expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Nine Years #1



Di sebuah kafe di Tokyo...
Hal ini telah menghantuinya siang dan malam, sudah sembilan tahun sejak gadis itu meninggalkannya dan menyisakan janji yang hancur. Ia mencari gadis itu tapi tak pernah menemukannya. Hampir setiap malam ia mengharapkan gadis itu akan tiba-tiba berada di tempat tidur di sebelahnya dan memeluknya sama seperti dulu saat mereka masih sekolah, tapi itu tak pernah terjadi.
Setiap hari ia terbangun dengan bagian sisi tempat tidur yang dingin, mengingatkannya akan kehidupan yang tak akan pernah ia miliki bersama gadis itu, dan hingga sekarang ia masih tidak bisa dan tidak mau menerima kenyataan bahwa gadis itu telah pergi, tanpanya.
Kini ia berada di sebuah kafe dalam balutan setelan hitam, ia sibuk meredam rasa kekosongan di hatinya ketika ada seorang wanita mengenakan rok hitam dan kemeja putih berkancing dengan stoking hitam dan high heels yang bagian tumitnya mengetuk lantai dan sebuah tas di tangan, wanita itu berjalan memasuki kafe, memesan meja dan secangkir kopi. Rambutnya berwarna soft pink bergelombang dengan warna mata hijau yang bulat. Sasuke memandang wanita itu sejenak sebelum melambaikan tangannya pada barista kafe.
Ia memejamkan mata dan mengingat senyum gadis di masa lalunya, bagaimana gadis itu menyibak rambutnya, berjalan, berbicara dan bahkan tertawa. Sesuatu tentang wanita yang memasuki kafe lima detik lalu mengingatkannya pada gadis itu. Gayanya, mata dan suaranya, semuanya mengingatkannya pada gadis di masa lalunya itu. Melihat ke arah meja, ia mengusap keningnya dengan lelah, ia meneguk minumannya dan meletakkan kepalanya di atas meja. Ia tetap seperti itu selama beberapa menit, tapi sesuatu tentang wanita yang baru saja dilihatnya itu tampak menarik perhatiannya dan ia sekali lagi menatap wanita yang duduk di meja seberang, mata wanita itu tertuju pada laptop kecil seraya menyesap secangkir kopi.
Sasuke berkedip untuk memastikan ia tidak berhalusinasi, tapi wanita itu tetap ada dan masih duduk di meja dengan mata yang tertuju pada laptop.
"Itu dia. Sial, itu benar dia!" Suara di kepala Sasuke berteriak tapi hatinya was was. Ia tidak ingat sudah berapa kali ia melihat seorang wanita dan mengira itu adalah gadis di masa lalunya, tapi selalu berakhir dengan membuat dirinya tampak bodoh. Tapi kali ini, suara di kepalanya terus memberitahunya untuk mengambil kesempatan itu meskipun mungkin ia akan kecewa lagi.
Perlahan ia bangkit dari tempat duduknya, nyaris tak bisa berjalan lurus, lebih seperti kehilangan keseimbangannya ketika ia berjalan ke meja wanita itu. Melihat lebih dekat, hatinya terasa hancur berkeping-keping seperti beberapa tahun lalu ketika ia terbangun dan mengetahui bahwa gadis itu telah pergi!
"Sakura..." ucapnya.
Seolah waktu telah berhenti saat wanita itu perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya dari laptop dan melihat seorang pria tinggi dalam setelan jas hitam berdiri di depannya.
***
Mata Sakura bertemu dengan mata Sasuke yang berkilat marah; ia bisa melihat rasa sakit, kemarahan dan kesedihan di mata hitam pria itu. Setelah sembilan tahun yang panjang, mata itu masih memiliki kemampuan untuk melemahkannya dan membuatnya rentan.
"Apa aku tak pernah berarti sesuatu untukmu?" suara Sasuke terdengar kasar dan keras.
Sakura menelan ludah, "Sasuke-kun?" ucapnya, tangannya menjangkau pria itu ketika ia bangkit dari tempat duduknya.
Sasuke menepis tangan Sakura, meskipun sebagian hatinya bahagia, tapi sebagian dari dirinya masih merasa hancur dengan adanya ruang kosong besar yang ada di hatinya.
"Tidak..." ucap Sasuke sambil menggelengkan kepalanya, "...katakan yang sebenarnya, apa yang telah aku lakukan padamu hingga aku harus mendapatkan ini? Apa aku tidak cukup baik untukmu?" tanyanya dengan marah.
Mata Sakura melembut, lengannya masih terulur tapi tidak menyentuh Sasuke yang terlihat begitu tertekan dan marah padanya, "Bukan seperti itu." ucapnya.
