. "Karena aku membawakanmu mawar." ucapnya.
Sakura mengambil mawar itu dari Sasuke dengan berbinar dan mencium aromanya. Mawar. Ia menyukai mawar, itu adalah favoritnya.
"Kau akan mendapatkan ciuman lagi untuk ini." ucap Sakura. Ia mencium Sasuke lagi, lalu menarik diri dan tersenyum. "Terima kasih untuk mawar-mawarnya."
"Sama-sama." jawab Sasuke.
Sementara Sakura bergegas mencari vas untuk tempat bunga mawarnya, Sasuke berlutut di lantai dan menepuk Lucky.
"Hei, teman." sapa Sasuke. Lucky menjilat tangannya dan ia menggendong anjing itu. Ia memiliki beberapa hal liar dalam benaknya dan meskipun ia sangat menyayangi anjing itu, ia tidak ingin anjing itu ada di sana mengacaukan rencana liarnya.
Sasuke membawa serta tas yang berisi mainan Lucky dan membawanya ke ruang kecil tempat anjing itu tidur.
"Bersenang-senanglah disini, teman." ucap Sasuke.
Sasuke pergi ke kamar mandi dan mencuci tangannya sebelum kembali ke dapur dimana kini Sakura berada.
Sakura sudah mulai menyiapkan makan malam dan jujur saja Sasuke tidak terlalu lapar akan makanan saat ini. Ia lapar tentang hal lain. Ia menginginkan Sakura. Ia ingin membuat Jumat malam yang biasa berbeda minggu ini.
Sasuke berjalan ke belakang Sakura dan mulai mencium leher wanita itu. Sakura mengerang.
"Apa yang kau inginkan untuk malam ini? Daging sapi atau ayam?" tanya Sakura.
Sasuke menggigit telinga Sakura dan wanita itu mengerang. "Aku punya ide lain." bisiknya.
"Apa itu?" tanya Sakura.
Sasuke mengambil pisau di tangan Sakura yang wanita itu gunakan untuk memotong sayuran dan menaruhnya di wastafel. Ia melingkarkan lengannya erat-erat di pinggang Sakura dan membenamkan wajahnya di rambut softpinknya saat ia berbisik di telinga wanita itu.
"Bagaimana dengan bermain peran?" tanya Sasuke.
"Terdengar menarik." Sakura menggigit bibirnya.
Ini sesuatu yang baru. Dengan Sasuke, Sakura tak pernah tahu apa yang akan dilakukan dan bermain peran bukanlah sesuatu yang pernah ia lakukan sebelumnya. Hal itu sudah menjadi fantasinya selama beberapa tahun terakhir, tapi ia tak pernah berani mencobanya.
Bahkan jika ia melakukannya, ia tak pernah membayangkan dirinya melakukannya dengan Sasori ketika mereka masih bersama. Itu tidak cocok.
Tapi dengan Sasuke, semuanya terasa cocok. Ia tidak tahu apakah itu karena Sasuke yang tampaknya tahu bagaimana tubuhnya bekerja atau apakah itu karena penampilan dan pembawaan diri pria itu.
Ini sangat menggairahkan baginya.
"Sangat menarik." Sasuke berbisik lagi. "Jadi, bagaimana menurutmu?" tanyanya.
Sakura mengangkat bahu. Ia tipe wanita yang suka bereksperimen dan ia ingin mencoba sesuatu yang baru di tempat tidur. Terutama jika itu membumbui hubungannya dengan Sasuke.
"Bawa aku ke kamar." ucap Sakura memberitahu Sasuke.
Sasuke menggelengkan kepalanya. "Tidak di kamar tidur." ucapnya. "Kita akan melakukannya di mana saja kecuali di kamar tidur."
Ini pasti menjadi malam yang menarik.
"Baiklah." bisik Sakura setuju.
Sasuke akhirnya memutar tubuh Sakura agar menatapnya dan membelai rambut wanita itu. Ia dengan lembut membawa bibirnya ke bibir Sakura dan membiarkan wanita itu mengambil kendali penuh dari ciuman mereka.
Bibirnya bergerak ke telinga Sakura dan ia menggigitnya, membuat wanita itu memekik. "Kau tidak boleh mengeluarkan cairan manismu kecuali aku menyuruhmu." bisik Sasuke.
Sakura menelan ludah. "Tapi-" Ia mulai keberatan.
Sasuke membungkam Sakura dengan menggerakkan jarinya di bibir wanita itu. "Apa kau sepakat?" tanyanya.
Sakura mengangguk pelan. "Oke." jawabnya.
"Bagus." Sasuke tersenyum.
Ia kembali mencium Sakura. Ia membuka kancing baju wanita itu. Satu demi satu, hingga memperlihatkan bra yang menutupi payudara Sakura. Bibirnya bergerak ke leher wanita itu. Sakura mendongakkan kepalanya ke belakang dan memberi Sasuke akses lebih banyak. Ia terangsang, ia tidak seperti Sasuke, ia tidak memiliki kesabaran untuk omong kosong ini. Ketika ia menginginkan Sasuke, ia menginginkannya sekarang.
Segalanya menjadi kasar dan cepat, dan Sasuke hampir berharap itu tidak terjadi. Ia ingin menunjukkan cintanya pada Sakura lebih dulu, tapi sekali lagi ia tahu bahwa wanitanya itu tidak sabaran.
Bibir mereka bertemu lagi ketika mereka berjalan mundur ke ruang tamu. Sama sekali tak mau repot-repot memutuskan ciuman mereka.
Sasuke menekan tubuh Sakura ke dinding terdekat di ruangan itu dan Sakura merintih ketika Sasuke menggerakkan bibirnya di atas kulit payudaranya. Sasuke menggigit keras dan menghisapnya sampai muncul tanda yang coba ia tinggalkan. Ini adalah cara kecilnya sendiri untuk memberitahu dunia bahwa Sakura adalah miliknya.
Sakura mengerang. Matanya terbuka dan ia melihat bahwa semua jendela dalam keadaan terbuka. "Sasuke-kun," bisiknya.
Sasuke menatap mata Sakura dengan khawatir.
"Jendelanya terbuka." ucap Sakura memberitahu Sasuke.
Sasuke tidak peduli tentang jendela sialan itu. "Aku tidak peduli dengan jendela. Aku menginginkanmu." ucap Sasuke.
"Kau menginginkanku?" tanya Sakura sambil tersenyum.
"Iya, kau." jawab Sasuke.
Tangan Sasuke berjalan ke bawah rok Sakura. Melewati celana dalam wanita itu dan mulai menyentuh dibaliknya. Bergerak perlahan pada awalnya, tapi saat erangan Sakura meningkat, ia mulai mempercepat gerakannya.
Kaki Sakura bergetar. Ia menggigit bibirnya dengan keras. Dengan mata terpejam pinggulnya menggeliat di dinding, meminta Sasuke untuk menjadi lebih kasar dan lebih cepat.
Sasuke membuka kancing bra Sakura dengan tangan satunya dan melemparnya ke lantai. Ia mencubit puting Sakura yang membuat wanita itu menjerit.
"Sial, Sasuke-kun!"
"Kau suka itu, hm?" ucap Sasuke menggoda.
Tubuh Sakura bergetar bagai ombak yang kuat, tapi entah bagaimana ia ingat perjanjian mereka. Ia tidak boleh mengeluarkan cairannya sampai Sasuke menyuruhnya.
Dan Sasuke tersenyum pada Sakura.
"Siapa yang menyangka kau bisa mengikuti perintah?" Sasuke menyeringai.
Sakura membuka matanya dan menarik Sasuke ke dalam ciuman. Seluruh tubuhnya terbakar dan ia tidak tahu bagaimana perasaannya dibiarkan hanya dengan sepotong pakaian sementara Sasuke masih berpakaian lengkap.
Ia ingin merasakan kulit Sasuke... merasakan kulit mereka terbakar bersama.
Sakura menarik diri dari kegiatannya menggigit bibir bawah Sasuke. Ia merobek semua kancing kemeja Sasuke dengan kasar dan mendorong pakaian itu dari bahunya. Ia kemudian berlutut dan melepas sepatu Sasuke saat sejenak ia menggoda organ intim pria itu yang sudah mengeras dibalik celana.
Sasuke menyingkirkan sepatunya dengan kakinya dan membiarkan Sakura mulai melepas ikat pinggangnya. Ia memperhatikan Sakura dengan gairah di matanya. Ingin meniduri wanita itu sampai matahari terbit keesokan paginya.
Celana Sasuke meluncur ke lantai dan segera disusul dengan boxernya juga.
Ada sesuatu yang sangat panas tentang Sakura yang berlutut melihat miliknya yang mengeras. Itu membuat Sasuke tergelitik.
Sakura terkikik kecil dan Sasuke memandang dirinya.
"Memohonlah untuk itu." Sakura menantang Sasuke. Jika Sasuke memerintahkannya tentang kapan harus keluar maka ia akan mengambil keuntungan dari aturan itu juga.
Mata Sasuke melebar. "Aku tidak pandai memohon." ucapnya.
"Jika kau ingin aku menghisapmu, kau harus berusaha untuk itu dan yang harus kau lakukan hanyalah memohon." ucap Sakura.
Sakura mulai membelai perut Sasuke yang kencang, bermain dengan jarinya sampai ke paha pria itu.
Sasuke menggeram.
Sakura menggenggam milik Sasuke di tangannya dan dengan lembut memijatnya untuk membuatnya keras dan sensitif.
Mendongak menatap Sasuke, Sakura melihat bibir pria itu terbuka dan matanya tertutup rapat ketika ia mulai menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah.
Naik turun dalam gerakan yang lambat.
Setelah melakukan itu hampir berulang kali selama beberapa menit, sedikit cairan mulai muncul di ujung milik Sasuke dan Sakura melihat kembali pada pria itu.
"Yang harus kau lakukan adalah memohon." Sakura mengingatkan Sasuke.
Sakura mengecup bagian sisi milik Sasuke dan membelainya lebih cepat.
"Sial!" Sasuke mengerang.
Sakura bermain dengan bola Sasuke menggunakan tangannya yang lain. Ia dengan berani memainkan bola sensitif itu di mulutnya dan menggigitnya dengan hati-hati. Dan ia mendengar suara terseksi yang belum pernah ia dengar keluar dari mulut Sasuke. Itu membuatnya senang.
Milik Sasuke keras seperti batu, Sakura mulai membelainya lagi. Membuat Sasuke menyaksikan Sakura memperdaya dirinya. Membuat Sasuke menyaksikan semua cairannya menjadi sia-sia karena ia terlalu keras kepala untuk memohon.
"Sial, kumohon Sakura!" Kata-kata itu meluncur tiba-tiba dari bibir Sasuke tanpa disadari.
Sebuah senyum kemenangan yang Sasuke lihat terpasang di bibir Sakura membuatnya marah.
Sakura yang memegang kendali dan ia menikmati setiap bagiannya. "Anak baik."
Sasuke memperhatikan Sakura ketika wanita itu menundukkan kepalanya pada miliknya yang berdenyut-denyut keras. Inci demi inci... Sakura membawa miliknya mendekati mulutnya.
Mencicipi ujungnya kemudian memasukkan ke dalam mulutnya.
"Oh, sial!" Sasuke menutup matanya.
Ia tidak tahan lagi. Ia tidak bisa.
Ia meraih rambut Sakura dan mendorongnya untuk melakukan lebih dalam dan wanita itu menurutinya.
Sasuke tak percaya betapa beruntungnya ia.
Ini... di depannya, wanita yang selalu ia rindukan memanjakannya dengan luar biasa.
Sial, Sakura pandai dalam hal ini!
Sakura melepaskan Sasuke ketika lidahnya menyentuh ujung milik pria itu berulang-ulang sampai ia mendengar napas Sasuke mulai memendek, ia kemudian kembali untuk membelainya lagi.
"Mmm!" Sakura mengerang menatap Sasuke yang balas menatapnya dengan takjub.
"Apa kau suka itu?" tanya Sakura dengan menggoda. Ia sebenarnya tak perlu bertanya karena ia secara otomatis tahu jawabannya. "Aku suka melakukan ini padamu. Rasanya sangat enak!" Sakura mengerang menggoda lagi.
"Kau luar biasa!" puji Sasuke saat ia menarik Sakura dari lantai.
Sasuke mencium Sakura. Lama dan bersemangat. Ia tidak bisa menahan erangan di mulutnya saat ia menyelipkan lidahnya ke dalam mulut Sakura dan mencicipi rasa cairannya sendiri di lidahnya.
Sasuke akhirnya membuka ritsleting rok Sakura dari belakang dan membiarkannya jatuh. Ia meraih pantat Sakura dan mengangkatnya dari lantai dengan mudah.
Dengan nafas terengah-engah Sasuke menatap mata Sakura. "Apa kau ingin bercinta di dinding?" tanyanya.
Sakura mengerang. "Ya." jawabnya.
Sasuke mengangkat Sakura dan melingkarkan kaki jenjang wanita itu di pinggangnya, kemudian menekannya ke dinding di belakang mereka.
Milik Sakura sudah sangat basah, hangat dan mengundang. Sasuke meremas paha Sakura saat ia dengan cepat memasuki wanita itu.
Mereka berdua mengeluarkan erangan ketika mereka merasa nyaman dengan posisi mereka di dinding.
Kedua tangan Sakura meremas rambut Sasuke, ia menggigit bibirnya keras-keras ketika Sasuke mendorong ke dalam dirinya dengan satu tangan meraih pantatnya dan tangan yang lain mengirimkan banyak listrik ke seluruh tubuhnya hanya dengan menjepit dan memutar putingnya di antara jarinya.
"Lebih cepat!" teriak Sakura. Setiap kali dorongan Sasuke semakin dalam, membuatnya terasa dikirim ke planet lain. Ia menjatuhkan tangannya ke punggung Sasuke dan menekankan kukunya disana.
Sasuke mendengus antara senang dan sakit. Ia bisa merasakan dindig wanita itu mengepal di sekeliling miliknya. Ia mendekati telinga Sakura, menggigit cuping telinganya dan berbisik, "Ingat perjanjiannya, Cherry."
Sakura meringis.
Ia membenci kenyataan bahwa ia menyetujui aturan bodoh itu. Ia membencinya!
Sasuke berjalan ke sofa dengan Sakura masih melilit di pinggangnya. Ia duduk di sofa tunggal dengan Sakura di pangkuannya dan punggung telanjang wanita itu menempel di dadanya yang terasa terbakar.
Sakura menekuk lututnya ke depan dan merentangkan kakinya sejauh yang ia bisa. Ia meraih salah satu tangan Sasuke dan membimbingnya ke tempat dimana ia ingin disentuh.
Jari-jari Sasuke yang kuat bergerak perlahan dan lembut sampai Sakura menyuruhnya lebih cepat. Ia mengusap klitoris wanita itu dalam bentuk lingkaran kecil menggunakan ibu jarinya.
Sakura menyandarkan kepalanya ke bahu Sasuke, ini mengalahkannya dan ia tidak bisa lagi membuka matanya.
Tapi Sasuke tak menginginkan itu. Ia ingin melihat mata Sakura. Ia membalik Sakura menghadapnya dan membelai rambutnya. "Hei," bisiknya. "Lihat aku. Buka matamu."
Sakura menurut dan membuka matanya, melihat ke mata kelam Sasuke. Erangan yang dalam keluar dari bibirnya.
"Katakan kau menginginkanku." Sasuke berbisik.
"A-Aku..." ucap Sakura susah payah diantara nafasnya yang terengah-engah, ia hampir tak bisa mengeluarkan kata-kata. Ia kemudian memilih mencium Sasuke.
Sasuke memeluk tubuh mungil Sakura di lengannya saat kaki wanita itu mengangkangi pinggulnya. Ia dengan ringan menggigit bibir bawah Sakura.
Tangan Sasuke meluncur turun ke punggung Sakura dan meremas pantatnya. Wanita itu mengerang dan bibirnya bergerak ke leher Sasuke.
Mereka berada di posisi yang sempurna sekarang. Dengan sedikit bantuan dari Sasuke, Sakura sekarang diposisikan di atas milik pria itu. Sakura menggigit bibirnya dengan keras saat mereka berdua sejenak membiasakan diri mengisi satu sama lain. Perasaan itu sepertinya selalu ada setiap kali mereka menyatu. Itu tak pernah menghilang.
Sasuke memegang erat Sakura saat ia mulai mengendalikan ritme dorongannya. Sakura tak yakin bisa menangani siksaan semacam ini.
"Sakura-"
Sakura membungkam Sasuke dengan bibirnya. Ritme mereka meningkat setiap detik. Membuat mereka mengerang bersama.
Sasuke meraih pinggang Sakura. Ingin masuk lebih dalam ke rahim wanita itu. Sementara Sakura mulai menggerakkan pinggulnya dengan gerakan memutar.
Sakura memutus ciuman mereka. Menggigit keras bibir bawah Sasuke diikuti dengan erangan kenikmatan. Ia mendongakkan kepalanya ke belakang, sekali lagi membiarkan Sasuke mengendalikan segalanya.
Tubuh Sakura meregang, rambutnya terasa akan rontok saat Sasuke mendorong dengan kuat ke dalam dirinya yang licin.
"Sialan..." Sakura berteriak. "Ya Tuhan!"
Tangan Sasuke dengan lembut bergerak di tubuh Sakura. Menemukan payudara Sakura dan mencubit putingnya, mengirimkan semacam sengatan listrik ke tubuh Sakura.
Sakura menjerit. "Sial, Sasu, kumohon!"
Ia bisa merasakannya dan itu ada di sana, tapi Sasuke membatasinya untuk melepaskannya. Semakin lama rasanya itu semakin kuat.
"Sebut namaku, Cherry!"
"Sasuke-kun!"
"Teriakkan namaku!"
Dorongan Sasuke semakin kuat bersamaan dengan perintahnya.
"Sialan, biarkan aku keluar, kumohon!"
Sasuke terus memijat dan memainkan payudara Sakura. Berdiri dari sofa, ia memegangi kaki dan dan memukul pantat Sakura.
Tubuh Sakura bergerak-gerak di pelukan Sasuke. Ia tidak dapat bertahan lagi. Miliknya yang basah mengejang di sekitar milik Sasuke yang berdenyut-denyut keras dan pria itu tahu bahwa Sakura telah dekat dengan klimaksnya.
Sakura tidak bisa lagi menahan diri.
"Sasu! Sasuke-kun!"
"Oh, sial!"
Sasuke merasakannya juga. Hanya beberapa lagi dorongan panjang yang mendalam dan Sakura mencapai klimaks yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cairannya meleleh seperti lava panas disusul sedetik kemudian oleh Sasuke yang melepaskan benihnya ke dalam rahim Sakura.
Kaki mereka lemah dan gemetar, keringat mengalir dari pori-pori mereka. Keduanya terengah-engah dan benar-benar membuat tubuh mereka terguncang.
Sasuke duduk bersandar di sofa dan menarik keluar miliknya dari Sakura. Cairannya masih keluar begitupula Sakura. "Sial!"
Nafas Sakura masih memburu ketika Sasuke meraihnya. Sasuke menarik Sakura ke dadanya dan mencium bibir wanita itu.
"Sial, ini luar biasa." Sasuke bergumam di leher Sakura.
Sakura mengangguk dan mencium rahang Sasuke. "Tentang aturan tidak boleh keluar sampai kau menyuruhku," ucap Sakura memulai. "Jika kau akan bermain keras, itu juga berlaku untukmu."
"Tidak adil." Sasuke cemberut.
"Tidak adil?" Sakura mencibir diantara nafasnya yang terengah-engah ketika ia menarik diri dan melihat ke mata Sasuke.
Sasuke terkekeh dan mengecup bibir Sakura. "Kau terlihat cantik, Cherry." Ia berbisik, jarinya menyisir rambut wanita itu yang berantakan.
"Aku tahu." Sakura menyeringai.
"Oh, bagaimana bisa?" tanya Sasuke, membelai punggung tengah Sakura.
"Karena kau baru saja memberitahuku, Sasuke-kun!"
Sasuke tertawa, ia mendekat dan menutup celah di antara bibir mereka.

Mereka terus berlanjut mengganti-ganti posisi seks mereka. Dari posisi mereka di sofa, ke lantai berkarpet di ruang tamu, kemudian di meja dapur dan kembali ke dinding. Hingga mereka berdua benar-benar kelelahan atas pemenuhan seksual mereka setelah beberapa ronde.
Sakura memandang tubuh Sasuke yang tampak lelah di sebelahnya seraya tetap berusaha mengatur napas.
"Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpamu." ucap Sasuke.
***
Sakura bahkan tak yakin apakah ia bisa berjalan setelah apa yang baru saja mereka lakukan. Ia tak pernah mengalami nafsu dan gairah seperti itu dalam hidupnya. Ia hampir merasa kasihan pada dirinya sendiri tapi bersyukur bahwa Sasuke ada di sini dan mengalami semua hal luar biasa itu bersamanya.
Ia tak pernah tahu bermain peran bisa sangat bergairah... Begitu kasar... Sangat menyenangkan dan melelahkan.
Ia tak pernah tahu.
Sasuke akhirnya membawa Sakura ke kamar mereka. Ia tahu kapan batas Sakura berakhir dan perlu sedikit istirahat.
Ia menutup pintu di belakangnya dengan kakinya saat ia melilitkan kaki Sakura lebih erat di bagian bawahnya yang telanjang.
Ia jatuh di tempat tidur di atas Sakura. Mencium bibir Sakura saat jari-jari wanita itu meremas rambut hitamnya.
"Tuhan itu luar biasa!" ucap Sakura. Ia merasa seperti memiliki satu juta dolar sekarang.
"Ya." balas Sasuke setuju. "Meskipun ada satu hal lagi."
Sasuke memberikan ciuman ke tubuh Sakura. Menjepit tangan Sakura dengan erat dan meletakkannya di atas kepala wanita itu. Tangannya yang lain mencubit puting Sakura dan mengalirkan listrik ke seluruh tubuh wanita itu, kemudian ia terus melanjutkan perjalanannya ke bagian tubuh Sakura yang lain.
Sesuatu pasti akan terjadi.
Wajah Sasuke kini terbenam di antara paha Sakura. Sakura mengerang, tahu ke mana arah tujuan Sasuke.
Sasuke sedikit mengangkat kepalanya dan menatap wajah Sakura yang bercahaya. Ia menyeringai. Sakura benar-benar tahu bagaimana cara menghisap miliknya di awal permainan mereka dan wanita itu membuktikannya berkali-kali malam ini, dan sekarang Sasuke ingin membalas budi.
Malam ini mereka ingin saling menunjukkan sisi liar dan kotor dari diri mereka tanpa rasa malu.
Tak masalah berapa banyak hal kotor yang mereka katakan atau lakukan.
Semuanya mempunyai peran masing-masing...
Dan ini menyenangkan...
Lidah Sasuke melesat masuk dan keluar dari milik Sakura dengan lambat. Bibirnya yang berbakat dan ajaib bergerak di sekeliling klitoris Sakura, dan dua jarinya dengan diam-diam berusaha mencari titik pribadi wanita itu.
Sakura menjerit. Tak ada keheningan malam ini. Tak ada. Ia menjerit dan melupakan dunia sesaat.
Sasuke menggerakkan jari-jarinya, mengulangi gerakan itu beberapa kali: maju, naik, lalu mundur dan kembali masuk. Sementara itu, lidahnya terus berulang kali bergerak di atas klitoris sensitif Sakura. Kombinasi antara jari-jari dan bibir Sasuke membuat Sakura gemetar dan mengeluarkan erangan yang tak terkendali.
"Ya Tuhan, Sasuke-kun! Jangan berhenti... jangan berhenti! T-Terus... O-Oh!"
Sakura melingkarkan kakinya di bahu Sasuke dengan erat. Mendorong Sasuke untuk mendekat dan mengubur wajahnya di dalam dirinya saat ia menggerakkan pinggulnya bolak-balik.
Sakura hampir sampai. Ia sudah sedekat ini dan ia merasakan itu menumpuk dengan kuat dan intens.
"Keluarkan untukku, Cherry." Sasuke menarik diri dan menatap Sakura. "Aku ingin membersihkan cairanmu dengan mulutku. Apa kau menginginkan itu?" tanyanya.
"Y-Ya!" jawab Sakura berteriak.
Suara Sakura bergema di seluruh ruangan.
Jari-jari Sasuke terus menembus lebih dalam ke dalam diri Sakura beserta lidahnya. Sakura menggeliat hebat. Punggungnya terasa sakit, napasnya terasa berat. Kakinya gemetaran di pundak Sasuke secara tak terkendali. Ia mencengkeram seprai hingga buku-buku jarinya memutih. Mengatupkan gigi dan menggigit bibir.
Ia sangat dekat!
"Sasu! Sial!" Sakura berteriak keras diantara napasnya yang memburu, "J-Jangan berhenti... O-Oh! Aku hampir sampai di sana! Aku akan... Oh oh sial!"
Ia meledak hebat tepat di mulut Sasuke. Tubuhnya bergetar ketika perasaan terbaik di dunia menaklukkannya. Ia merasa malu, tapi pada saat ini ia tidak memiliki kendali atas tubuhnya.
Ia menjeritkan nama Sasuke ketika pria itu membersihkannya dengan mulutnya seperti yang pria itu katakan sebelumnya.
Persetan, ini luar biasa!
Dan ia benar-benar lelah dan mati rasa.
Perasaan yang hebat.
Tubuhnya masih bergetar... Napasnya masih memburu... Jantungnya masih berdetak kencang, Sakura memejamkan matanya.
Beberapa menit kemudian, Sasuke kembali ke atas tubuh Sakura dan mencium wanita itu. Sakura bahagia malam ini.
"Aku mencintaimu." Sakura berbisik pelan ketika mereka saling menarik diri.
Sasuke berguling ke sebelah Sakura. Tak menghiraukan seprai basah di bawah mereka, ia melingkarkan lengannya di pinggang Sakura dan membiarkan napas mereka kembali normal. Sakura membaringkan kepalanya di dada Sasuke, mendengarkan detak jantung pria itu.
"Sasuke-kun?" panggil Sakura setelah beberapa menit hening.
Ia tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja, tapi setiap kali ia mengatakan cinta pada Sasuke, ia tak pernah mendapat balasan. Ia tahu Sasuke mencintainya. Sasuke telah melakukan hal-hal brilian yang menunjukkan itu padanya setiap hari, tapi di saat-saat seperti ini... tepat setelah mereka melakukan sesuatu yang sangat hebat, ia perlu mendengar kalimat itu.
Ia perlu mendengarnya.
"Apa?" jawab Sasuke.
Sakura mengangkat alisnya.
Kenapa Sasuke begitu kasar?
"Aku bilang aku mencintaimu." ucap Sakura mengulangi.
"Aku tahu." jawab Sasuke.
Apa-apaan ini?
"Dan...?" Sakura mempertanyakan.
"Aku tahu." Sasuke mengulangi lagi.
Siapa yang akan menjawab 'aku tahu' dua kali setelah kau memberitahu mereka bahwa kau mencintainya dan mereka tahu kau menunggu mereka balas mengatakannya kembali?
"Katakan kembali." Sakura menarik diri dan duduk di tempat tidur, menatap Sasuke.
Kata-kata itu tepat di ujung lidah Sasuke. Ia ingin mengatakannya kembali tapi ia tidak bisa.
"Sasuke-kun!"
Sasuke turun dari tempat tidur dan berjalan ke laci. Sakura menatap Sasuke dengan bingung ketika melihat pria itu mengambil spidol dari salah satu laci.
Sakura tak pernah lebih bingung dalam hidupnya dibanding sekarang.
Sasuke kembali ke tempat tidur dan duduk di belakang Sakura. Sakura memandang Sasuke dari balik bahunya dan ia bisa merasakan pria itu menulis di kulitnya dengan spidol.
Aku mencintaimu
Tulis Sasuke disana.
Mengapa begitu sulit untuk mengatakannya?
"Aku tahu bagaimana cara mengejanya. Aku hanya perlu mendengarmu mengatakannya." ucap Sakura dengan putus asa.
"Hn." gumam Sasuke.
Sakura memutar matanya dengan kesal. Ini tidak membuatnya merasa lebih baik. "Itu hanya dua kata, Sasuke-kun." ucapnya sambil mengangkat dua jarinya. "Tidak sulit mengatakannya."
"Tapi sulit untukku!" bentak Sasuke.
Apa?
Sakura duduk disana. Air mata mulai terbentuk di pelupuk matanya.
Apa artinya itu?
"Apa?" tanya Sakura.
"Tidak mudah bagiku untuk mengatakannya." Sasuke berkata dengan sedih, ia menggerakkan jari-jarinya di tengah punggung Sakura berharap untuk mengalihkan perhatian wanita itu.
Sakura menepis tangan Sasuke.
"Kenapa?" tanya Sakura.
Sasuke menghela nafas. Melihat air mata di wajah Sakura sudah membuatnya membenci dirinya sendiri karena bersikap egois.
"Karena terakhir kali aku mengatakannya sembilan tahun yang lalu, aku bangun keesokan paginya dan kau pergi." ucap Sasuke.
Sial, sembilan tahun lalu!
"Ya Tuhan, bagaimana aku bisa sebodoh ini!" Sakura mengumpati dirinya sendiri.
Ia menarik diri dari Sasuke. Ia tidak tahu keajaiban apa yang membuat kakinya bisa bergerak setelah tiga jam berhubungan seks tanpa henti. "Kau telah meniduriku selama ini dan kau bahkan tidak mencintaiku?!"
Sakura melangkah ke kamar mandi dan mengunci diri di sana selama beberapa menit, membiarkan air mengalir.
"Sakura, ayolah." ucap Sasuke. "Kau tahu betul aku tidak seperti itu."
Sakura tak menjawab.
Ia menangis tersedu-sedu. Menutup mulutnya untuk meredam tangisannya. Ia melakukan segala yang ia bisa untuk membuktikan pada Sasuke bahwa ia bisa dipercaya; bahwa ia bukan remaja labil seperti dulu, tapi ternyata usahanya tidak cukup.
Ini menyakitkan!
Ia percaya pada Sasuke dengan semua hal yang paling berharga di tubuhnya. Hatinya... Ia mempercayai Sasuke dengan hatinya, tapi pria itu tidak bisa mempercayainya.
Ini menyakitkan...
Sakura membiarkan air panas mengalir ke kulitnya. Air matanya terus mengalir, pandangannya kabur. Ia tahu Sasuke masih berdiri di balik pintu dan ia tidak ingin melihat atau berbicara dengan pria itu.
Ia mematikan air dan mengambil handuk bersih dari rak. Ia melilitkan handuk di sekeliling tubuhnya lalu merapikan rambutnya yang basah.
Sakura membuka pintu dan Sasuke menghela nafas ketika melihat wanita itu. Sakura melewati Sasuke, tak mau repot-repot mengatakan sepatah kata pada pria itu.
Ia hanya ingin keluar dari sini.
Ia melangkah ke laci celana dalamnya dan mulai memakainya.
"Kau mau kemana?" tanya Sasuke. Tapi Sakura mengabaikannya. Ia melangkah dan memeluk Sakura dari belakang, tapi wanita itu menepisnya.
"Jangan sentuh aku, Sasuke."
Sasuke menurut dan ia melepaskan Sakura.
Sakura melangkah ke lemari dan mengambil celana jeans biru dan kemeja hitam dengan sweater.
"Apa kau benar-benar akan bersikap seperti ini sekarang?" ucap Sasuke saat Sakura memakai flat shoesnya. Wanita itu menyingkirkan rambut softpinknya yang basah dari wajahnya dan akhirnya menatap Sasuke.
"Aku hanya ingin tahu bahwa satu-satunya orang yang rela kuberikan segalanya akan mencintaiku sama seperti aku mencintainya. Tapi ternyata tidak." ucap Sakura dengan sedih.
Sasuke merasakan hatinya hancur berkeping-keping di dadanya. Ia cepat-cepat mengenakan boxernya dan mengikuti Sakura yang berjalan ke ruang tamu.
Ia mencintai Sakura. Ia mencintainya dengan semua yang ia miliki. Ia mencintainya sampai mati, tapi sulit baginya untuk percaya lagi.
Bukan hidupnya yang tak percaya pada Sakura. Tapi hatinya. Ia tak bisa karena rasa sakit yang ia alami selama sembilan tahun terakhir sudah tak tertahankan dan ia tak ingin sejarah itu terulang.
Ia takut.
"Apa tidak cukup dengan menunjukkannya?" tanya Sasuke dengan putus asa.
"Ya." jawab Sakura. "Tapi aku juga ingin mendengarnya."
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)