Sasuke menggertakkan giginya, "Kalau begitu jelaskan padaku. Aku punya banyak waktu untuk malam ini. Sialan, setelah sembilan tahun, tidak bisakah kau memberikan penjelasan yang masuk akal karena aku tidak merasa melakukan apapun kecuali hal baik untukmu!" Ia berseru. Sekarang, beberapa pasang mata di kafe itu memandang penasaran ke arah mereka, tapi Sasuke tampaknya tak peduli.
"Baik," jawab Sakura pelan. Ia tahu hari ini akan terjadi, tapi ia tak pernah tahu kapan, dan sekarang di sinilah ia berhadapan langsung dengan masa lalunya. Cinta dalam hidupnya.
"Tapi tidak disini." ucap Sakura lagi. Sasuke telah memancing tatapan penasaran pengunjung kafe dan jujur ​​itu adalah hal terakhir yang diinginkan Sakura.
"Terserah kau." sahut Sasuke.
Sakura membereskan barang-barangnya dan berjalan keluar dari kafe dengan Sasuke yang mengikutinya dari belakang. Mereka menaiki taksi dan pergi ke sebuah restoran yang tampak sunyi, mereka memesan meja dan duduk berhadapan.
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Sasuke to the point.
Sakura menghela nafas, "Aku tidak punya pilihan, Sasuke-kun." jawabnya berbisik.
"Kau selalu punya pilihan denganku, Sakura. Jangan beri aku alasan itu karena aku tidak akan mempercayainya!" seru Sasuke, "...kau pergi, tidak ada ucapan perpisahan, tidak ada apapun. Bahkan tidak ada catatan, tidak untukku, tidak untuk Ino. Kenapa?"
Dengan lelah Sakura mengusap wajahnya dengan tangannya, "Aku dipindah-asuhkan, Sasuke-kun." ungkapnya.
Sasuke merasakan detak jantungnya meningkat dalam hitungan detik, "Apa?!"
"Ketika Bibi meninggal, dan Paman dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat untuk pembunuhan tingkat pertama. Aku belum cukup umur untuk hidup sendiri sehingga mereka mengirimku ke rumah asuh lain. Aku trauma, Sasuke-kun, aku tidak bisa melanjutkan hidupku dengan keluarga lain karena sebagian besar yang pernah kumasuki selalu berakhir sia-sia dan kau tahu itu! Aku menemukan kesempatan untuk melarikan diri dan aku mengambilnya. Aku diam-diam pulang ke rumah malam itu, mengepak barang-barangku dan kemudian aku kembali ke rumahmu dan tidur di sana." jelas Sakura.
Mata Sasuke melebar, kepalanya berputar dan jantungnya tidak berhenti untuk berdetak kencang, "Kau bisa memberitahuku!" ucapnya.
"...lalu apa?" tanya Sakura, "Menghancurkan masa depanmu, membuatmu putus sekolah untuk menjagaku atau meminta keluargamu hanya untuk menyambutku di rumah mereka?"
Sasuke menggelengkan kepalanya, "Tidak," ucapnya.
"Lalu bagaimana?" Sakura bertanya dengan marah, "Apa yang bisa kau lakukan, Sasuke-kun? Kau juga masih tujuh belas tahun waktu itu. Aku tidak bisa memberimu tanggung jawab. Kau memiliki masa depan yang cerah dan aku tidak ingin menjadi pacar yang membahayakan semua impianmu dengan masalah hidupku yang bodoh dan menyedihkan!"
"Bagaimana kalau itu yang kuinginkan, Sakura?" bentak Sasuke, "Aku mencintaimu dan kau benar-benar melukai hatiku ketika aku bangun keesokan paginya dan menyadari bahwa kau telah pergi. Kau tidak tahu apa yang aku alami selama sembilan tahun sialan ini. Aku menghabiskan sembilan tahun mencarimu... Sembilan tahun menyalahkan diriku sendiri dan bertanya-tanya apa kesalahan yang kulakukan. Kenapa kau membiarkanku seperti ini tanpa mengucapkan apapun?" tanyanya.
Sakura merasakan air mata mengalir di pipinya, "Aku tidak bisa!" Ia setengah menjerit, "Jika aku memberitahumu, kau akan menghentikanku, meyakinkanku untuk melakukan hal sebaliknya, disisi lain kau juga tidak bisa melakukan apapun!"
Mata Sasuke menatap lurus mata Sakura dan ia mengepalkan tinjunya, "Kau menyakitiku."
"Aku tahu dan aku minta maaf." ucap Sakura dengan tulus, dengan air mata mengalir di pipinya.
***
To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan :)